Lima Belas: Teman Baru

5.4K 432 63
                                    

Is that surprise update(?)
Semalam gabut bin setengah buntu, maaf kalau next part cenderung amburadul :v wkekekekekeee! Happy reading!

---

Hari ini ada cuti hari besar. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Beirut. Kami menyewa mobil untuk jalan-jalan berenam —Nasrul, Bara, Adimas, Affandi, Afif, dan aku. Semua teman-temanku bernyanyian lagu Akad milik Payung Teduh, sedangkan aku hanya berdiam diri menatap jalanan kota Beirut.

“Weee, Affandi nyanyinya paling keras, kayaknya Affandi siap mau nikah nih!” Teriak Adimas sambil tertawa.

“Ngawur, aku kan masih pasangan baru. Dika tuh, yang udah sembilan tahun pacaran sama ceweknya!”

Aku melirik Nasrul yang sedang membisik-bisikan sesuatu. Aku tak menghiraukannya. Aku lebih memilih untuk tetap diam melihat sudut kota Beirut ini.

“Sori, Dik, gue nggak tahu.” celetuk Affandi tiba-tiba.

Aku memaksakan sedikit senyumku, “Santai aja kali.”

CIIEEETT

Adimas menghentikan laju mobilnya dengan mengerem mendadak, seisi mobil langsung terkejut saat mobil berhenti mendadak, “Serius, Dik? Kamu putus sama Dara?”

“Iya, aku udah empat hari ini putus sama Dara.”

“Kenapa lagi lah kau?” Afif langsung bertanya.

“Tanya Nasrul aja. Dia tahu semua masalah gue dari awal sampe gue putus. Gue lagi males bahasnya.”

“Wahh, parah lu nggak cerita-cerita ke kita!” seru Affandi.

“Sori, sebenernya gue nggak mau cerita tentang masalah ini ke siapa pun. Berhubung Nasrul temen sekamar gue, dan dia yang tahu pas gue lagi marah. Jadi dia yang tahu semua masalah gue. Gue lagi males bahas masalah ini.”

“Kita sudah sampai!” teriak Adimas mengalihkan pembicaraan, “Ini nama tempatnya Rene Moawad Garden. Ayo kita foto-foto!”

Semua teman-temanku keluar dari mobil. Aku hanya mengikuti langkah kaki mereka dengan malas. Mereka mengajakku untuk berkeliling-keliling taman.

“Aku di sini aja ya, aku lagi males jalan-jalan.”

“Dika, kita habiskan waktu bersama lah. Muka kau tekuk begitu macam bodat aja kau!” seru Afif.

“Udah-udah,” kata Nasrul, “Dika, tunggu kita di sini ya. Gue sama anak-anak mau jalan dulu.”

Mereka berjalan meninggalkanku di bangku taman. Aku menatap sekeliling tempat ini, pemandangannya menyenangkan walaupun hari ini rasanya terik  sekali. Setidaknya aku bisa menghibur diri sendiri dengan caraku sendiri.

Aku menunduk menatap ponselku, melihat ke arah ponselku yang terpampang wajahku dengan Dara. Aku tidak bisa melupakan beberapa hari lalu saat hubungan kami kandas. Aku membenamkan wajahku ke dua telapak tanganku.

Excuse me, can I sit down here?—Permisi, bisa kah saya duduk di sini?” kata seorang perempuan kepadaku.

Aku menggeser dudukku tak menatap perempuan yang ada di sebelahku, “Yes, sure—Ya, tentu.”

Why are you looking so sad? Do you have any problem?—Kenapa kamu tampak begitu sedih? Apa kamu punya masalah?”

No, I haven't. I'm OK—Tidak, aku baik-baik saja.”

Maybe I can help you. Because I assigned here to help all people of Lebanese. Have you ever hear about UNIFIL before?—Mungkin aku bisa membantumu. Karena aku ditugaskan di sini untuk membantu orang-orang Lebanon. Apakah sebelum ini kau pernah dengar tentang UNIFIL sebelumnya?”

SANDARANDIKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang