Renjun mengerjapkan matanya membiasakan cahaya yang masuk kedalam matanya kemudian menggeliat sembari menguap sebelum akhirnya terhenti saat merasakan beban berat di perutnya yang menahan gerakannya.
Dan dengan segera dirinya menoleh cepat kearah seorang namja tampan yang tengah tertidur lelap dengan sebelah tangan memeluk perutnya.
Renjun membulatkan matanya dan memukul tangan jeno diatas perutnya.
"Yak! Kau. Apa. Yang. Kau. Lakukan. Disini. Hah?" ucap renjun dengan penuh penekanan.
"Aish diamlah 5 menit lagi" ucap jeno parau dan makin mengeratkan pelukannya dan membuat tubuh renjun mendekat padanya.
Renjun mengerjapkan matanya berkali kali saat wajahnya dengan secara langsung berhadapan tepat dengan wajah Jeno, dan tentu saja itu membuat wajahnya memanas.
"Ya ya ya! Jangan mengambil kesempatan kau bodoh" renjun mendorong dahi renjun menjauh dengan tangannya.
Jeno berdecak kesal dan membuka matanya, menatap renjun yang juga balas menatapnya.
"Apa? Kau sengaja kan?" ucap renjun, jeno memutar bola matanya malas dan beranjak dari ranjangnya.
"tak ada untungnya untukku" gumam jeno, lalu berhenti sejenak untuk menatap renjun.
"Harusnya kau berterimakasih padaku. jika aku tak berbaik hati untuk memindahkanmu kemari semalam karena kau yang tidur sembarangan, mungkin saja aku akan membiarkanmu tidur di kolam dan byur, saat kau berguling guling kau masuk kedalam air" ucap jeno panjang lebar, sedangkan renjun hanya menatapnya bingung.
"Dasar bodoh, kau itu berat." ucap jeno sebelum akhirnya mengambil handuk nya dan masuk kedalam kamar mandi.
"Dia bicara apa sih? Aku berat? Semalam?" renjun memiringkan kepalanya sembari berfikir.
"Astaga!" renjun menangkup wajahnya dan membulatkan matanya.
"Aaaa kenapa juga aku harus tidur disana, hah? Apa ada hal lain lagi yang terjadi saat aku tidur? Apa aku bicara yang tidak tidak? Aaa" renjun menenggelamkan wajahnya di bantal dan berteriak teredam.
"Hah, aku membangunkan guanlin saja" ucap renjun lalu beranjak dan dengan segera menuju kearah kamar guanlin.
.
.
.
Renjun mengernyitkan dahinya saat membuka pintu kamar guanlin dan mendapati ruangan itu masih gelap gulita."Guanlin?" panggilnya sembari meraba dinding mencari saklar lampu.
"Astaga guanlin, ada apa?" renjun melebarkan matanya saat menatap guanlin yang terbaring pucat di atas tempat tidurnya.
Renjun duduk di pinggiran ranjang dan mengecek suhu tubuh guanlin, dahinya berkerut saat merasakan panas yang menjalar dari dahi guanlin ke tangannya
"jeno-ya kemari sebentar" ucap renjun setengah berteriak, raut wajahnya menampilkan kekhawatiran menatap guanlin yang kini menggigil.
"Ada apa?" jeno masuk tak lama kemudian dengan raut wajah bingung menatap renjun yang tampak khawatir.
"Guanlin, dia demam. bagaimana ini?" ucap renjun, jeno mendekat dan menempelkan telapak tangannya di dahi guanlin.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang" ucap jeno
"Kau bersiap siap lah. aku akan membawa guanlin ke mobil" perintah jeno dan segera di angguki renjun yang langsung bergegas menuju kamarnya untuk mengambil barang barang yang sekiranya akan di butuhkannya.
Jeno menggendong guanlin dan membawanya keluar. guanlin bergerak gelisah sembari menggumam.
"Daddy-"

KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read