"Besok kita pergi ke rumah Mama," ucap Jin ketika Sowon baru saja kembali setelah membuang pecahan piring ke tempat sampah.
Sowon berjalan mendekat ke arah Jin, kemudian memilih duduk di pinggir ranjang. "Siapa yang mengabarimu?"
"Mamamu, dia menelponku," jawab Jin dengan singkat. Lelaki itu menoleh ke arah jari telunjuk Sowon, ternyata sudah diberi plester oleh wanita itu.
Sowon terdiam, mengingat jika tadi sore Mamanya menelpon dia untuk menyuruhnya datang ke rumah. Sowon tadi bilang pada sang mama jika dia tidak janji bisa datang atau tidak, dan mamanya mengeluh karena Sowon selalu saja tidak bisa datang setiap ada acara keluarga. Alasannya pasti karena suaminya sibuk dan dia tidak bisa pergi tanpa Jin.
Oleh sebab itu, sang mama menelpon mantunya agar bisa meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan menginap meski hanya satu malam. Jika tidak begitu, sampai kapanpun Sowon pasti akan menjawab tidak bisa.
"Kau bicara apa pada mamamu?"
"Aku? Apa? Aku tidak bicara apa-apa."
"Pasti kau yang menyuruh mamamu untuk menelponku agar aku tidak bisa menolak permintaannya," ucap Jin dengan nada dingin.
"Demi Tuhan, aku tidak bilang apa-apa." Sowon sama sekali tidak menyangka jika Jin akan menuduhnya seperti ini. "Jika kau keberatan untuk datang ke acara keluargaku, kenapa kau tidak bilang saja pada Mama?"
"Bagaimana bisa aku menolaknya, ha? Dia itu ibumu."
"Kalau kau tidak mau datang, maka biar aku saja yang pergi. Kau cukup mengantarkanku ke rumah dan aku akan kembali esok harinya."
"Kau gila?" Jin menatap Sowon dengan sinis. "Aku tidak bisa membiarkanmu berkeliaran keluar rumah tanpaku. Jika nanti kau selingkuh dan kecentilan pada laki-laki lain, bagaimana? Aku tidak bisa membayangkannya."
Sowon menghela napas. Alasan suaminya benar-benar tidak masuk akal. "Terserah kau saja, Jin. Aku lelah bertengkar denganmu hanya karena masalah ini." Sowon membaringkan tubuh memunggungi suaminya, kemudian menarik selimut sampai sebatas leher. Tak peduli pada Jin yang menahan rasa marahnya karena Sowon terkesan seperti tak peduli pada lelaki itu.
"Beraninya dia tidak acuh padaku?" desis Jin. "Akan aku buktikan jika kau tidak bisa hidup tanpaku."
Lelaki itu menarik tangan Sowon, membuat wanita itu langsung terbangun dan melihat ada kilat kemarahan terpancar dari wajah suaminya.
Jantung wanita itu langsung berdetak kencang, dia takut sekali jika Jin sudah berubah menyeramkan begitu.
Jin menarik tangan Sowon, menyuruh wanita itu ikut dengannya.
"Lepas, sakit, Jin!" rintih Sowon ketika lelaki itu mencengkram tangannya dengan kencang. Namun Jin sama sekali tidak merasa kasihan. Dia terus saja melangkahkan kaki hingga akhirnya kedua orang itu tiba dihalaman belakang.
Jin langsung melempar tubuh Sowon hingga wanita itu jatuh ke dalam kolam renang. Sowon berusaha menyelamatkan diri karena dia tidak bisa berenang. Wanita itu menatap sekilas ke arah Jin, berharap suaminya berbaik hati untuk menolongnya dan tidak membiarkan wanita itu mati di sini.
Mata Sowon rasanya mulai perih. Napasnya sesak karena dia tidak bisa mengatur napasnya dalam air, belum lagi tubuhnya timbul-tenggelam di sana.
"J-Jin, tho ... long!"
Jin masih saja diam, memperhatikan Sowon yang tengah berjuang antara hidup dan mati di kolam renang dengan tinggi dua meter itu.
Lelaki itu masuk ke dalam kolam dan berenang menghampiri istrinya yang hampir pingsan karena tak mampu menyelamatkan diri sendiri. Jin memeluk tubuh istrinya, dan Sowon langsung membalas pelukan Jin dengan erat seolah tidak ingin Jin melepaskan pelukan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/121161723-288-k443889.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesif [Jin-Sowon] ✔
Fanfiction[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] Apa yang akan kamu lakukan jika mempunyai suami yang terlalu posesif dan terobsesi denganmu? -Sowon, 24th -Jin, 30th UDAH TAMAT!