45. Batal?

442 36 8
                                    

Mark POV

Aku membuka mata saat ponselku tiba-tiba saja berdering dengan keras, saat aku lihat itu adalah tangan kanan ku di perusahaan, segera saja aku angkat. Betapa terkejutnya aku saat mendengar kabar bahwa hotel yang telah aku sewa dan telah di bayar lunas tiba-tiba saja dapat kabar bahwa semuanya di batalkan.

Dengan segera aku langsung membersihkan diri, ini tidak benar. Seharusnya perjanjian yang telah di buat tidak bisa di batalkan. Jika saja aku mungkin tidak membayar lunas, bisa saja di batalkan, tapi disini aku telah bayar seluruh sewa nya saat hari kami setuju.

Ada masalah apa kali ini? Aku harus segera menemui pemilik hotel itu. Aku harus tau masalah apa kali ini. Ini benar-benar tidak benar. Hari pernikahan dua hari lagi. Bagaimana mungkin tiba-tiba di batalkan.

"Kamu mau kemana sepagi ini?" Aku menoleh saat hendak mengenakan kemeja, ku sempatkan melirik jam dinding. Masih jam setengah enam pagi.

Aku harus mencari alasan yang masuk akal agar Eomma merasa baik-baik saja, "Ada urusan di kantor,"

"Sarapan dulu, biar Eomma buatkan roti panggang,"

"Engga dulu, biar nanti aku makan di kantor aja. Oh iya aku titip Soya ya,"

Eomma hanya mengangguk, setelah itu aku langsung keluar apartemen dengan langkah terburu-buru. Aku harus secepatnya menemui pemilik hotel yang aku sewa.

Sepanjang perjalanan aku menghubungi beberapa orang yang bersangkutan dengan ini. Aku ingin mereka mempertanggung jawabkan semuanya. Masa bodo bahwa ini masih sangat pagi. Kegiatan ku tidak hanya ini, aku masih harus menemui beberapa pengusaha lain demi pekerjaan.

∆∆∆

Dengan langkah besar aku langsung masuk ke sebuah ruangan yang aku rasa ini tempat khusus, karena memang ini masih pagi suasana hotel cukup sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang berlalu lalang.

Aku melihat seorang laki-laki yang kira-kira berusia tiga puluh lima tahun itu, aku segara duduk di hadapannya dengan wajah yang sengaja aku buat semenakutkan mungkin.

"Saya tidak bisa terima ini. Saya tidak ingin perjanjian ini tiba-tiba di batalkan," kataku terlebih dahulu tanpa basa-basi, aku tak ingin menghabiskan waktu yang ternyata tidak ada kepastiannya.

"Saya Mr. Reynold," Mr. Reynold tampak mengajakku bersalaman, tapi dengan rasa kesal aku hanya melihatnya tanpa ingin menjabat tangannya.

"Saya tidak ingin tau apapun tentang Anda,"

Mr. Reynold tampak tersenyum dengan manis sambil menurunkan tangannya yang tadi tidak aku jabat "Saya sudah buat keputusan dengan baik. Setidaknya penyewa yang baru lebih ramah dari Anda. Lebih bisa menghargai orang yang lebih tua dari dirinya."

Kini aku perlahan menghembuskan nafas, alasan macam apa ini? Bukankah saat perjanjian untuk menyewa aku sudah melakukan semuanya dengan sopan. "Saya bisa bersikap sopan dan ramah jika orang yang ada di hadapan saya bisa menepati perjanjian yang telah di buat dan juga bisa menghormati keputusan yang telah dibuat."

"Maaf, uang Anda sudah saya kembalikan sesuai yang Anda kirim, silahkan keluar,"

Brak

Aku memukul meja yang ada di hadapanku, sontak Mr. Reynold terkejut dan langsung menatap ku dengan tatapan tak suka. Tapi tetap tatapan matanya terlihat tenang. Tatapan yang sering aku tunjukan pada ayahku.

"Anda seenaknya membatalkan perjanjian ini? Persiapan saya menikah telah 90% dan Anda mengacaukan segalanya. Hotel ini tempat utama untuk pernikahan, semuanya telah kami atur sedemikian rupa lalu dengan enaknya langsung di cancel?! Anda pikir pernikahan ini hanya main-main untuk saya?"

the REASON! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang