26 - Fakta

9.7K 1.1K 156
                                    

"Seharusnya aku tidak menceritakannya padamu karena aku tahu reaksimu akan seperti ini."

Sowon menggigit bibir bawahnya ketika Jin bicara begitu. Dia tidak bermaksud menyinggung perasaan Jin, hanya saja dia benar-benar takut jika suaminya itu akan melakukan sesuatu pada bayi yang tengah dikandung Sowon.

Jin menjauhkan kepalanya dari paha Sowon, kemudian duduk menyamping dengan wajah yang masih menatap istrinya.

Sowon merinding ketika lelaki itu mengangkat dagunya perlahan hingga kini mereka saling menatap satu sama lain.

"Yang perlu kau tahu, ayah angkatku tidak sepenuhnya jahat. Dia menyayangiku. Aku yakin jika dia masih hidup, dia pasti senang melihatku menikah denganmu."

Mendengar itu, Sowon terpaksa mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas diiringi anggukan kecil. "Y-ya, aku percaya padamu."

Jin mengelus rambut hitam panjang istrinya, menempelkan bibir di bibir Sowon dan melumatnya pelan.

Sowon menghentikan pergerakan tangan Jin yang hendak membuka kancing piamanya. Wanita itu membuka mata dan menjauhkan bibirnya, menggeleng pelan hingga membuat Jin menautkan alis.

"Kenapa?" bisik laki-laki itu dengan suara yang lebih berat dan sorot mata yang mulai menggelap.

"Kita tidak bisa melakukannya sekarang," ucap Sowon lirih. "Aku sedang datang bulan," bohong wanita itu yang langsung dibalas helaan napas suaminya.

Jin yang ada di atas Sowon, kini berguling ke samping kanan dan menatap langit-langit kamar sembari berkata, "Kau tahu? Aku paling benci mendengar kalimat itu."

'Aku tidak sedang datang bulan, namun aku hanya takut kegiatan kita membuatnya kenapa-napa. Maafkan aku, Jin.'

***

Sowon kini tidak memaksakan diri untuk membereskan semua pekerjaan rumah sekaligus. Biasanya, semua selesai dalam satu hari namun sekarang tidak. Dia hanya baru mencuci dan menjemur, kemudian sekarang tengah mengepel lantai. Untuk setrika, Sowon memutuskan melakukannya besok saja.

Badannya sudah pegal-pegal. Dia tidak bisa menyetrika sore hari karena jika Jin sudah pulang kerja, dia tidak mau melihat Sowon sibuk dengan pekerjaan rumah. Jika Jin sudah di rumah, dia ingin Sowon selalu ada di sampingnya dan memperhatikan lelaki itu sebaik mungkin.

"Soo Hyun, apa kau sudah istirahat?"

Selesai mengepel dan beres-beres, Sowon duduk di sofa sembari meluruskan kakinya yang terasa pegal. Kini, dia menghubungi sang adik karena minta dibelikan sesuatu.

"Ya, Kak. Ada apa?"

"Di dekat kantormu ada ayam geprek, tidak? Tiba-tiba aku ingin makan itu."

"Kenapa kau tidak minta pada Kak Jin saja? Aish. Di sini ada, tapi mengantarnya sampai ke rumahmu butuh waktu satu jam sedangkan pekerjaanku masih menumpuk."

"Kalau aku bilang pada Jin, nanti dia curiga. Jin kan tahu aku tidak suka pedas. Ayolah, Soo Hyun. Aku ingin makan itu. Tolong belikan."

"Kak." Suara Soo Hyun memelas di ujung sana. "Kenapa harus aku yang kena getahnya? Padahalkan itu anakmu dan Kak Jin. Kenapa harus aku yang direpotkan seperti ini?"

"Karena kau kan akan jadi omnya." Sowon malah terkekeh tanpa dosa. "Om Soo Hyun, tolong belikan ayam geprek untukku. Aku ingin makan ayam geprek." Sowon menirukan suara anak kecil untuk membuat Soo Hyun luluh.

"Yak, baiklah-baiklah. Aku akan membereskan setengah pekerjaanku dulu. Setelah itu baru aku minta izin pulang lebih awal untuk mengantarkan itu."

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang