Bukan sekolah renjun namanya jika sebuah berita tak cepat tersebar secepat kilat. Apalagi jika itu sebuah berita yang menurut mereka menarik atau pun penting walaupun sebenarnya tak ada pentingnya sama sekali.
Seperti sekarang, berita beberapa hari lalu bahkan terhitung sudah seminggu lalu disaat jeno ekhm memeluk dirinya di kelas juga masih saja di bicarakan.
Dan seketika dirinya merasa seperti artis.
Renjun tertawa sendiri memikirkan hal itu, dan tanpa sadar seseorang menatap nya sembari duduk tak jauh darinya dengan senyuman di wajahnya.
"Seru sekali eoh?" renjun menghentikan tawanya dan menoleh. Mendapati lee jeno yang masih duduk di salah satu kursi kursi bekas yang sengaja di letakkan di atap.
"Sejak kapan disana?" ucap renjun, jeno beranjak berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat kearah renjun.
"Heum sejak kau masuk kesini dengan senyum aneh mu itu?" dan renjun masih terpaku pada jeno yang tersenyum dengan angin yang berhembus menerpa wajahnya dan menerbangkan beberapa helai rambutnya
"Mwoya" ucap renjun sembari tertawa kecil dan mengalihkan pandangannya dari jeno. Menumpukan tangannya di pembatas dan menatap kedepan.
"Hei, akhir pekan ini ada waktu?" ucap jeno, renjun mengalihkan pandangannya dan menatap jeno sejenak.
"Eum ahni. Kurasa. Ada apa?" ucap renjun. jeno mengusap tengkuknya dan ikut bersandar pada pembatas disamping renjun.
"Mau eum-"
"Mau apa?"
"Mau pergi denganku?" renjun dengan cepat menoleh kembali pada jeno dan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Mwo?" ucap renjun dengan nada bingung yang kentara.
Membuat jeno tersenyum lebar hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.
"Ayo pergi denganku akhir pekan ini," ucap jeno yang lebih terdengar seperti sebuah perintah yang tak bisa di tolak di telinga renjun.
"Jja aku anggap diam mu itu sebagai jawaban iya. Ayo kekelas sudah bel" ucap jeno sembari mengusak surai hitam renjun dan melangkah keluar.
'Seperti dejavu lagi'
.
.
.
.renjun tak menyangka jika jeno akan benar benar mengajaknya pergi di minggu paginya.
Dan sekarang pemuda itu tengah duduk di ruang tamu nya bersama hyungnya.
"Oh? Sudah selesai? Ayo berangkat" ucap jeno ketika menyadari keberadaan renjun yang tengah berdiri di tengah tangga.
Dan seketika renjun dengan canggung mengangguk dan melangkah menuruni tangga.
"Oh? Jeno? Sudah mau pergi? Wah kau tambah tinggi ya, tambah tampan pula. Kapan terakhir kali kesini?" ucap victoria yang baru saja datang dari belakang.
"Eh hehe kamsahamnida ahjuma. Iya, aku izin membawa renjun ya ahjuma. Maaf aku tak pernah berkunjung" ucap jeno, sedangkan victoria hanya tersenyum maklum dan mengangguk.
"Ayo, kami pergi dulu ahjuma, hyung" ucap jeno lalu meraih tangan renjun dan melangkah keluar. tanpa memperhatikan si pemilik tangan yang terkejut setengah mati.
"aigoo mereka berdua manis sekali. Iya kan? Sepertinya aku benar benar harus bertemu dengan yoona" ucap victoria dan bergegas melangkah menuju kamarnya.
"Tsk dasar ibu ibu" ucap winwin.
.
.
.
"Eh? Kau bawa motor?" ucap renjun begitu melihat motor merah jeno telah terparkir di halaman rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read