Tiga Belas: Aneh

5.1K 426 58
                                    

SURPRISE UPDATE (2)

Haaai guysss! Gimana nih hari-harinya yang lagi greget sama Dara :') semoga hapenya ga dibanting gara-gara kesel sama cerita ini. Enjoy!

---

Aku berdiri menghadap lautan Mediterania dalam gelap. Hawa dingin menusuk-nusuk kulitku dengan ganas. Bintang gemerlapan di atas sana. Aku berdiam diri sambil menatap langit. Kepalaku terbenam dalam sinar rembulan.

Aku jadi teringat dengan Dara. Aku tidak habis pikir kenapa ia membenciku. Aku tahu, aku memang salah karena aku akan berangkat ke Lebanon dan mengabarinya tiba-tiba. Tetapi, aku tidak lama di sini, aku pasti kembali ke Indonesia.

“Dik, ini hape lo kemarin,” celetuk seseorang dibelakangku, “Tempered glass-nya pecah, tapi untung bukan kacanya yang pecah.”

Aku menoleh ke belakang, menerima ponselku dari uluran Nasrul. Nasrul tersenyum padaku.

“Makasih, Rul.”

“Semenjak Mama lo meninggal, lo kayak bukan Dika yang gue kenal. Dika yang selalu ada aja bahan candaannya, Dika yang gila, Dika yang kocak, Dika yang tegas, Dika yang optimis, dan orang yang terbuka. Gue tahu lo punya banyak masalah. Apalagi lo punya masalah sama pacar lo.”

“Halah, Rul, lo ngaco kalo ngomong.” kilahku. Aku tidak ingin orang lain tahu tentang masalahku dengan Dara.

“Nggak usah tutup-tutupin, gue tahu inti masalah lo. Gue kemarin nggak sengaja baca chat lo sama pacar lo, karena posisi hape lo layarnya nyala nunjukin ruang chat itu. Gue denger semua pembicaraan lo di kamar terus banting hape. Gue tahu gue lancang tentang privasi lo. Tapi, be wise, man. Lo seorang tentara yang disumpah untuk selalu mengabdi kepada negara, lo harus ngerelain semua orang tersayang lo buat berangkat tugas.” Nasrul menepuk pundakku, “Bahkan lo harus rela kehilangan cinta kepada pacar lo sendiri.”

“Gue nggak mau kehilangan Dara, gue yakin dia bukan Dara yang gue kenal. Dia Dara yang lain.”

“Renungkan, Dik. Lo pilih kehilangan pacar lo, atau lo pilih kehilangan harga diri lo sendiri sebagai abdi negara.” Nasrul berjalan menjauhiku sendirian.

Aku tidak ingin kehilangan kehilangan harga diri bangsa sendiri, dan aku juga tak ingin kehilangan Dara untuk pergi. Aku terdiam seribu bahasa.

Jawabannya, aku tetap ingin mempertahankannya. Mempertahankan keduanya.

Ponselku bergetar, aku melihat Arin menelponku. Aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul satu malam waktu yang sengaja aku set waktu Indonesia bagian barat. Ada apa ia menelponku malam-malam begini?

“Halo, Rin, ada apa malem-malem nelepon gue?”

Gue bertengkar sama pacar lo.

Aku terkejut mati-matian mendengar kalimat itu, “Lah, kenapa? Lo bukannya dari dulu temenan baik sama dia? Gimana ceritanya?”

Gue pergokin pacar lo sama cowok tinggi itu. Gue marah-marah karena dia terlalu mesra sama cowok itu. Gue berusaha ngingetin tentang lo.

“Terus, dia jawab gimana?” tanyaku hati-hati.

Dan jawabannya diluar dugaan gue, Dik, masa iya dia bilang gini, ‘Dika nggak pernah ada buat gue. Mending gue stop daripada gue sering ditinggal.’ apa lo pikir itu masuk akal, Dik? Dia empat tahun kuat jarang ketemu, dan ini nggak sampai setahun, Dik. Gue curiga, Dara di cuci otak sama itu cowok.

“Gue nggak mau suuzan dulu sama orang. Gue masih pengen mempertahankan dia.”

What? Lo udah dikecewain, men! Lo masih mau bertahan?!

SANDARANDIKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang