Chapter 16

4.6K 476 77
                                    

#16

Enjoy!

--------------------------------------------------

Sementara itu,

Setelah selesai membantu mengganti pakaian Juno, Hansung pamit ke dapur untuk membantu Seokjin. Sementara Woojin memilih duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur Juno.

Ia memperhatikan dengan seksama wajah adik tirinya.

‘Jangan bertindak gegabah lagi, kali ini kau memiliki Juno. Kau hyung-nya. Dan ia membutuhkanmu. Jangan tinggalkan dia sendiri.’

Perkataan Seokjin tiba-tiba saja menggema dipikiran Woojin.

Pemuda itu mengusap wajahnya kasar. Hari ini sungguh berat baginya. Woojin menghela nafas pelan, lalu beranjak berjalan ke tepi kasur tempat Juno berbaring.

“Dia benar.” Ujarnya.

“Aku adalah hyung-mu.”

Woojin meraih figura foto Juno dan ibu tirinya di nakas samping tempat tidur.

“Kau tidak sendiri, aku-” ucap Woojin tertahan.

“-aku akan bersamamu mulai dari sekarang.”

“Kita ini keluarga, bukan?” lanjutnya.

Tanpa Woojin sadari, Juno telah terbangun beberapa saat yang lalu. Namun karena pening masih menderanya, jadi ia lebih memilih tetap memejamkan mata. Namun ia tahu Woojin ada disana bersamanya.

Woojin menyimpan kembali figura itu di nakas.

“Jangan merusak dirimu sendiri seperti tadi. Eomma tidak akan menyukainya.”

Woojin beralih menatap Juno yang masih terpejam.

“Kau kehilangan eomma, tapi kau memiliki aku. Aku Min Woojin, hyung-mu, Min Juno.” Ujarnya.

“Kau boleh membenciku, tapi mulai dari sekarang aku akan berusaha untuk menjadi hyung yang baik.”

Juno tidak dapat menahannya lagi.

Perlahan, ia membuka mata dan mendapati Woojin berdiri didekatnya. Wajahnya tampak lelah. Matanya terlihat masih sedikit sembab dan merah. Pakaian yang digunakannya masih sama dengan pakaian yang sejak pagi digunakannya.

Juno berusaha bangkit dan mendudukan tubuhnya.

Woojin terkejut melihat Juno yang bangun dan berusaha mendudukan tubuhnya. “Oh, kau sudah sadar?”

Juno mengangguk pelan.

“Aku- mendengar semuanya, hyung.” Ujar Juno setelah berhasil duduk dan menyandar.

Woojin sedikit terkejut ketika Juno mengatakan bahwa ia mendengar  apa yang ia katakan tadi. Namun, ia berhasil menutupi rasa keterkejutannya itu.

“Maafkan aku.” Juno menundukkan kepalanya.

“Aku terlalu larut dalam kesedihan, sehingga meminum minuman yang seharusnya tidak aku minum. Aku-”

“Aku mengerti.” Sela Woojin.

Juno mengangkat kepalanya menatap Woojin.

“Aku juga pernah mengalaminya, jadi wajar saja.” Woojin mengendikan kedua bahunya.

Juno sedikit lega mendengarnya. “Kau juga melakukan sama sepertiku? Maksudku mabuk?”

Woojin mengangguk. “Ya, dulu.”

Juno kembali menundukkan kepalanya.

“Sudahlah, tak apa. Apa kau masih merasa pusing atau mual? Atau kakimu sakit?”

The Chance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang