Halo, ini Hari Rabu :v waktunya update wkwkwk.
Gimana? Udah greget atau kurang greget part yang kemarin?😆😆😆 Dara pengen aku ucet-ucet rasanya😥😥😥 wkwk. Enjooooooooy!
---
Aku menerima telepon dari Dara saat aku selesai bertugas hari ini. Setelah sekian lama aku berdiam diri dengannya, akhirnya ia buka suara. Ia menelponku di saat aku sudah menjalani aktivitas keseharianku di sini, sebagai prajurit Maritime Task Force di Lebanon.
“Halo, Dika!! Aku kangen banget sama kamu!!” pekiknya. Ya Tuhan, apa ini nyata?
“Dara? Kamu nggak marah lagi sama aku?” nada bicaraku berperasaan berbunga-bunga.
“Hah, marah? Ngapain marah ke kamu jugaa, aku nggak marah kok. Perasaan kamu aja kali, Dik!”
“Ah, yang bener, ah! Tapi, kamu akhir-akhir ini marah sampe benci banget sama aku.”
“Halah, aku udah berapa kali bilang sih, kalau aku pembina teater di sekolah, kamu aja yang baperan.”
“Jadi kamu nggak marah?”
“Hahaha, ngapain marah? Nggak jelas banget deh. Kamu tugas ya tugas aja, aku di sini baik-baik aja kok, Dika. Kamu nggak usah khawatirin aku.”
“Terus, katanya Arin kamu bertengkar. Itu beneran apa bohongan sih?”
“Kamu kok percaya konspirasiku sama Arin. Ngomong aja sama Arin, dia bantu aku buat menyukseskan semua ini!”
Aku tertawa geli, “Dasar ya! Ratu drama! Untung kamu cuma bohongan, sampe nggak habis pikir aku di sini.”
“Maaf bikin kamu nggak tenang di Lebanon.” nada bicaranya berubah mengecil.
“Nggak apa-apa, sayang, aku sayang kamu!”
“Dik, cium jauh dulu dong, hahahaha!”
“Muah!”
PLAK!
Aku terlonjak bangun dari tidurku setelah menerima tamparan keras yang mendarat di pipiku. Aku melihat Nasrul yang sudah berdiri berkacak pinggang di samping tempat tidurku. Ia menatapku tajam dan geram. Aku melihat sekeliling, semua tempat tidur sudah kosong. Pertanda semua sudah bangun.
“Bangun lo! Waktunya sholat subuh! Dasar kebo susah banget banguninnya! Mana lagi mulut lu dimonyong-monyongin mau ngapain, heh?” Nasrul mulai marah-marah nggak jelas di kamar.
“Gue tadi mimpi ya?” tanyaku linglung.
“Buset dah, ini anak masih belum sadar apa yak? Sadar woy, lu tidur tadi!” Nasrul menepuk-nepuk kedua pipiku. Aku semakin tersadar dari rasa kantukku.
“Eh, tapi tadi gue nggak berasa mimpi ya. Kaya nyata banget.”
“Kenapa sih?”
Aku langsung mengecek ponselku. Aku melihat ruang chat dengan Dara. Tidak ada panggilan masuk dari Dara. Aku tercekat saat melihat layar itu. Semua mimpi. Semua mimpi!! Aku benar-benar membenci hal ini!
“Sabar, lo bener-bener diuji di sini. Ayo, sholat subuh dulu, biar lo merasa tenang di sini.”
Aku mengiyakan perkataan Nasrul. Aku segera bangkit duduk dan mengikuti langkah kaki Nasrul untuk shalat subuh berjamaah.
***
Setelah shalat subuh, aku meraih ponselku. Aku segera mengirim pesan kepada Dara. Menghubunginya dan mendengar suaranya, aku tidak ingin kehilangan Dara. Sampai kapan pun, aku tak ingin kehilangan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDARANDIKA 2
Romance[COMPLETED] Randika Kusuma Hermawan seorang perwira muda angkatan laut harus siap menjadi seorang abdi negara yang ditugaskan di mana saja. Suatu hari, Dika terdaftar sebagai pasukan kontingen Garuda satuan tugas Maritime Task Force di Lebanon membu...