12 - Misterius

9.6K 1.1K 97
                                    

"Kau itu darimana saja, ha?" Baru saja pulang ke rumah, Sowon sudah ditunggu sang ibu yang kini menekuk tangan di pinggang dan menatap anaknya tanpa ekspresi.

Sowon yang mendengar sang mama terus mengoceh, mengusap-usap telinganya yang terasa panas. Sudah lama sekali dia tidak diomeli mamanya karena pulang telat seperti ini. Dulu saat masa sekolah, Sowon pernah hampir tak boleh masuk rumah karena pulang terlalu larut. Itu semua karena Sowon yang ikut main dan terjebak macet sampai dua jam lamanya. Bahkan sang papa sampai mengancamnya bila dia telat pulang lagi dan jadi anak bengal, lebih baik keluar dari rumah dan jangan kembali lagi.

"Bu, ini bahkan baru jam 9 ...."

"Ibu tahu. Tapi kenapa kamu tidak mengangkat telpon dari suamimu? Dia terlalu mengkhawatirkan kamu yang tidak bisa dihubungi sampai lebih dari sepuluh kali menelpon ibu hanya untuk memastikan kamu sudah kembali atau belum."

Sowon menepuk kening, lantas langsung membuka tasnya dengan terburu dan mengambil ponsel yang ada di dalam sana.

Mata wanita itu membulat ketika Jin menghubunginya sampai 86 kali tidak terjawab. Disusul dengan puluhan pesan masuk dari lelaki itu membuat Sowon buru-buru pamit pada sang ibu untuk menuju kamarnya dan menelpon Jin balik.

Sowon menggigit bibir bawah. Wanita yang duduk di pinggir ranjang itu tampak takut karena dia melupakan Jin. Tadi, ponselnya sengaja disilent agar tak menganggu percakapan antara dia dan Namjoon, namun karena terlalu asyik dengan lelaki itu dia sampai lupa jika punya suami seposesif Jin yang suka mempermasalahkan hal-hal sepele seperti terlambat mengangkat telepon atau tidak membalas pesannya lebih dari satu jam.

"Jin," panggil Sowon ketika teleponnya sudah tersambung. "Kau sedang apa? Maafkan aku tadi aku ...."

"Kau habis darimana?"

Sowon meneguk ludah mendengar ucapan Jin yang terkesan dingin dan terlihat menginterogasinya.

"A-aku? Tentu saja jalan dengan temanku. Masih tetap sama, lima orang. Ada Eunha, Sinbi, Yerin, Yuju, dan Umji." Sowon harus mengabsen satu-satu nama mereka agar Jin percaya. "Maafkan aku. Tadi ponselku mati karena baterainya habis."

"Kenapa tidak kau cas? Atau setidaknya kabari aku menggunakan ponsel temanmu."

"Maafkan aku, Jin. Aku tidak kepikiran."

"Aku tidak suka bila kau aku bebaskan seperti ini. Kau jadi bertindak semaumu, tanpa memikirkan apakah aku khawatir atau tidak. Yang kau tahu hanyalah bersenang-senang dengan temanmu sampai lupa jika kau sudah punya suami. Apa susahnya memberi kabar padaku untuk memastikan kau selingkuh atau tidak?"

"Jin, kenapa kau menuduhku? Memangnya aku mau selingkuh dengan siapa? Orang asing? Kau tahu kan aku bahkan tidak punya teman lelaki?"

"Siapa tahu, teman-temanmu membawa teman lelakinya dan memperkenalkannya padamu. Lalu kau berinteraksi dengan pria itu. Kadang, teman itu tak selamanya baik. Mereka juga bisa membuatmu jadi pribadi yang buruk."

"Berhenti mencurigai teman-temanku, Jin. Mereka tidak seperti itu." Sowon mulai kesal. Jin selalu saja memanasi wanita itu dengan kata-katanya agar dia menjauhi teman-temannya. "Terserah padamu. Kau mau mempercayaiku atau tidak, aku tidak peduli. Aku ingin istirahat!"

Sowon mematikan sambungan sepihak kemudian mematikan ponselnya dengan cepat dan menghela napas dalam.

Biarkan saja Jin marah. Mereka sedang tidak berada dalam jarak yang dekat sekarang. Selama Sowon masih berada di rumah ibunya, bisa dipastikan Jin tidak akan bisa berbuat atau menyakitinya macam-macam.

Sebelum tidur, Sowon mengganti bajunya dengan pakaian rumah yang lebih santai, mencuci muka dan menggosok giginya. Setelah memakai body lotion, wanita itu menarik selimut dan bersiap menuju alam mimpi.

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang