Dua bulan berlalu, Jin benar-benar menyanggupi permintaan Sowon dan memilih tak pernah muncul di hadapan wanita itu lagi atau sekedar mengirim pesan padanya.
Sowon sudah tidak pernah mendengar kabar Jin lagi, terakhir kali dia dengar dari sang adik jika Jin memilih pindah ke apartemen dan tinggal di sana.
Entah apa sebabnya, namun wanita yang baru saja pulang dari kerja part timenya sebagai pelayan di sebuah kafe sejak dua minggu lalu, kini memilih pulang ke rumahnya bersama Jin dulu.
Dia menatap sebentar rumah yang sepi karena sudah tidak dihuni siapapun selama dua bulan belakangan ini, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam.
Semua masih tetap sama, hanya saja sekarang lebih terasa sepi karena dia sendirian.
Sowon memilih naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya bersama Jin. Wanita itu melangkah masuk ke dalam, dan mendapati keadaan agak berbeda di sini.
Biasanya, Sowon bisa melihat jaket milik Jin yang tergantung di belakang pintu, dan ada handuk mandinya yang tergantung di dekat pintu kamar mandi. Namun sekarang, keduanya sudah tidak ada, dan rasanya kosong.
Wanita itu membuka pintu lemari, mendapati hanya bagian sebelah lemari yang masih diisi oleh pakaiannya. Sementara sebelah bagian lagi, sama sekali kosong dan hanya tersisa gantungan bajunya saja.
"Jin benar-benar pergi," bisik Sowon dalam hati. "Dia jahat sekali." Wanita itu menutup pintu lemari, "Dia memang pergi meninggalkan aku, dia memang tidak pernah muncul lagi di hadapanku, tapi dia tidak membiarkan aku berpisah darinya. Apa yang sebenarnya dia inginkan?"
Sowon memilih duduk di pinggir ranjang, kemudian membaringkan tubuhnya yang terasa pegal setelah bekerja dari pagi sampai sore. Wanita itu menghela napas, mengelus perutnya yang mulai membesar sembari menatap langit-langit rumah.
Sowon mengambil salah satu bantal yang berada tak jauh dari jangkauannya, kemudian memeluk dan menempelkan bantal itu ke wajah karena masih tersisa wangi parfum yang selalu dipakai Jin di bantal itu. "Kau jahat, Jin. Kau membiarkan aku merasa bersalah karena keputusanku sendiri. Kau membuatku merasa jika aku adalah orang yang menyakitimu, padahal kau yang membuatku menjadi seperti ini," ucap Sowon, mengingat Jin sama halnya dengan mengingat masa lalu. Dan rasanya masih tetap sama, menyakitkan.
Sowon selalu berusaha melupakan lelaki itu, namun susah rasanya untuk membenci Jin. Terlebih ketika kejadian dua bulan lalu di mana Jin memberikan kunci rumah juga surat pada Sowon. Wanita itu ingat, dia menangis sesenggukan di kamar dan mengucapkan maaf berulang kali karena tak bisa menepati janjinya untuk terus mendampingi Jin, setidaknya sampai lelaki itu sembuh.
Sowon hanya manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan karena sudah terlanjur sakit hati.
Jika ada yang bertanya apakah Sowon sudah bisa melupakan Jin, maka jawabannya adalah belum. Bagaimanapun, Jin adalah orang yang pernah mewarnai hidupnya selama setahun ini. Dia tidak mungkin mudah melupakan laki-laki itu karena dia adalah suaminya.
Apalagi di rumah ini. Sudah banyak kisah pahit-manis yang keduanya lalui. Dia ingat saat Jin memukulnya di sudut tembok itu, saat mereka bertengkar di balkon, saat Jin memeluknya dari belakang sembari melihat bulan di langit malam, saat Sowon dan Jin berciuman di ranjang yang sekarang dia tiduri.
"Aku benci mengatakan ini namun ... aku merindukanmu, Jin. Aku benar-benar merindukanmu."
***
"Tolong kau ambilkan susu untuk ibu hamil sama seperti saat pertama kali kau beli karena Sowon menyukainya. Aku akan ke lorong yang lain untuk membeli buah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesif [Jin-Sowon] ✔
Fanfic[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] Apa yang akan kamu lakukan jika mempunyai suami yang terlalu posesif dan terobsesi denganmu? -Sowon, 24th -Jin, 30th UDAH TAMAT!