Dua Puluh: Kepulangan

5.5K 461 41
                                    

Happy Sundaaaaay! Semoga suka yak wkwkwkwk author mau nugas dulu :')

---

Tanpa terasa, masa dinasku di Lebanon telah sampai pada puncaknya. Besok pagi, satuan tugas MTF akan kembali ke Indonesia dan digantikan dengan awak kapal yang baru. Aku akan menempuh sekitar satu bulan lebih untuk sampai ke Indonesia. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa melewati masa tugasku di Lebanon. Yah, walaupun aku merasa tidak bisa selalu maksimal dalam bertugas karena masalahku yang ada di Indonesia selalu menggentayangiku semenjak aku berangkat dari Indonesia hingga detik ini.

Sebelum aku kembali ke Indonesia besok, sore yang cerah ini aku akan melaksanakan upacara penaugerahan dan penyematan UN Medals--Tanda jasa yang diberikan oleh PBB, atau biasa disebut Medals Parade.

Aku berdiri di samping dermaga bersama yang lainnya mengenakan seragam Black Navy dan baret biru mudaku. Aku bersiap-siap untuk merapikan seragamku.

Di saat komandan MTF UNIFIL telah datang, semuanya bersiap-siap untuk berbaris mengikuti upacara ini. Upacara ini pun di mulai dengan khidmat. Sambutan pun diberikan beliau selaku inspektur upacara. Setelah itu, penyematan tanda jasa para petinggi dalam satuan tugas ini. Dilanjutkan dengan menyematkan kepada barisan para perwira, bintara dan tamtama yang menjadi awak kapal satuan tugas MTF periode ini.

Saat-saat komandan MTF UNIFIL menyematkan tanda jasa kepadaku, aku merasa sangat bangga sekali. Aku bisa menyelesaikan tugasku di Lebanon. Aku jadi mengingat Mama, yang mendukungku menjadi seorang tentara. Karena doa Mama, aku bisa berdiri di samping dermaga dengan tanda jasa penaugerahan dari PBB. Aku berharap, Mama bangga kepadaku. Berharap dalam arti, aku mampu menjalankan tugas di Lebanon. Walupun aku merasa Mama berat hati untuk aku tinggal pergi jauh di Lebanon.

Setelah upacara selesai, sekitar setelah salat Maghrib, kami mengadakan Cocktail Party. Hari ini aku hanya menjadi seorang penonton sambil menikmati sirup jerukku.

Aku melihat dua orang di sudut meja makan. Mereka asyik mengobrol dan tertawa satu sama lain. Yah, siapa lagi kalau bukan Bara dan Dinda. Dinda ditugaskan untuk menghadiri acara ini, dengan itu Bara berkemungkinan besar dapat bertemu dengan Dinda gadis pujaan hatinya.

"Iri ya lihat Bara pacaran?" celetuk Adimas memergokiku saat melihati dua orang yang saling berbagi kebahagiaan mereka.

"Ah, lo bisa aja." aku menggeleng-gelengkan kepalaku cepat sambil tersenyum.

"Sabar, ini mah godaan seorang jomblo. Godaan aku juga sih." Adimas tertawa terbahak-bahak. Tetapi suaranya tenggelam dalam suasana yang ramai ini.

"Nggak nyangka besok kita bakal balik." kataku setelah meneguk minumanku.

"Ah, ya gitu lah. Nggak sabar mau ketemu Bapak sama Ibu di rumah Surabaya nanti."

"Enak masih bisa ketemu sama Ibu di rumah, bisa ngerasain masakan Ibu lagi." kataku sambil mengingat Mama, mengingat Mama sudah tidak ada di dunia. Beliau meninggalkanku di saat aku meninggalkannya.

"Yang kuat dong, Dik! Semangat!" Adimas menepuk pundakku sebanyak tiga kali.

"Pasti bakal kuat kok. Kan ini ujian dari Allah." aku tersenyum.
Aku merasakan ponselku berdering. Aku mengambil ponselku dari sakuku. Rupanya Arin yang menelponku malam-malam begini.

"Halo, assalamualaikum, ada apa, Rin?"

"Waalaikumsalam. Lo udah tau kabar gak?"

"Apaan?"

"Dara tadi resign kerja. Gue dibilangin sama temen gue yang kerja di sana."

Aku termenung. Aku meninggalkan Adimas yang berdiri di sampingku dengan berjalan ke geladak kapal jauh dari keramaian.

"Apaan? Dara kenapa?"

"Resign kerja."

"Dia kenapa resign kerja? Bukannya di sana enak?"

