Chapter 6

6.9K 573 56
                                    

Aku menggunakan sudut pandang orang ketiga maha tahu dalam ff ini, jadi dalam ff ini tidak seperti Butterfly yang mengambil sudut pandang orang pertama dan sudut pandang campuran..Hehe

Untuk lebih jelasnya kalian bisa search di google mengenai sudut pandang dalam cerita fiksi ^^



-----------------------------------------
Preview last chapter :


“Biar aku yang melakukannya-” Seseorang menginterupsi dari balik Hansung.
Ketiganya pun menoleh.

“-adikku.” Lanjut pemuda itu seraya menatap Juno.






#6

Enjoy!!
--------------------------------------------

“Biar aku yang melakukannya-” Seseorang menginterupsi dari balik Hansung.
Ketiganya pun menoleh.

“-adikku.” Lanjut pemuda itu seraya menatap Juno.

Juno, Hansung dan juga Seokjin terdiam menatap pemuda itu.

Pemuda itu mengambil selembar kertas yang tengah dipegang oleh Juno.

“Hei!” seru Hansung tak terima perlakuan pemuda itu pada Juno.

“Hansung-“ Seokjin yang telah mengetahui identitas pemuda itu segera menahan Hansung.

Pemuda itu menatap Hansung sekilas lalu beralih pada Juno. “Kau mengenalnya?”

“Apa yang hyu-, maksudku anda lakukan disini, tuan?” ujar Juno.

Pemuda itu membuka kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya.

“Tenang saja, aku tidak ingin mengambil ini darimu.” Ia mengibas-ibaskan kertas cek itu dihadapan Juno. “Aku disini justru ingin membantumu.”

“Yakk, Juno siapa dia?” Hansung menatap Juno heran kerena pemuda yang terlihat lebih tua darinya itu terlihat bersikap seenaknya.

“Hansung tenanglah.” Pinta Seokjin.

“Tidak bisa, hyung dia itu-“

“Perkenalkan, aku Min Woojin. Hyung dari Juno.”

“Apa!?” ujar Hansung refleks meninggikan suaranya, membuat Juno dan Woojin juga Seokjin meringis mendengar suara Hansung.

“Kecilkan suara mu!” seru Seokjin seraya menoyor kepala Hansung.

Hansung menatap Juno dan Woojin bergantian. “Tidak mungkin. Kalian tidak seperti saudara. Min Woojin? Jeon Juno?” Celetuknya.

Akibat celetukannya,  Hansung mendapat kembali toyoran pada kepalanya dari Seokjin.

“Hm.” Woojin berdehem. “Juno, ada baiknya kita segera masuk. Waktuku tidak banyak.”

Rupanya  Juno masih cukup terkejut mendapati Woojin yang merupakan kakak tirinya itu berada disini dan bersedia membantunya. Juno tahu, mungkin Woojin tidak menyukainya dan bahkan sangat membenci dirinya juga ibunya sejak lama. Lalu apa yang membuat pemuda itu mau menolongnya? Apa ini artinya Woojin sudah mau menerima keberadaan dirinya dan juga ibunya?

“Juno?” panggil Woojin.

“Ah, maaf.” Lamunan Juno buyar. Ia menatap Hansung dan Seokjin bergantian.

“Tapi, apa hyung- ah, maksudku anda benar ingin membantu ku?” tanya Juno ragu.

“Aku akan merubah pikiranku jika dalam tiga menit ini kau masih berdiam diri disini.” Woojin mulai mengeluarkan aura mengintimidasinya.

The Chance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang