49. Forgive

528 39 3
                                    


Dua hari sejak kepergian Jannyta meninggalkan luka tedalam bagi orang lain, terutama anak kandung nya sendiri. Mark Tuan. Laki-laki yang selalu bersikap bahwa semuanya baik-baik saja, laki-laki yang selalu melakukan segalanya tanpa kesalahan.

Dalam dua hari ini Mark selalu menyibukkan diri di kantor, mendatangi setiap meeting di manapun berada. Tujuan utama tentunya untuk menghapus kesedihannya, karena kesedihan yang di rasakannya tidak dapat di bagi kepada siapapun. Cara termudah adalah menyibukkan diri. Banyak yang khawatir dengan keadaan Mark, banyak anggota meeting yang meminta Mark absen dari meeting, tapi Mark berkata bahwa semuanya baik-baik saja, meeting tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Disinilah Mark saat ini. Duduk sendiri di restaurant dekat kantornya. Saat ini memang jam makan siang, oleh karena itu suasana restaurant cukup ramai pengunjung. Pesanan yang telah dipesan memang sudah datang. Namun pesanan itu tidak di sentuhnya sama sekali, inilah yang terjadi apabila Mark tidak ada kegiatan. Berbagai pikiran berkecamuk di otak nya. Membuatnya benar-benar muak akan keadaan.

Mark terus menutup matanya dengan tangan, rasanya saat ini benar-benar berat. Sampai tiba-tiba ada seseorang duduk di hadapannya, Mark masih tidak menyadarinya. Beban fikirannya membuat Mark enggan membuka mata saat ini.

"Kerumah gue,"

Suara itu berhasil membuat Mark membuka matanya untuk memastikan bahwa orang yang ada di depannya memang Jihoon. Dan ternyata benar.

"Pergi, gue lagi nggak berniat debat sama lo!" Usir Mark dengan nada suara yang terdengar jelas bahwa Mark sedang malas berbicara.

"Gue mohon, sekali ini aja datang kerumah gue."

Mark kini mengalihkan pandangannya kearah luar restaurant, saat ini yang di inginkan Mark hanyalah menyendiri. Tapi bagaimana memberi tau Jihoon agar enyah dari hadapannya.

"Hyung," Mark langsung kembali menatap Jihoon, pasalnya kata-kata Hyung itu biasa di gunakan untuk memanggil kakak laki-laki, Mark tidak pernah mendengar jihoon mengatakan itu, walaupun Jihoon memang bukan adik kandungnya, tapi karena Ji Hye menikah dengan Jonathan otomatis Jihoon adalah adiknya.

"gue nggak mau terus dendam sama lo. Gue mohon sekali ini aja lo datang kerumah, temui Eomma sama appa, banyak yang ingin mereka sampaikan." Lanjut Jihoon lagi.

"Pergi, gue benar-benar nggak mau nemuin siapapun untuk saat ini."

"Lo harus dengar dari mereka biar lo percaya. Hyung, gue serius pingin punya kakak kayak lo. Mark Hyung,"

Mark malah memilih meninggalkan Jihoon. Jika bukan Jihoon yang enyah maka Mark yang harus angkat kaki dari sana. Demi MINGYU SEVENTEEN yang pacarnya author😄, Mark hanya butuh ketenangan. Mark butuh menghapus memori buruk yang berada di dalam dirinya, setidaknya untuk sementara.

∆∆∆

"Gimana?" Tanya Ji Hye, ibu Jihoon saat anaknya baru saja memasuki rumahnya.

Ayahnya pun turut mendengarkan dengan seksama, Jihoon yang di tanyakan hanya menggeleng lemah. Jihoon gagal membawa Mark kerumahnya.

Ji Hye menarik tangan Jihoon agar duduk disisinya, di elusnya bagi Jihoon dengan lembut.

"Jihoon gagal bawa Mark kesini. Maafin aku, katanya Mark butuh waktu sendiri,"

"Kita harus ngerti dengan keadaan Mark. Saat ini mungkin Mark benar-benar butuh waktu sendiri," kata ayahnya dengan suara yang pelan.

"Yaudah sekarang kita makan ya, Eomma baru selesai masak," ajak Ji Hye sambil menarik Jihoon dan Jonathan bersamaan menuju ruang makan.

the REASON! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang