Mendengar bayinya menangis, Jin melirik ke arah sebelahnya dan mendapati Sowon tengah tertidur pulas. Wanita itu baru saja tidur satu jam lalu setelah menemani anaknya bermain dan So Min tak kunjung tidur. Anak itu baru saja tertidur namun sudah bangun karena ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Sejak seminggu lalu, Sowon sudah kembali ke rumahnya dan Jin. Sowon kasihan melihat Jin harus bolak-balik dari tempat kerjanya ke rumah mertua lalu kembali ke apartemen setiap hari. Sowon juga sudah bisa mengurus anaknya sendiri jadi dia berusaha menjadi mama muda yang mandiri.
Lelaki itu mengerang, menutupi kedua telinga dengan bantal dan pura-pura tidak mendengarnya. Dia ingin membangunkan Sowon, namun tidak tega melihat wanita itu jadi kurang tidur akhir-akhir ini. Kemarin Sowon juga sempat ikut demam karena hampir setiap hari begadang ketika So Min sakit.
"Dia berisik sekali," gumam lelaki yang kini mengubah posisi menjadi tengkurap. Dia berusaha mengabaikan tangisan bayi kecil itu namun beberapa menit setelahnya Jin memilih berdiri dan menghampiri box bayi yang berada tak jauh dari tempat tidur mereka.
"Kau kenapa?" tanya Jin dengan dingin yang dibalas tatapan sendu dari So Min. Bayi perempuan itu bergerak sembari menangis keras, berharap sang papa bisa mengerti apa yang terjadi padanya hingga membuat dia bersedih seperti ini.
Lelaki itu menatap box bayi lagi dan mengangguk ketika mengetahui sebabnya menangis.
Dia buang air kecil, membuatnya tidak nyaman karena celana dan tempat tidurnya basah.
"Aish, apa susahnya tinggal bilang jika kau buang air, ha? Kau membuat tidurku terganggu," dumel Jin pada bayi yang belum genap berumur satu bulan itu. "Bagaimana cara menggendongnya? Bagian mana dulu yang harus kupegang?" gumam Jin seperti orang awam.
Dia melemparkan pandangan ke arah tempat tidur, mendapati tubuh kurus Sowon yang kelihatan lelah karena mengurus anak ini. Jin agak merasa bersalah juga karena membiarkan Sowon melakukan semuanya seorang diri. Lelaki itu rasanya ingin membangunkan sang istri dan menanyakan bagaimana caranya menggendong bayi namun tidak jadi karena takut menganggunya.
Jin meringis ketika dia perlahan mengangkat tubuh lembek So Min. Dia mendekatkan tubuh kecil itu ke arah dadanya, membiarkan bayi yang sesenggukan itu menyender di sana. Dia menggunakan lengan untuk menyangga bokong, dan satu tangan lagi untuk memegang lehernya. Jin tidak tahu bagaimana cara menggendong bayi yang benar, namun dia selalu melihat Sowon menggendongnya dengan cara seperti itu.
Lelaki itu berjalan ke arah keranjang pakaian khusus bayi yang tak jauh dari boxnya, mencari pakaian ganti untuk So Min.
"Jangan berisik, nanti mamamu terganggu," ucap Jin sembari mengambil salah satu pakaian hangat. "Kasihan dia, baru tidur satu jam lalu. Kau tega sekali tidak membiarkan dia istirahat."
Setelahnya, Jin membawa bayi itu dan menidurkannya di sofa selesai diberi bantal kecil untuk sanggahan kepala.
Jin mengganti baju dan celana So Min yang basah dengan hati-hati. Sementara sang bayi tangisnya sudah mereda dan menatap Jin masih dengan mata berkaca.
"Gara-gara kau piamaku jadi ikut basah," ucap Jin sambil membalas tatapan si kecil. "Harusnya kau meminta maaf padaku, bukan menatapku seperti itu."
Jin sudah seperti orang gila karena mengomel pada bayinya. Dia tidak bermaksud memarahi sebenarnya, memang nada bicaranya saja yang ketus begitu.
Lelaki itu melepas bagian atas piamanya hingga dia bertelanjang dada dan menaruh piama serta pakaian basah So Min ke keranjang kotor.
Jin kembali menggendong bayinya dan hendak menaruh So Min ke dalam box lagi, namun dia mengurungkan niat ketika tempat itu basah. Jika dia menaruh So Min di sana, sudah pasti baju bagian belakang So Min akan basah dan bayi itu akan menangis lagi karena merasa tidak nyaman.
"Kau kehilangan tempat tidurmu. Menyedihkan sekali."
