"Apa kabar?"
"Appa?"
Jeno membelalakan matanya tak percaya, ia sangat kenal siapa yang kini berdiri didepannya kini.
Lai guanlin.
Ahni, mungkin sekarang ia akan memanggilnya menggunakan marga nya. Lee guanlin.
"Kau-" ucap jeno masih tak percaya.
Guanlin tersenyum menampilkan dimple yang diwarisinya dari renjun. Dirinya melangkahkan kakinya mendekat kearah ayahnya.
Guanlin berhenti satu meter didepan ayahnya, bahkan kini tingginya telah melebihi sang ayah. Ia sedikit membungkukkan badannya untuk memberi hormat.
"Maafkan aku karena mengikut sertakan kalian yang seharusnya sekarang tak berada disini" ucap guanlin dengan nada bersalah.
"Bagaimana bisa?" ucap jeno masih tak percaya pada apa yang ia lihat sekarang.
Guanlin tersenyum tipis dan beralih menatap renjun yang kini masih terbaring diatas ranjang dengan berbagai peralatan medis terpasang di tubuhnya.
Membuat guanlin sekali lagi menampilkan raut wajah bersalah. Guanlin melangkah mendekati ibunya dan duduk disampingnya.
"Mianhae eomma" ucapnya lirih.
"Ada banyak yang harus kujelaskan padamu, appa. Tentang buku itu, tentang bagaimana kalian bisa disini, tentang semuanya. Tapi tidak disini" ucap guanlin. Jeno mengangguk mengiyakan
"kalau begitu ikut aku, aku tau tempat yang mungkin saja tepat" guanlin mengangguk, menoleh sejenak menatap pada ibunya sebelum akhirnya mengikuti langkah jeno.
.
.
.~rival~
.
.
."jadi, berapa usiamu sekarang?" ucap jeno. Keduanya kini tengah berada di rooftop rumah sakit yang memang jarang sekali didatangi orang.
Guanlin menyandarkan tubuhnya, membiarkan angin yang berhembus lumayan kencang menerbangkan surainya.
"Eum? 16? iya 16 karena aku sekarang seharusnya masih kelas 1 sma" ucap guanlin, jeno menatapnya dengan pandangan bingung.
"harusnya?" Guanlin mengangguk.
"Iya, tapi aku lulus lebih cepat. Hehe heum aku masuk kelas akselerasi jadinya aku lebih cepat lulus" jelas guanlin, jeno hanya ber oh ria walaupun didalam hatinya ia kagum dengan anak nya.
Hening menyelimuti keduanya. Baik jeno ataupun guanlin masih sibuk dengan pikirannya masing masing.
"Harusnya aku punya seorang adik" ucap guanlin tiba tiba.
"Maaf tentang itu" ucap jeno dengan nada bersalah.
"Heum ahni, bukan salah appa. Tanpa kejadian ini pun eomma juga aku juga akan kehilangan. Hanya saja berbeda kejadian, eum kau mengerti maksudku kan appa?" ucap guanlin. Jeno mengangguk mengiyakan.
"Hm tentang yang tadi, apa yang mau kau jelaskan?" ucap jeno.
"Ah iya itu, pertama tentang buku itu-"
Jeno mengalihkan atensinya sepenuhnya pada guanlin yang kini juga tengah menatap serius padanya.
"Ahaha, eum ini mungkin akan terdengar sedikit konyol dan sedikit tak dapat diterima. Tapi tentang buku itu, di zaman yang serba modern saat itu aku menemukannya terselip diantara buku buku usang di perpustakaan tua diujung kota. Dan karena aku penasaran aku membawanya pulang tanpa sepengetahuan penjaga yang mungkin sudah berusia sama seperti haraboji saat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read