42. Sebuah rahasia

464 32 6
                                    

Soya POV

Setelah cukup lama kami dalam perjalanan menuju Jakarta, kini kami sudah sampai di dalam apartemen milik Mark.

Pandangan Tante Jannyta terus mengedar, "Disini cuma ada satu kamar? Terus kalian tidur nya berdua?"

Aku saling adu pandang dengan Mark, karena Mark tak menjawab aku langsung tersenyum.

"Engga Tante, aku tidur di kamar terus Mark tidru di sofa,"

Kini Tante Jannyta menajamkan pandangannya pada Mark, "Kamu tidak melakukan hal aneh pada Soya kan?"

Mark hanya menunjukan wajah tidak bersalah nya.

"Mau aneh-aneh apa sama Soya? Dia terlalu tepos buat di apa-apain,"

Sontak aku langsung memukul bahu Mark dengan kuat, tapi hal itu malah membuat Tante Jannyta tertawa dengan lepas.

"Yaudah Tante mau istirahat di dalam ya,"

Aku pun langsung ingin membantu Tante Jannyta duduk di kursi rodanya, tapi Mark menahan tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku pada Mark.

"Kamu kekamar duluan, biar Eomma aku yang gendong,"

Pingin juga di gendong sama Mark kekamar.

Biar romantis juga.

Biar kalian pada iri sama aku.

Tapi nggak deh, harus sedikit jual mahal biar lawan jenis lebih tertarik. Jangan main mau-mau aja kayak cabe-cabean. Kalo main mau-mau aja nanti mudah di sakitin.

"Soya, kamu kenapa malah diam disitu?" Tanya Mark, ah... sukses membuat aku malu, karena disini aku sedang membayangkan berada di gendongan kamu Mark. Iya kamu. Laki-laki yang kadar ketampanannya hampir sempurna.

"Ini aku mau jalan kekamar, lagi juga aku mau tau apa kamu kuat gendong ibu kamu?"

Kini Mark melepas gendongannya, langkahnya melaju ke arahku, sontak aku mundur. "Mau apa?"

"Kamu meremehkan aku? Aku bisa gendong perempuan, mau coba?"

MAU!

Mau banget.

"Enggak!" Kan udah aku bilang sedikit jual mahal.

Mark terkekeh, lalu kembali ke tempat dimana Tante Jannyta masih duduk sambil memperhatikan kami, tak lupa bibirnya terus tersenyum saat melihat kejadian di hadapannya.

∆∆∆

Mentari bersinar dengan cerahnya. Aku membuka mata perlahan saat merasa ada sebuah tangan yang memelukku dari belakang. Tante Jannyta. Tante Jannyta memang semalaman memeluk tubuhku, entah apa yang membuatnya begitu senang memelukku. Padahal aku tidak enak dipeluk. Karena katanya aku hanya ada tulang dan kulit saja. Miris.

Aku membalikan badan untuk memastikan bahwa tangan itu milik Tante Jannyta, betapa terkejutnya aku saat melihat wajah laki-laki ini. Mark Tuan.

Karena terkejut aku langsung melepas tangannya dan kini aku berdiri di sisi ranjang.

Bagaimana Mark bisa tidur di sebelah ku? Bagaimana jika Tante Jannyta tau? Ah pasti sudah tau. Apartemen milik Mark tak punya banyak tempat , semua dapat terlihat dari berbagai penjuru.

"Mark? Kenapa bisa disini?" Tanya ku padanya yang masih terlelap dalam tidur nya. Dirinya tidak bergerak sama sekali.

Kini aku memilih duduk di sampingnya, "Mark bangun,"

Masih tak ada gerakan apapun darinya.

Tanganku yang awalnya hanya diam saja kini mulai membelai wajah tampannya berkali-kali, "Mark bangun,"

the REASON! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang