Lima: Teman

6.1K 470 32
                                    

Hollaaaaa, author-nya lagi seneng loh, lagi bahagia juga wkwkwk:" makanya author kasih bonus part buat hari ini wkwkwk, semoga gak lupa sama part yang hari kemarin ya wkwkwk XD enjoy it!

***

Aku tiba di Jakarta. Aku menunggu giliran keberangkatanku. Aku sekarang berada di Kolinlamil. Hari-hari yang melelahkan. Meskipun hari yang melelahkan, malam itu kami berdendang bersama di dalam kapal. Tak mengenal pangkat dan usia, kami bersenandung bersama-sama. Bernyanyi lagu dari Payung Teduh yang berjudul Akad lalu merembet-merembet dangdutan.

Tiba-tiba ponselku berdering. Senyumanku merekah saat ia menelponku. Aku segera mengangkat telepon itu.

Halo, assalamualaikum, Dik. Kamu sibuk nggak?” tanya Dara menyambutku.

Waalaikumsalam, yang. Ah, enggak kok. Kangen yaa?” godaku.

Cih, gede rasa banget, Kak.” gerutunya.

“Hahaha, iya ada apa, sayang?”

Aku cocok nggak kalau potong pendek?”

“Loh, kenapa kok mau potong pendek?”

Gerah, tau nggak. Jadi pengennya potong pendek gitu. Lagian juga bosen kalo rambut panjang terus.

“Potong rambut pendek seberapa. Potong mohawk?” aku tertawa, tentunya membayangkan Dara memangkas rambutnya gaya mohawk.

Ih, nggak bener. Masa cewek disuruh potong mohawk?” gerutunya lagi.

“Potong sebahu aja deh. request dong, tambah poni tengah biar lucu-lucu gemesin gitu, hahaha.”

Siap, Pak bos!” serunya.

“Hayo tebak, aku lagi di mana?” tanyaku sambil menahan tawa.

Lagi di laut, perjalanan ke Lebanon. Ya kan? Ya kan?” katanya. Tentu saja itu salah!

“Salah, tebak aku di mana?”

Di mana sih, yang?”

“Aku lho di Jakarta.” aku tertawa terbahak-bahak.

Ihhh, gitu nggak ngabarin kalo di Jakarta. Posisi di mana sekarang?”

“Dika lagi di Kolinlamil. Kalau besok ke sini nggak apa-apa.”

“Wah, besok aku ngajar sampai sore. Sabtu depan bisa nggak?”

“Bisa kok, aku tunggu ya. Jangan telat lagi!”

Sampai jumpa hari Sabtu, sayang!”

***

Aku menunggu di anjungan kapal, berbincang-bincang dengan temanku di sana sembari menunggu Dara datang kemari. Meneguk teh hangat sambil mengobrol di anjungan memang tidak ada tandingannya.

“Selamat siang, Letda Randika. Ada tamu atas nama Sandara Anggraini telah menunggu di dek kapal.”

Aku menoleh ke belakang, “Ya, terima kasih. Lima belas menit saya ke sana.”

Aku memutuskan untuk turun dari anjungan dan menemui Dara di dek kapal. Sebelum itu, kuintip dia di geladak atas. Kulihat Dara berjalan mondar-mandir menungguku. Adikku hanya bisa berdiri melongo melihati Dara yang berjalan mondar-mandir di dek. Aku menatapnya dari atas sini dan membuatku sedikit terkikik.

Aku langsung turun lewat dalam dan menemuinya di dek kapal. Saat ia melihatku, ia langsung berlari memelukku erat sekali. Aku pun merasa tak enak berpelukan di atas kapal begini. Bagaimana kalau dilihat dengan komandan MTF? Malah tak enak. Terciduk atasan itu bisa bikin malu setengah mati, hehe. Sori, gengsi nih.

SANDARANDIKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang