Dua tahun yang lalu, di mana mereka bertemu di halte tempat Sowon menunggu bus saat pulang kuliah. Dia melihat sosok jangkung dengan pakaian formal, basah kuyup karena terkena air hujan. Lelaki itu berlari ke tempat yang sama dengannya, berteduh dari hujan deras yang datang tiba-tiba.
Hanya ada mereka berdua, dalam suasana canggung. Hal yang membuat Sowon bingung, mengapa turun hujan deras padahal cuaca terlihat cerah. Sungguh, dia tidak tahu apa yang terjadi.
Hingga akhirnya bus tujuan wanita itu hampir tiba, dan saat Sowon tak sengaja menoleh ke arah samping kanan di mana terdapat laki-laki asing yang tak dikenalnya sekarang tengah menatap dia tanpa berkedip. Sowon pikir, dia ingin meminjam payungnya, oleh sebab itu Sowon menyodorkan payung lipat yang belum sempat dibuka karena sudah lebih dulu berteduh di sini.
"Apa?" tanya lelaki itu dengan nada dingin.
"Pakailah. Aku tahu kau membutuhkan ini."
Ragu, dia menerima payung berwarna merah muda yang disodorkan Sowon ke arahnya.
"Aku pergi." Sowon pamit dan dengan cepat melangkahkan kakinya ketika bus itu berhenti di tempat pemberhentian. Tentu saja dia ingin cepat pulang.
Lelaki itu mengejar dan berteriak mengucapkan kalimat, "Hei tunggu." Saat Sowon baru saja menapakkan satu kakinya ke dalam bus.
Sowon menoleh sebentar, "Ada apa?"
"Siapa namamu?"
"Aku Sowon." Setelahnya, wanita itu masuk ke dalam bus dan pintu perlahan tertutup. Dia duduk di bangku penumpang yang kosong, melihat tubuh jangkung itu ternyata masih saja berdiri sambil memperhatikan dirinya dari balik kaca. Sosoknya perlahan menjauh saat kendaraan ini mulai meninggalkan halte, membelah jalan ibukota yang tampak macet karena pengendara roda dua banyak yang memilih meneduh di pinggir jalan sehingga menyebabkan jalanan menyempit dan tak beraturan.
Sowon tidak pernah menyangka, karena pertemuan singkat itu, kini dia dan lelaki jangkung itu terikat sebagai suami istri.
***
"Kau bilang kau suka dengan hadiahku, namun mengapa kau tak pernah memakainya?"
Hari ini, Jin dan Sowon kembali bertengkar hanya karena masalah sepele; Sowon yang tidak memakai heels pemberian suaminya saat wanita itu berulang tahun dua bulan lalu.
"Maafkan aku, Jin. Aku suka sekali dengan heels ini namun ukurannya terlalu sempit untuk kakiku. Aku pernah pakai sekali waktu pergi bersama temanku."
"Bohong." Jin selalu saja seperti itu, tak pernah mempercayai ucapan istrinya walau Sowon benar. Dia selalu saja mendesak wanita itu untuk mengakui kesalahan yang tidak ia lakukan. "Jika kau tidak menyukainya, mengapa kau tidak memakainya? Kau memang banyak alasan, tidak pernah menghargai apapun yang sudah kuberikan padamu."
"Bukan seperti itu." Sowon menarik lengan Jin, berusaha bersikap dewasa menghadapi sifat suaminya. "Oke, nanti malam aku akan pakai heels ini saat kita menghadiri pesta pernikahan rekan kerjamu. Biar kau bisa lihat jika aku sangat-sangat menyukai hadiah pemberianmu."
Satu tahun lebih menikah, Sowon mulai belajar memahami sikap Jin. Sekarang, dia lebih memilih mengalah dan mengiyakan semua kemauannya agar Jin tidak bersikap kasar atau melakukan sesuatu padanya.
Jin hanya menatap datar istrinya, setelah itu menjauhkan tangan wanita itu dari lengannya dan berjalan menjauh meninggalkan kamar.
Sowon tidak mengerti dengan sikap Jin. Dia misterius dan susah ditebak. Adakalanya dia baik dan terkadang dia tidak acuh pada wanita itu.