***
"JINNN, ANAKKU HILANGGGGG!" Sowon berteriak histeris ketika pagi harinya dia bangun dan tidak mendapati So Min terlelap di boxnya. "Anakku di mana?" Wanita yang belum sempat menyisir rambut, mondar-mandir mencari keberadaan putrinya.
"Aish, bisakah kau tidak teriak? Ini masih pagi, Sowon!" Lelaki yang bertelanjang dada itu sangat terganggu karena mendengar jeritan sang istri, lantas membuka mata secara paksa dan mengubah posisinya menjadi setengah terbangun.
"So Min hilang. Anakku hilang! Padahal kemarin aku masih ...."
"Dia ada di sini." Jin menunjuk sesuatu di sebelahnya. Sowon yang sudah lemas karena mendapati anaknya hilang, berlari dan melihat anak perempuannya tengah terlelap di samping Jin dengan bantal dan guling kecil yang menjadi pembatas agar anak itu tidak jatuh ke bawah.
Sowon tidak melihat keberadaan So Min karena terhalang punggung tegap Jin yang membelakanginya tadi.
"Ya ampun, bahkan aku sudah keringat dingin karena takut dia kenapa-napa." Sowon terduduk lemas di pinggir ranjang, memegang dadanya yang mendadak jantungan karena hal ini.
Dia takut Jin melakukan sesuatu pada anaknya. Jujur saja, Sowon kadang masih parno ketika dia mengingat di mana Jin hendak menusuknya beberapa bulan lalu dan mengatakan dia tidak suka anak-anak.
"Bagaimana bisa dia ada bersamamu, Jin?"
"Kemarin dia buang air kecil, lalu aku menggantikan pakaiannya. Saat aku hendak menaruhnya lagi, kulihat tempat tidur itu basah. Dibanding dia menangis lagi dan membuat tidurku terganggu, jadi kubiarkan dia tidur di sebelahku."
"Dia menangis? Benarkah? Kenapa kau tidak membangunkanku?"
"Kau tidur pulas semalam, aku tidak tega membangunkannya."
"Terimakasih, maaf karena merepotkanmu." Sowon melihat bayi yang masih tertidur nyaman di ranjang, kemudian tersenyum dan mendekatkan wajah untuk mencium pipi So Min sekilas. Sementara Jin kembali membaringkan tubuh di dekat So Min dan memejamkan matanya lagi karena dia masih mengantuk.
Jin baru saja tidur dua jam lalu. Bayi So Min tidak bisa memejamkan mata jika dia tidak diajak main dulu. Karena tidak tahu harus apa, kemarin malam Jin mengajak So Min keluar kamar dan menyetel acara bola di ruang keluarga.
So Min yang ada di gendongan Jin menangis saat sang papa berteriak terlalu keras karena tim lawan membobol gawang tim jagoannya dan membuat bayi itu kaget. Jin merasa bersalah dan meminta maaf pada anak itu. Namun, tangis So Min tidak langsung reda hanya dengan kata maaf. Jin harus mengajaknya jalan-jalan di sekitar rumah, bolak-balik sembari mengelus punggung sang anak dengan pelan agar dia bisa menghentikan tangis yang terdengar menyedihkan itu.
Sowon bangun dari tempat tidur, menyelimuti tubuh Jin dan putrinya. Wanita yang kini berdiri di samping ranjang, mengelus rambut Jin sekilas sebelum akhirnya mendaratkan ciuman di kening lelaki yang kembali tertidur itu.
"Aku sayang kalian," bisik Sowon, menjauhkan tubuh dari Jin dan tersenyum sembari menatap Jin dan replika kecilnya bergantian. Wanita itu mengambil ponselnya, membuka aplikasi kamera, lalu mengabadikan momen di mana keduanya sama-sama terlelap dengan jarak yang dekat.
"Aku yakin, tidak butuh waktu lama untuk kau menerima anakmu sepenuhnya. Aku percaya kau adalah laki-laki baik dan sangat menyayangi orang-orang terdekatmu, Jin," ucap Sowon dalam hati. "Aku janji, aku tidak akan meninggalkanmu untuk kedua kalinya. Apa pun yang nanti akan terjadi, aku dan So Min akan selalu bersamamu."
***
Papi Jin, Mami Sowon, dan Dedek So Min❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesif [Jin-Sowon] ✔
Fanfiction[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] Apa yang akan kamu lakukan jika mempunyai suami yang terlalu posesif dan terobsesi denganmu? -Sowon, 24th -Jin, 30th UDAH TAMAT!