.
"Seminggu lagi Jeno wisuda."
"Hm, sudah tau."
"Hei tidak mau memberinya kejutan?"
"Hm?"
"Aish Renjun!"
Renjun menjatuhkan pensil ditangannya akibat Jaemin yang tiba-tiba saja mengguncangkan badannya lumayan keras.
"Apa sih Jaem? Aku juga sedang berjuang untuk cepat wisuda loh!" Seru Renjun kesal, mengundang decakan kecil dari Jaemin.
Jaemin pikir setelah dua sahabatnya itu menjalin hubungan, mereka tidak akan lagi saling bersaing seperti masa SMA dulu. Tapi ternyata dugaannya salah besar, mereka masih saja sama.
"Hei Renjun, kau juga belum genap empat tahun kuliah jadi untuk apa--"
"Ck Jeno saja bisa selesai tiga setengah tahun masa aku tidak bisa!?"
Oke, Jaemin akan diam mulai sekarang.
"Tidak harus tiga setengah tahun juga tidak apa-apa," ujar seseorang tepat di depan telinganya.
Kepala Renjun bergerak cepat, menoleh kesamping kanan dimana saat ini Jeno tengah membungkuk dan tersenyum kearahnya.
"Kenapa wajahmu begitu?" Tanya Jeno.
Cup!
Dan secepat kilat Jeno mencuri satu kecupan di pipi Renjun yang mulai sedikit tirus karena terlalu sering begadang, kemudian berganti mengecup ujung hidung Renjun sebelum akhirnya ia melangkah dan duduk di samping kekasihnya itu.
"Hei hei kalian berdua tolong ya, aku masih hidup dan bernafas disini."
Interupsi dari Jaemin menyadarkan Renjun dari keterkejutannya, bahkan ia sendiri tak sadar jika sekarang Jeno sudah duduk di sampingnya. Sementara itu Jaemin hanya bisa menggeleng pelan, padahal beberapa tahun lalu dua orang manusia didepannya itu selalu ribut tiap kali bertemu. Selalu saling hujat atau bahkan saling pukul walaupun tidak terlalu serius, tetapi entah karena apa keduanya tiba-tiba saja berbaikan dan bahkan menjalin hubungan spesial yang membuatnya bahagia sekaligus bingung di saat yang bersamaan.
"O-oh sejak kapan kau disitu? Menguping ya? Kebiasaan," cibir Renjun, tangannya meraih kembali pensilnya yang sempat terlepas dan menggelinding didekat tangan Jaemin.
"Aku punya telinga untuk mendengar, jadi ya kalau pembicaraan kalian terdengar jangan salahkan aku."
Renjun melirik Jeno kesal, tapi ucapan Jeno tidak sepenuhnya salah.
"Oi aku pergi dulu ya, harus bertemu dosen pembimbing siang ini."
Renjun mengangguk mengiyakan sementara Jaemin mulai beranjak dari duduknya.
"Hey Jaem."
Jaemin menghentikan langkahnya, kemudian menoleh dan menaikkan sebelah alis.
"Ada salam dari Mark Hyung di Kanada sana."
Jaemin tersenyum kecil dan mengangguk, kemudian pamit untuk sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar melangkah pergi.
"Hei, masih marah?"
Renjun hanya berdehem kecil tanpa mengalihkan pandangan dari buku sketch dihadapannya.
"Tenang saja, walaupun aku lulus lebih dulu, nanti aku akan sering mengunjungimu di kampus ini."
Renjun tak bergeming sama sekali, hanya bunyi dari goresan pensil diatas kertas yang terdengar. Membuat Jeno yang beberapa tahun lalu selalu memasang wajah datar nan dingin tersenyum gemas, ingin menarik pensil itu dari tangan Renjun dan membuangnya jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanficI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read