13. RIBUT

748 57 6
                                    

Soya kini tengah duduk di salah satu tempat duduk di bandara bersama Mark dan juga ibunya, Mark terus bercengkrama dengan ibunya, sedangkan Soya hanya asik pada pikirannya, sesekali Soya menghembuskan nafasnya perlahan.

"Soya?"

Soya mengalihkan pandangannya menuju sang ibu yang memanggilnya. "Iya?"

"Kamu untuk sementara waktu gunakan apartemen Mark sebagai tempat tinggal, jika ibu disana sudah ada uang cukup ibu akan mengirimkan mu uang untuk membeli rumah."

Tangan Mark menggenggam tangan ibunya Soya, sesekali mengelusnya, "Tante nggak perlu repot-repot mengirimi Soya uang, selama Soya ada bersama saya, saya akan terus menjaganya, jadi pakai lah uang Tante untuk membeli barang-barang yang Tante inginkan, iyakan Soya?"

Soya mengangguk, "Iya Bu, Soya akan baik-baik aja selama bersama Mark, nanti kalau Soya punya uang lebih Soya yang akan kirim uang ke ibu,"

"Yaudah kalau begitu, ibu mau masuk ke dalam, kamu hati-hati Soya, jika ada apa-apa kamu bisa kabari ibu, love you so much." Ibunya memeluk Soya dengan erat tanpa terasa air matanya mengalirkan. "Love you too Bu, jaga diri baik-baik, jangan lupa makan sama istirahat yang cukup, Soya sayang ibu."

Mark yang memperhatikan keduanya dengan serius, seperti inilah rasanya bila seorang ibu akan jauh dari anaknya, apakah itu serupa dengan sang ayah yang meninggalkan nya begitu saja? Apakah ada rasa sesal saat itu?

Mark dan Soya masih diam disana menunggu sang ibu benar-benar telah melawati pemeriksaan tiket, ketika sudah Mark meraih bahu Soya untuk di dekatkan ke tubuhnya, Mark tau saat ini Soya masih enggan berjauhan dengan ibunya, tangan Mark bergerak menepuk bahu Soya, untuk memberi kekuatan gadis yang ada di sampingnya.

"Kita balik?" Tanya Mark, Soya hanya mengangguk.

Kemudian Mark berganti menggenggam tangan Soya, keduanya berjalan beriringan menuju mobil Mark.

"Mark gue nggak bisa tinggal sama lo, gue mau sewa kos-kosan aja di dekat kantor."

"Enggak, lo tinggal di tempat gue, tapi nggak gratis, lo bisa tinggal disana sambil beres-beres sama buatin gue makanan pagi, siang dan malam. Belajar jadi istri yang baik buat gue."

Soya yang awalnya tangan kecilnya di genggam langsung menariknya, "Gamau, gue bukan pembantu,"

"Siapa yang bilang Lo pembantu? Gue hilang lo belajar jadi istri yang baik buat gue,"

"Nah apalagi itu, gue makin nggak mau."

"Dah turutin gue aja, biar gue senang, lagi pula gue nggak akan potong gaji lo, lo malah dapet bonus makan sama tempat tinggal, apa susahnya beres-beres sama masak, lo kan juga perempuan."

"Yaudah, tapi janji nggak akan ada yang macam-macam di antara kita,"

"Ck, jadi lo pikir gue mau gitu macam-macam sama-" Mark terdiam sesaat, mengingat suatu kesepakan yang di buat dengan Soya yaitu apabila Mark mampu membuat Soya tinggal di Indonesia Mark akan di berikan sebuah ciuman. "Ah hampir lupa gue, kita kan buat kesepakatan ingat?"

Soya yang awalnya ingin membantah langsung tegang, "Kesepakan apa ya?" Bohong saja jika Soya sampai melupakannya. Itu bukan hal yang mudah di lupakan.

"Nggak usah boong sayang, kamu tidak bisa melupakannya secepat itu, tapi tenang saja aku tidak memintanya dalam waktu dekat, kamu bisa bersantai saat ini." Kata Mark dengan. Seringan.

Soya bergidik ngeri, "Ah nyesel gue janjiin itu sama lo, jadi takut gue kalau deket-deket sama lo,"

Soya berjalan menjauhi Mark, seketika Soya takut jika dekat dengan Mark, Mark yang menyadari kembali menarik tangan Soya, "Gue udah bilang nggak minta sekarang, santai aja gue pasti ijin sama lo kalo mau cium lo, kecuali lo minta duluan sama gue, nah baru gue mengabulkan dengan senang hati."

the REASON! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang