13'th

10.8K 1.7K 212
                                    

18:14 kst

Renjun mengalihkan pandangannya dari guanlin yang tengah tertidur kearah ponselnya. Jaemin dan juga jinsol sudah pulang sejak sore tadi.

Tadi jeno mengiriminya pesan bahwa namja itu tak bisa datang lebih awal karena ada makan malam perusahaan.

Renjun menghembuskan nafas nya lalu beranjak untuk mendekat ke jendela dari lantai tiga rumah sakit, menatap langit malam kota seoul dengan semilir angin yang menerpa kulitnya.

Ia memikirkan kembali tentang mimpinya tadi. Bukan, ia hanya merasa kejadian tadi terlihat terlalu nyata untuk di katakan sebagai mimpi.

Ia menolehkan lehernya menatap guanlin yang tengah tertidur pulas. Demam nya sudah turun, namun dokternya bilang akan naik lagi sewaktu waktu.

"Kenapa disaat aku butuh bantuanmu kau malah tak disini?" gumam renjun mendongakkan kepalanya menatap pekatnya langit malam.
.
.
.
.
"Ah selamat datang tuan muda lee" jeno tersenyum tipis mendapatkan sambutan dari tuan park dan juga siyeon yang tampak di belakang nya tengah tersenyum.

"Ne, terimakasih telah mengundangku" ucap jeno berusaha sesopan mungkin

"Ah tak masalah, ini demi perusahaan bukan?" jeno hanya tersenyum tipis menanggapinya dan mengikuti langkah kepala keluarga park itu dalam diam.

"Silahkan duduk" ucap tuan park, jeno mengangguk kecil dan duduk di salah satu kursi di meja makan keluarga park yang kini telah lengkap dengan berbagai masakan dengan siyeon yang duduk di seberangnya.

"Mari kita bicarakan kerjasama perusahaan kita sembari makan" ucap tuan park, jeno hanya tersenyum tipis dan mengangguk singkat.

Sepintas otaknya teringat renjun, ia bertanya dalam hatinya apakah namja manis itu sudah makan? Apa anak nya sudah baik baik saja?

"Jeno-ya?" jeno tersentak begitu mendengar suara siyeon yang memanggil namanya.

"Ah ne?"

"Kau melamun, memikirkan apa?" ucap siyeon

"Tidak ada apa apa, maaf" ucap jeno sembari menggeleng.

"Jadi appa, jeno sangat profesional dalam mengurus perusahaan nya. banyak perusahaan yang tertarik untuk bekerja sama dengan perusaan jeno" ucap siyeon, jeno hanya diam mendengarkan meskipun ia tau pikirannya kini berada di tempat lain.

"Appa sudah tau. tentu saja jeno adalah anaknya lee donghae, siapa yang tak kenal dengannya bukan?" ucap tuan park diakhiri kekehan.

"sebenarnya tidak seperti itu" ucap jeno 

"ah kau ini sangat rendah hati, andai saja kau belum menikah pasti aku akan menyuruh siyeon untuk mendekatimu" ucap tuan park, jeno terperangah dan mengerutkan dahinya.

"Maaf?" ucap jeno

"Aish appa ini bicara apa, sudah ayo lebih baik kita makan saja" ucap siyeon sembari tersenyum.

Sungguh rasanya ia ingin cepat cepat pergi dari sini, bukannya dirinya tak sopan atau apapun itu, hanya saja ia merasa ada yang mengganjal.

"Jeno? Ada apa? Oh maafkan ucapan appa ku tadi. itu hanya gurauan saja" ucap siyeon saat matanya menangkap jeno yang bergerak gelisah ditempatnya meskipun hanya sedikit

Jeno tersenyum dan menggeleng kecil menandakan ia tak apa. sebelah tangannya meraih gelas minuman dan meneguk sedikit isinya.

"Benar tak apa?" ucap siyeon

"Iya, hanya saja aku memikirkan putra ku yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit" ucap jeno tak sepenuhnya bohong.

"Oh begitu, jadi guanlin sakit? Aku jadi ingin menjenguknya" ucap siyeon dengan nada suara yang dibuat iba.

rival (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang