7. WORRY

937 65 4
                                    

Vote terlebih dahulu

On mulmed Park Jihoon

---

Jihoon POV

Pagi ini aku menyempatkan datang untuk mengunjungi rumah Soya, setelah kemarin Soya masuk rumah sakit akibat melihat masa lalu nya yang seharusnya saat ini sudah benar-benar terkubur, aku ingin mengetahui kabar nya seperti apa. Aku pun menyempatkan pula membeli bubur langganannya.

Tok
Tok
Tok

Aku menunggu pintu rumah Soya terbuka,  cukup lama aku menunggu hingga akhirnya pintu terbuka, dan menampakkan ibunya Soya. "Jihoon? Silahkan masuk,"

Aku memasuki rumahnya, "Soya nya dimana Tante?"

"Masih tidur kayaknya,"

"Aku kekamar ya Tante?"

Setelah mendapat ijin aku memasuki kamar Soya, aku membuka pintu dan mendapati Soya tengah duduk di atas ranjangnya, aku paham, dia masih mengumpulkan nyawanya.

"Ya," aku duduk di sisinya.

Soya menoleh, "Ngapain lo masuk?"

Aku meletakkan plastik di atas pangkuannya, "Sarapan gih," pandangannya menoleh ke arah pangkuannya, setelah itu tersenyum dengan menunjukkan gigi putihnya. "Gomawo,"

Tanganku terangkat mengusap wajahnya, "Cuci muka dulu, gue tunggu di ruang tamu," Soya mengacungkan jempol nya, akupun kembali keluar kamarnya, sembari menunggu Soya keluar aku melihat sekeliling rumahnya, rumah ini memang cukup besar untuk dua orang, entah mengapa aku tersenyum saat melihat foto ku dan dirinya  yang di gantung disana, padahal foto itu juga ada di kamarku.

Aku tak rela jika Soya menjadi salah satu korban nya Mark, gadis sebaik dia juga butuh kebahagiaan, dan aku akan berusaha membuatnya bahagia dengan berada disisi ku, aku akan berusaha agar Soya jauh dari orang yang akan menyakitinya, walaupun berkali-kali Soya mengucapkan bahwa dirinya sudah bukan gadis delapan belas tahun, tapi tetap saja aku menganggapnya sebagai salah satu gadis yang harus aku lindungi.

"Lo mau kerja?" Tanya Soya, ketika telah duduk di sampingku dengan buburnya.

"Iya, bokap udah suruh gue masuk kerja," Soya memasukkan sesuap bubur kedalam mulutnya, "Yaudah sana berangkat, udah jam delapan lewat," Soya mendorong tubuhku agar segera bangkit dari duduk.

"Lah? Gue mah suka-suka mau berangkat kapan juga, gua kan CEO juga disana,"

"Nah karena lo CEO, seharusnya lo memberi contoh yang baik buat bawahan lo,"

Aku menatap wajahnya dengan sebal, "Sebenarnya lo mau ngusir gue apa gimana?"

"Ngusir lah, pake nanya lagi."

"Yaudah gue berangkat," aku bangkit dari duduk, lalu menjulurkan tangan ku padanya, Soya menatap tangan ku bingung, "Apaan maksudnya?"

"Mau Salim nggak?"

Soya memukul tangan ku, "Ogah, tangan lo bau tai."

Karena gemas tangan ku meraih kedua pipinya, di cubitnya dengan gemas, "Biar bau tai nya nempel sama pipi lo." Tutur ku setelah itu pergi dari rumahnya.

∆∆∆

Sesampainya di kantor aku langsung masuk keruangan ku, aku memang sebelum lulus kuliah, aku sudah bekerja disini, sudah banyak juga hal yang aku pelajari dari ayahku, oleh karena itu sekarang aku lah penerus perusahaan Airlangga Grup, ya walaupun ayah masih sering memantau perusahaan nya.

Pintu ruangan ku terbuka, laki-laki berparas tampan yang berasal Taiwan, Lai Guanlin. Dia adalah sahabatku sejak aku berada di Korea Selatan dulu, lebih tepatnya saat aku menjadi trainee disalah satu agensi ternama di Korea Selatan, numun belum ada setahun ayahku meminta aku untuk berhenti mengikuti pelatihan itu, Sebenarnya aku sangat ingin menjadi boyband, namun ayahku melarangnya. Sejak itulah keluarga ku pindah ke Indonesia.

the REASON! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang