"Jin, kakiku sakit. Apa kau bisa berjalan agak pelan?" Sowon meringis, berjalan terseok-seok karena heels yang ia kenakan terasa sempit. Dia yakin, bagian belakang kedua kakinya lecet karena wanita itu merasa keduanya perih.
Mereka baru saja menghadiri acara pernikahan teman Jin. Jin bilang dia akan mengajak istrinya berdansa namun sekarang dia malah menyeret Sowon keluar gedung itu dengan terburu-buru dan dengan raut wajah datar.
Jin tak menghiraukan rengekan Sowon yang menyuruhnya berhenti, terus saja menarik Sowon seolah istrinya itu adalah robot berjalan.
"Apa salahku? Tolong katakan. Jangan begini, Jin." Sowon berusaha mencari tahu apa salahnya sehingga menyebabkan sisi setan seorang Jin kembali muncul.
Jin tak bersuara.
"Aku sudah menuruti semua kata-katamu. Aku memakai heels darimu, aku memanggilmu sayang di depan rekan kerjamu, aku hanya tersenyum dan memperkenalkan nama pada rekan kerjamu, selebihnya aku diam dan menuruti kemanapun kamu mau," oceh Sowon. Mengingat hal-hal yang ia lakukan di tempat tadi.
Sesampainya di parkiran, Jin membuka pintu mobil dan memaksa Sowon masuk ke dalam. Setelah itu, dia menutup pintu dengan kencang hingga membuat Sowon kaget. Jin berjalan mengitar dan membuka pintu kemudi, sebelum akhirnya masuk ke dalam hingga kini mereka berdua ada di dalam mobil.
Belum sempat Sowon bertanya, Jin langsung menarik dagu dan mencium bibir istrinya dengan kasar dan tak memberi wanita itu kesempatan bernapas walau hanya satu detik.
Sowon mendorong bahu Jin, namun dia malah menghimpit istrinya hingga sekarang punggung Sowon menabrak pintu mobil.
"J-jin ...." panggilnya, pelan. "Cukup."
"Aku membencimu," desis Jin. Kini, dia menurunkan ciumannya, beralih ke leher dan Sowon terpekik saat Jin menggigit kulit lehernya dengan kuat.
"J-jin." Sowon kembali mendorong bahunya agar menjauh dari tubuh wanita itu. Sorot mata gelapnya itu membuat Sowon takut, takut Jin melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan.
"Beraninya mereka memujimu dan berkata jika mereka menginginkanmu," Jin kembali berkata dengan pelan. "Tidak akan kubiarkan siapapun mengambilmu dariku."
"Lalu, kenapa kau membenciku?" tanya Sowon susah payah, "Aku mohon, jangan seperti ini, Jin. Kau membuatku takut."
Airmata wanita itu mengalir. Dia mencintai Jin, Jin boleh cemburu tapi Sowon tidak suka diperlakukan seperti ini. Dia istrinya, bukan wanita bayaran yang bisa diperlakukan sesuai kemauan Tuannya.
Jin yang melihat istrinya menangis, menghentikan tangannya yang menggerayangi tubuh Sowon. Dia menatap wanita itu datar sebelum akhirnya menggunakan ibu jari untuk mengusap air yang tergenang di sudut mata Sowon.
"Jangan menangis." Nada bicaranya melembut. Sowon sudah tidak aneh lagi dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu. "Maafkan aku, Sowon."
Jin menarik tubuh Sowon ke dalam pelukannya. Membisikkan kata maaf berulang kali membuat wanita itu sesenggukan namun suaranya teredam karena wajah dia terbenam di dada bidang sang suami yang terbalut kemeja.
"Maafkan aku, Sowon. Aku terlalu kalut ketika aku tidak sengaja mendengar mereka membicarakanmu dan berencana akan merebutmu bila bukan aku yang menjadi suamimu." Jin menaruh wajahnya di ceruk leher wanita itu. Sowon merasakan lelaki itu menarik napas dalam hingga membuat tubuhnya merinding. "Aku tidak ingin kau pergi meninggalkanku dan memilih salah satu di antara mereka, Sowon. Aku tidak ingin kau melihat mereka kemudian jatuh cinta karena mereka lebih baik dariku. Tolong jangan pergi."
Dia memeluk istrinya erat, seolah bila sedikit saja Jin melepas pelukan mereka, maka Sowon akan benar-benar pergi meninggalkannya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Jin. Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada bersamamu," bisik Sowon, berusaha menenangkan Jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesif [Jin-Sowon] ✔
Fanfiction[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] Apa yang akan kamu lakukan jika mempunyai suami yang terlalu posesif dan terobsesi denganmu? -Sowon, 24th -Jin, 30th UDAH TAMAT!