Awal menikah, Sowon merasa hidupnya normal-normal saja. Jin memperlakukannya dengan baik seperti memperlakukan istri pada umumnya. Namun semakin lama, dia berubah menjadi sosok yang tidak seperti yang Sowon kenal.
Jin terlalu posesif, dia membatasi ruang lingkup pergaulan istrinya dan tak memperbolehkan Sowon pergi atau bicara dengan laki-laki lain selain keluarga. Jin pemarah, dia bisa saja marah berhari-hari hanya karena masalah sepele. Jin selalu berfikir negatif tentang apapun, dia pernah bilang tak pernah percaya pada siapapun meski hubungan mereka dekat, bahkan dia juga tak percaya pada istrinya sendiri. Jin selalu menyipitkan mata curiga ketika Sowon membicarakan suatu hal baru padanya tanpa bukti.
Saat belum genap satu tahun menjalani pernikahan, mereka sering bertengkar. Jin selalu mempermasalahkan hal kecil menjadi besar, dan Sowon berusaha membela diri sendiri karena tidak ingin disalahkan terus-menerus oleh suaminya. Mereka sama-sama tidak mau mengalah, egois, dan titik puncak pertengkaran mereka adalah saat Sowon bilang bahwa sudah tidak tahan hidup satu atap dengannya dan menginginkan bercerai.
Sowon sudah membawa kopernya dan hendak pulang ke rumah Ibu, namun Jin menghadangnya agar tidak pergi ke mana-mana. Lelaki itu bahkan mengunci pintu rumah dan memasukkan kunci ke dalam saku celana. Dia menangis sampai berlutut dan memohon agar Sowon tidak pergi, berulang kali dia mengucapkan kata jika dia mencintai istrinya.
Sowon yang awalnya marah, perlahan luluh dan menyuruhnya berdiri. Jin bilang, dia tidak mau berdiri sebelum Sowon memaafkan dia dan membatalkan niat untuk pergi. Dengan berat hati, wanita itu mengangguk dan mengiyakan kemauan suaminya.
Sowon kira Jin akan berubah, ternyata tidak. Dia masih sama seperti Jin yang dulu, yang keras kepala dan posesif. Jika sedang marah, dia tak segan-segan memukul istrinya sampai pernah bibir wanita itu berdarah karena ditampar dengan keras olehnya. Tapi, tak ada satupun orang yang tahu akan sisi gelap rumah tangga mereka. Teman-temannya hanya tahu mereka adalah pasangan romantis dan terlihat kompak di hadapan mereka. Padahal kenyataannya, Sowon menderita hidup begini. Dia ingin bebas dari tekanan Jin, Sowon rela jika ada orang yang iri dan menginginkan bertukar tempat untuk menjadi istri seorang CEO yang kaya raya dan tampan seperti Jin.
Jika kalian bertanya mengapa tidak Sowon ceraikan dia, maka wanita itu akan menjawab jika dia tidak mau menceraikan istrinya sampai kapanpun. Dia bilang dia mencintai Sowon, namun yang Sowon amati selama ini ... Jin tidak mencintainya, namun dia hanya terobsesi dengan wanita itu.
***
Ngidam mau nyoba bikin FF Sowjin wkwkwkwk😂
***
Publish pertama : 14 September 2017
Revisi : 11 Oktober 2017
Dikarenakan banyaknya saran yang masuk dan itu membantu banget jadi aku memutuskan buat revisi. Thanks ya, teman-teman. Awalnya aku mau bikin pakai sudut pandang orang pertama yaitu Sowon sebagai tokoh aku, namun lama-kelamaan aku lebih nyaman pakai sudut pandang orang ketiga jadi aku putusin pakai POV orang ketiga aja. Untuk bahasanya, sekarang Sowon dan Jin sama-sama pakai bahasa baku saat dialog agar tidak membuat kalian bingung😊 sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesif [Jin-Sowon] ✔
Fanfiction[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] Apa yang akan kamu lakukan jika mempunyai suami yang terlalu posesif dan terobsesi denganmu? -Sowon, 24th -Jin, 30th UDAH TAMAT!