Renjun menatap wajah jeno, kata kata jeno barusan membuat dirinya terkejut, tentu saja. Dan tanpa di duganya degub jantungnya memompa dua kali lebih cepat.
"Renjun?" ucap jeno. Hanya memanggil namanya namun sukses membuat darahnya berdesir
"A-aku.." lidah nya kelu hanya untuk menjawab pertanyaan jeno, disatu sisi ia bahagia namun disisi lain dirinya bimbang.
Dirinya sendiri bahkan bingung dengan perasaannya sendiri. Dia hanya takut jika ternyata nantinya perasaan jeno hanya sekilas saja, begitupun dirinya.
"Renjun?" renjun sedikit tersentak begitu suara jeno memasuki pendengarannya.
"Aku tak tau" ucap renjun lirih, menatap kebawah seakan akan tanah yang ia pijaki sekarang tengah menertawakannya.
"Ah tak usah terlalu di pikirkan-"
"Jeno" panggilan renjun otomatis menghentikan ucapan jeno.
"Ya?" ucap jeno sembari menatap wajah renjun
"Sejak kapan?" ucap renjun. Jeno tersenyum hangat, mengalihkan pandangannya dari renjun dan mendongak keatas dimana awan gelap mulai menutupi sinar matahari.
"Hari dimana kita tak menyadarinya" ucap jeno, renjun mengernyitkan dahinya bingung dengan kata kata jeno.
"Kau tau, aku minta maaf padamu jika dulu mungkin saat kita masih sekolah aku sering mengganggumu-"
"Bukannya yang lebih sering mengganggu itu aku?" ucap renjun, dan yang didapatinya hanyalah lirikan dari jeno.
"Itu kau sadar" renjun menatap jeno datar dari samping, sebuah pukulan melayang di bahu jeno.
"Hei hei benar kan?" ucap jeno sembari mengusap bahu nya.
"Lanjutkan saja" ucap renjun, menghadap kedepan mengikuti arah pandang jeno.
"Saat kita mulai tinggal disini disatu rumah, perlahan perasaan itu tumbuh begitu saja. Aku melihat sisi lain darimu yang dulu hanya ku nilai sebagai anak emas nya sekolahan yang selalu tebar pesona untuk menambah fans mu-"
"Hei hei hei" renjun menoleh tak terima
"Bukannya itu semua harusnya aku katakan padamu ya?" Ucap renjun tak terima, dan jeno hanya terkekeh menanggapinya.
"Intinya, aku menyukai mu. Sudah itu saja. bahkan hanya dengan duduk seperti ini saja-" jeno menghadap renjun yang kini menaikkan sebelah alisnya.
"Ini, disini. Rasanya seperti akan terlepas dari tempatnya" ucap jeno sembari memegangi dadanya.
"Pfftt ahahaha apa sih jeno, kau pasti banyak menonton drama dengan haechan ya" ucap renjun tertawa mengejek pada jeno yang kini memandangi nya speechless.
"Sudah ah, aku sudah meninggalkan guanlin terlalu lama" renjun beranjak, tak lupa meraih buket pemberian jeno tadi dan melangkah masuk ke gedung rumah sakit. meninggalkan jeno yang masih terpaku disana.
"Sialan" umpat jeno sembari mengacak surai nya.
"Apa aku berlebihan? Padahal aku memikirkannya semalaman" gerutu nya namun tetap akhirnya beranjak dan melangkah mengikuti renjun.
.
.
.
.
Renjun masuk kedalam kamar inap guanlin, menatap anak tampan yang kini duduk memandanginya sembari mengerjap."Eh? Tidak tidur?" ucap renjun, meletakkan buket tadi di meja disamping ranjang guanlin menatap guanlin sembari tersenyum.
"mommy kapan kita pulang?" ucap guanlin mengabaikan pertanyaan renjun barusan.
"Secepatnya jika guanlin sudah benar benar sembuh" ucap renjun, mengusap pucuk kepala guanlin dan tersenyum manis.
Pandangan guanlin beralih menatap ke belakang renjun. Senyum lebar mengembang di wajah tampan guanlin .

KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read