"Dia ngerasa enggak enak kerja di sana. Akhir-akhir ini dia ngerasa enggak nyaman."

Aku memegang kepalaku, kenapa Dara malah banyak tingkah di Indonesia? Sudah tahu cari kerja itu susah, kenapa dia mau meninggalkan pekerjaannya yang menurutku lebih hebat itu?
"Arin, lo masih deket sama Dara kan?"

"Sebenernya gue masih mau deketin dia, Dik. Tapi, dia kalo ketemu gue malah jadi sensi gitu. Gue jadi enggak enak malah sama lo."

"Arin, gue minta tolong banget sama lo. Minta tolong banget. Tolong cariin kerjaan dia, minimal kasih dia daftar lowongan kerja aja deh. Aku mau dia enggak jadi beban orang tuanya. Kasihan orang tuanya."

"Di kerjaan gue ada lowongan analis keuangan. Kebetulan yang dicari jurusan akuntansi sama jurusan matematika. Barang kali dia mau kerja di tempat gue. Sama yang lain-lain sih, Dik. Aku punya banyak relasi loker buat dia."

"Makasih ya, Rin. Gue enggak bisa balas apa aja yang udah lo lakuin buat bantu gue, bantu Dara juga. Gue bener-bener terima kasih banget sama lo."

"Dika, gue bangga sama lo."

"Bangga kenapa?" tanyaku bingung.

"Yah, lo tahu lah, Dik, zaman sekarang kalau habis putus, mereka pada enggak peduli satu sama lain. Tapi, lo enggak. Lo masih menempatkan Dara sebagai wanita di mata lo. Bukan sebagai musuh lo. Walaupun dia benci banget sama lo."

"Yah, gimana-gimana gue harus respek sama cewek kali, Rin."

"Bener banget! Oke, deh, Dik. Hati-hati besok baliknya ya, nyetir kapal yang bener!"

"Wah, siap, Rin! Aku minta tolong banget ya, sebulan mungkin baru nyampai Indonesia."

***

Hari sudah pagi. Pagi ini cukup tenteram sekali. Suasana yang cerah di mana akan melepaskan kembalinya kami dan digantikan oleh satuan tugas MTF periode selanjutnya. Aku sudah bersiap dengan seragamku, seragam loreng gurun dengan baret biruku. Dengan setelan itu, aku berdiri di samping geladak kapal. Tentunya sedang melakukan parade roll. Kapal akan meninggalkan dermaga Beirut sesaat lagi. Aku melihat Bara yang berdiri di samping kiriku. Ia melambaikan kepada kekasihnya yang masih bertugas di Indobatt, dan beberapa bulan ke depan ia akan bisa kembali ke Indonesia. Setelah ini, mereka akan menjalani hubungan jarak jauh antara Indonesia dengan Lebanon.

Suara peluit telah terdengar pertanda kapal akan segera berangkat. Badanku sedikit terhuyung saat kapal berangkat melawan angin. Aku melihat Bara, ia melambaikan tangan semakin tinggi kepada sang kekasihnya, yang berdiri di kapal bersiap meninggalkannya pulang bertugas terlebih dahulu.

"Sabar, Bar, ini ujian." kataku setengah berbisik kepadanya.

"Setelah ini, aku ngerasain apa yang kamu rasain, Dik."

"Ah, lo bisa aja." ujarku setengah terkikik.

"Aku doakan yang terbaik aja lah buat kamu. Kalaupun jodohmu Dara, dia pasti kembali ke kamu kok. Dan kalaupun jodoh bukan Dara, semoga lebih baik untuk kedepannya." katanya dengan pandangan yang menerawang, "Apa kamu masih yakin sama Dara?"

"Sampai kapan pun, aku tetep percaya dan yakin sama dia. Aku merasa dia itu Dara yang lain, bukan Dara yang aku kenal. Mungkin aku bisa membicarakan ini pas aku ambil cuti ke Jakarta."

"Bagus, aku cuma bisa bantu doa ya, Dik."

Suara peluit pertanda memberi hormat kepada kapal yang datang menggantikan kapal yang sudah menjalankan tugas. Semua awak kapal yang aku tumpangi langsung memberi hormat kepada kapal yang akan mendekati pelabuhan Lebanon.

Selamat tinggal Lebanon. Sudah saatnya aku kembali untuk melanjutkan tugasku di Indonesia sekaligus aku menyelesaikan segala masalahku yang selalu menghantuiku di sini. Dan satuan MTF yang baru, selamat bertugas!

---

Bagaimana?😂😂

SANDARANDIKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang