Chapter 22 (Final)

6.4K 564 181
                                    

Chapter Sebelumnya :


"Permisi, bisa kau memberitahuku apa ini?" Dojoon menyerahkan kartu dan kertas.

Salah satu petugas menerimanya. "Ah, ini kartu pendonor. Orang yang memiliki kartu ini adalah orang yang sudah terdaftar akan mendonorkan organ tubuhnya jika meninggal." petugas medis itu kemudian membaca kertas lain.

"Dan sepertinya pemilik kartu ini sudah mendaftarkan kedua kornea matanya untuk di donorkan pada nona Kim jieun." lanjutnya.

"A-apa?!"

.
.
.
.
.
.

#22

Warning!!!!!

Chapter terpanjang yang pernah ada😂🙏

Enjoy~

-------------------------------------

"A-apa?!"

"Kornea ma-ta? Kim Jieun?" ulang Dojoon.

Menunggu jawaban petugas medis tersebut, tanpa Dojoon sadari ambulance sudah tiba di rumah sakit terdekat.

Mau tidak mau, pemuda yang bermarga sama dengan Seokjin itu ikut turun saat brankar dibawa keluar menuju unit gawat darurat.

Dojoon berhenti melangkah saat melihat brankar yang membawa Seokjin menjauh. Ia meremas celananya keras.

"Maaf, anda korban kecelakaan jalan xxx? Kepala anda terluka, mari ikut saya." ujar Seorang perawat membuyarkan lamunan Dojoon.

Perawat tersebut memapah Dojoon.

"Tunggu-" Dojoon mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

Ia menyerahkan sebuah kartu nama pada perawat tersebut.

"Tolong- hubungi seseorang dikartu ini, katakan pada mereka bahwa Seokjin mengalami kecelakaan."

Perawat tersebut menerimanya dan membawa Dojoon untuk mengobati lukanya.

...........................................

Other place, same time.

Hujan masih mengguyur dengan derasnya. Cuacanya sangat menggambarkan perasaan seseorang yang berdiri menatap nanar sebuah bangunan dihadapannya.

Hansung mengepalkam kedua tangannya disamping seraya menatap bangunan kantor polisi dihadapannya.

Perlahan ia mulai berjalan menuju bangunan kantor polisi tersebut.

Batin Hansung bergolak, haruskan ia melakukan ini? Haruskah ia mengikuti perkataan Seokjin?

Tak Hansung sadari, kakinya terus melangkah hingga tiba di depan sebuah meja petugas.
Petugas tersebut mendongakkan kepalanya dan menatap heran pada Hansung yang basah kuyup.

"Aku ingin menyerahkan diri, pak." ujar Hansung seraya menyodorkan kedua tangannya membuat petugas polisi tersebut semakin bingung.

"Aku telah melukai seseorang." Hansung menundukkan kepalanya. "Silahkan hukum saya."

.
.
.

Tuan Kim sedang menatap layar laptop yang menyala dihadapannya dengan sangat serius hingga dering telepon disampingnya memecah konsentrasi pria paruh baya itu.

Perlahan sebelah tangannya mengangkat gagang telepon dan tangan lainnya meraih cangkir kopi yang tersaji dengan pandangan yang masih terfokus dengan layar laptop.

"Yeoboseyo?"

"..."

Tuan Kim menyesap kopinya sejenak.
"Ya, saya sendiri."

The Chance [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang