27 - Reaksi

9.4K 1.1K 183
                                    

Setelah dua jam lamanya dia pingsan dan akhirnya tertidur, wanita itu membuka mata perlahan dan tidak mendapati siapapun di kamar.

"Jin," panggil Sowon, perlahan turun dari ranjang dan mencari keberadaan suaminya. "Jin kau di mana?"

Wanita itu hendak keluar, namun tidak jadi karena dia melihat sosok Jin yang tengah duduk di balkon kamar. Sowon berjalan menghampiri sang suami dan mengibaskan tangan ketika bau rokok menyeruak masuk ke indra penciumannya.

"Kau merokok?"

Lelaki yang memegang puntung rokok di tangan kanan, hanya menatap Sowon sekilas sebelum akhirnya kembali menghisap rokok dengan perlahan di hadapan Sowon dan menghembuskannya hingga membentuk asap berwarna putih tak beraturan yang membumbung di udara.

Sowon menggeleng, bergerak menghampiri Jin dan langsung merebut rokok itu. Dia mematikan rokok sebelum akhirnya membuang benda itu ke dalam asbak yang ada di atas meja.

"Kau janji tidak akan pernah merokok jika kita sudah menikah. Tapi ternyata kau berbohong padaku," ucap Sowon dengan nada kesal.

"Kenapa memangnya? Kau marah jika tahu aku berbohong padamu?" tanya Jin dengan santai. Lelaki itu membetulkan letak posisi duduk dan menyandar di kursi, lalu menarik satu sudut bibirnya ke atas.

"Tentu saja. Aku benci dengan laki-laki pembohong!"

"Kalau begitu, aku juga benci dengan wanita pembohong sepertimu," desis Jin, kini menatap Sowon penuh sinis. "Lebih tepatnya, aku jijik padamu."

"Apa maksudmu?"

Mata wanita itu bergerak mengikuti reaksi tubuh Jin yang kini berdiri dan menarik napas dalam. "Aku tahu kau mengerti maksudku. Aku rasa aku tak perlu menjelaskan ini padamu."

"Tolong jangan bertele-tele, Jin. Aku baru saja bangun dan sekarang kau menuduhku. Tadi kau juga menuduhku. Kenapa kau selalu menuduhku?"

"Menuduhmu?" Jin terkekeh pelan mendengar ucapan Sowon. "Ada bayi dalam perutmu, apakah itu sebuah tuduhan?"

Sowon shock mendengar apa yang Jin katakan. "B-bagaimana kau tahu?"

"Selama aku tidak ada, apa yang kau lakukan bersama laki-laki itu di belakangku?" Nada bicara Jin kali ini benar-benar tidak bersahabat.

"Laki-laki siapa? Apa maksudmu Namjoon?"

"Hm, selingkuhanmu."

"Kau menuduhku berbuat macam-macam di belakangmu bersama Namjoon, iya?"

"Seperti yang kubilang kemarin. Kemungkinan bisa terjadi saat ada kesempatan. Bisa saja kau memang sudah tidak mencintai aku lagi dan melakukan hubungan diam-diam di belakangku dengan lelaki itu ...."

Sowon yang sudah geram akan tuduhan Jin, melayangkan tamparan cukup keras di wajah tampan itu. "Brengsek!" Sowon menarik kerah baju Jin dan memukul-mukul dada lelaki itu. "Aku tidak semurah itu, Jin. Tuduhanmu itu tidak masuk akal. Kau benar-benar brengsek!" Dia mendorong tubuh Jin, namun sama sekali tak berpengaruh untuk lelaki itu. Dia masih tetap diam, memasang wajah tanpa ekspresi padahal Sowon kini mulai menangis.

"Kau yang brengsek. Beraninya kau berselingkuh di belakangku dan sengaja tidak meminum pil itu." Jin tidak mau kalah.

"Kau menyakitiku. Ini bukan anak Namjoon, ini anakmu!" teriak Sowon sambil mengacak rambutnya frustasi. "Apa kau lupa tentang kejadian beberapa bulan lalu saat kau sedang marah besar? Kau lupa tentang kejadian beberapa minggu lalu? Atau kejadian sebelum kau keluar kota? Aku belum sempat minum pil namun kau sudah lebih dulu menyetubuhiku. Apa kau tidak ingat, ha?" Sowon mendorong bahu Jin. "Ini hasil perbuatanmu. Jangan salahkan orang lain untuk membela diri, brengsek!"

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang