Chapter 3 : Stigma

9.4K 713 102
                                    

Multimedia : Ken VIXX as Jaehwan (Seokjin's Friend)

Preview last chapter :
“Ka-kau..”

#3 Stigma

-------------------------------------

Seokjin terbangun diatas sebuah sofa lusuh di ruang terbuka. Ia menatap sekitarnya, hari sudah terang dan ia tak menemukan siapapun disana, hanya ada tungku perapian yang telah padam.

“Kenapa aku tertidur disini?” gumamnya seraya bangkit.

Ia pun berjalan tak tentu arah, mencoba mengingat kejadian apa yang sebelumnya terjadi.

“Ah, pemuda itu..Dimana dia?”

Flashback

Beberapa jam yang lalu,

“Jalankan mobil ini ke Hannam-daero 18-gil.” Ujar seseorang. Suaranya terdengar berat.

Seokjin terkejut, sebuah benda yang terasa dingin dan menempel di lehernya.

Seokjin menelan salivanya. Ia tahu, benda itu adalah senjata tajam.

“Dengan kecepatan sedang.” Ujarnya lagi. “Atau, benda ini akan menembus lehermu.”

Seokjin mengangguk. Menuruti perintah pria dibelakangnya, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju lokasi yang diminta pria itu. Sesekali Seokjin melirik ke arah luar mobilnya, berharap ada orang yang tahu bahwa nyawanya sedang terancam oleh orang konyol dibelakangnya ini.

Saat Seokjin melihat kaca spion yang dapat membuatnya melihat ke belakang, tanpa sengaja ia melihat pria- ah, lebih tepatnya pemuda yang tengah menyanderanya itu.

Kedua tangan Seokjin meremas kemudi mobilnya dengan kuat. Ia memalingkan pandangannya.

Tidak! Batinnya berseru. Itu bukan dia!

Seokjin kembali mencuri pandang ke arah spion dan kali ini, dengan bantuan sorot lampu mobil dari arah berlawanan, ia dapat dengan jelas melihat wajah pemuda yang duduk dibelakangnya itu.

“Ka-kau..” gumam Seokjin.

Pikirannya yang kalut, semakin kalut melihat wajah pemuda berada dibelakangnya. Bayangan wajah salah satu sahabatnya pun hadir dalam pikiran kalut Seokjin.

Mobil Hyundai yang dikendarai Seokjin tiba di sebuah bangunan kosong, seperti bangunan bekas sekolah yang dikelilingi pepohonan disekitarnya.

Seokjin yakin, bahwa mereka belum tiba di Daejeon. GPS mobilnya terus berbunyi bahwa Seokjin salah arah. Jangan salahkan Seokjin, pria yang menyanderanya inilah yang mengarahkannya kemari.

Gelap. Tak ada penerangan sama sekali. Satu-satunya penerangan yang menerangi adalah lampu mobil Seokjin.

“Turun!” perintah pemuda itu.

Seokjin membuka seatbelt-nya perlahan. Tangan Seokjin bergetar. Tentu saja ia merasa takut, mengingat nyawanya yang saat ini dapat dikatakan sedang dalam bahaya.

Ini lebih mengerikan dari belalang besar yang pernah hyung berikan untuk mengerjaiku. Batin Seokjin.

Cklek.

Pintu mobil terbuka,

“Berbalik ke arah depan!” perintahnya lagi.

Seokjin berbalik ke arah depan menatap kegelapan didepannya.

“Hm, maaf..Bi-bisakah kita bisa bicara baik-baik..Aku bersumpah tidak akan melapor polisi atas kejadian ini..Tapi tolong, lepaskan aku.” Mohon Seokjin, ia mencoba membujuk pemuda itu agar mau melepaskannya.

The Chance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang