8'th

12.7K 1.8K 174
                                    

"Jeno kekiri sedikit" ucap renjun heboh sembari menggoyangkan lengan jeno. Jeno berdecak sebal.

"Bagaimana aku bisa menembak itu kalau kau mengganggu?" ucap jeno kesal dan dibalas senyuman tanpa bersalah oleh renjun.

"Aigoo aku yang mengajak kenapa mommy yang heboh? Aih mommy dan daddy seperti anak kecil" gerutu guanlin.

"Iya iya, guanlin mau apa? Biar daddy menangkan yang guanlin mau lebih dulu" ucap jeno, guanlin menatapnya antusias dengan pandangan berbinar.

"Itu dad, boneka itu" ucap guanlin menunjuk salah satu boneka yang dipajang. Jeno mengangguk,

"Butuh berapa poin untuk mendapatkan itu?" ucap jeno pada penjaga stand  yang sedari tadi hanya bisa tersenyum dan terkekeh menatap keluarga kecil itu.

"35 poin untuk Larva itu, dan 40 poin untuk moomin" ucap si penjaga stand, jeno mengangguk dan mengeluarkan beberapa lembar won untuk membeli tambahan peluru.

"Daddy semangat" ucap guanlin, jeno menatapnya sekilas dan mengangguk.

Jeno dengan fokus menembaki kaleng kaleng yang di atur sedemikian rupa hingga mendapatkan 35 poin walaupun gagal pada beberapa tembakan.

"Ini" ucap jeno memberikan sepasang boneka larva berwarna kuning dan merah itu pada guanlin yang kini bersorak senang.

"Ayo kita mau kemana lagi" ucap jeno,

Renjun berdehem dan melipat tangannya di depan dada menatap keduanya.

"Apa?" ucap jeno. Renjun menghela nafas dan melangkah.

"Sudahlah lupakan" ucap renjun, jeno tersenyum dan menarik lengannya untuk kembali dan mengeluarkan beberapa won untuk membeli peluru lagi.

"40 poin kan?" ucap jeno. Renjun tersenyum senang di belakang jeno yang kini tengah sibuk menembaki kaleng kaleng itu.

"Kyaa moomin!!" pekik renjun saat penjaga stand itu memberikan moomin berwarna putih itu padanya. 

Jeno dan juga menggeleng bersamaan, jeno memegangi lengannya yang terasa pegal.

"Gomaowo jeno-ya" ucap renjun lalu memeluk moominnya erat, jeno hanya mengangguk sebagai jawaban sembari masih memijit lengannya.

"Mommy lebih sayang moomin daripada guanlin" ucap guanlin, renjun menunduk dan tersenyum

"Aigoo, tentu saja tidak" ucap renjun sembari mencubit salah satu pipi gembil guanlin.

"Mommy, tangan daddy sakit" ucap guanlin menunjuk kearah jeno, renjun mengikuti arah pandang nya.

"Apa? Ini tak apa " ucap jeno

"Benar tidak apa apa?" ucap renjun dan jeno mengangguk.

"Ayo, mau kemana lagi" dan melangkah mendahului renjun dan guanlin.

Renjun menggandeng tangan guanlin dan melangkah mengikuti jeno.

"Guanlin mau naik roller coaster" ucap guanlin, jeno berhenti dan menoleh.

"Guanlin, disana anak berumur 5 tahun kebawah dilarang" ucap jeno, guanlin menghela nafas kecewa dan mengangguk membuat jeno berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan guanlin dan mengusak surainya.

"Anak pintar" renjun tersenyum melihat interaksi keduanya, hingga dirinya sadar akan sesuatu.

Dia dan juga jeno seperti sangat dekat hari ini, dan lagi mereka berdua bahkan tak adu mulut seperti biasanya. renjun menggeleng pelan.

"Kau kenapa?" ucap jeno menatapnya aneh.

"A-ah tidak ada" ucap renjun.

'Mungkin hanya karena ada guanlin'  ucap renjun dalam hati.
.
.
.
.
"Hei huang" suara berat jeno memecah keheningan yang sedaritadi melanda mereka sejak ia dan juga renjun serta guanlin pulang dari taman hiburan itu dengan keadaan guanlin yang tertidur.

rival (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang