"Kenapa kau ada disini," ucap jeno dingin saat matanya menangkap renjun yang tengah duduk bersama hyungnya.
Renjun beranjak dan berbalik. Menatap jeno sejenak sebelum akhirnya menghembuskan nafas.
"Aku sedang malas bertengkar," ucap renjun lalu berjalan melewati jeno diikuti jaemin yang mengikuti langkah renjun.
"Wah kau benar benar"ucap chanhee.
Jeno menaikkan sebelah alisnya tak peduli lalu duduk dan menyantap makanannya.
.
.
.
"Renjun," renjun berhenti berjalan dan menoleh kearah jaemin."Ada apa?"
"Kita bahkan belum makan siang," ucap jaemin, renjun menghela nafas.
"Aku tak selera makan, kau makan saja sendiri ya, tak apa kan?" ucap renjun lembut.
"Kau sakit?" ucap jaemin sedikit khawatir. Renjun menggeleng dan tersenyum
"Benar? Atau karena jeno?" ucap jaemin
"Hahh aku sedang malas membahas nya jaemin-ah. Sungguh hari ini aku lelah sekali. Aku ingin keatap sebentar," ucap renjun lalu berjalan meninggalkan jaemin.
Tapi pada kenyataannya dirinya berbelok keruangan kesehatan karena kepalanya yang tiba tiba berdenyut sakit.
"Renjun, kenapa? Kau sakit? Wajahmu pucat sekali," ucap penjaga ruang kesehatan yang melihat kedatangan renjun.
"Hanya sedikit pusing hyung," balas renjun lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang dibantu dengan penjaga yang ia panggil hyung tadi.
"Badanmu panas, kau sudah makan?" ucap namja itu. Renjun mengangguk dan itu tentu saja bohong karena bahkan dirinya belum menyentuh makanan apapun sejak pagi tadi.
"Kalau begitu tunggu disini sebentar, akan aku carikan obat untukmu." renjun mengangguk pelan dan tak lama kemudian namja itu kembali.
"Ini minum lah," renjun menurut dan segera menenggak obat itu dan merebahkan tubuhnya lagi.
"Terimakasih jaehyun hyung." jaehyun -namja itu- mengangguk dan tersenyum tampan.
"Sekarang tidurlah aku akan memintakan mengizinkan pada gurumu," ucap jaehyun dan setelahnya renjun memejamkan matanya dan tertidur.
.
.
.
Jaemin menatap bangku renjun dan mengernyit bingung. Sahabatnya itu belum juga kembali padahal bel sudah berbunyi. Apa renjun ingin membolos? Tapi tak biasanya. Apa hanya karena jeno tadi? Jika iya maka jaemin pasti akan melemparkan kamus bahasa inggris nya pada jeno.Jaemin segera duduk dengan benar saat gurunya masuk. Dan masih melirik bangku renjun tentunya.
'renjun-ah kau dimana'.
"Permisi." jaemin ikut menolehkan kepalanya kearah pintu masuk dan mendapati salah satu guru yang bertugas menjaga ruang kesehatan masuk kekelas mereka dan berbincang sejenak dengan gurunya, dan yang dilihatnya adalah gurunya itu mengangguk dan jaehyun ssaem pergi keluar setelah tersenyum.
'Apa renjun benar benar sakit?' pikir jaemin
"Baik buka buku kalian," ucapan han ssaem membuyarkan lamunannya.
Sejenak ia melirik kearah jeno dengan ekor matanya, dan namja itu terlihat seperti biasanya.
.
.
.
Brak!Pintu ruang kesehatan terbuka dengan kerasnya mengejutkan kedua orang yang berada didalamnya. Jaemin segera membungkuk meminta maaf karena ialah pelaku pendobrakan pintu itu.
"Renjunie, kau benar benar sakit? kenapa tak bilang padaku eoh?" ucap jaemin heboh lalu menghampiri ranjang yang ditempati renjun, membuat jaehyun menggeleng sejenak dan melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rival (End)
FanfictionI want to meet someone better than you, but it's impossible. Warn! This is yaoi don't like don't read