7.

214 10 0
                                    

Dita dan Tama memasuki studio bioskop, langkah Dita berhenti kala berpapasan dengan kedua remaja yang terlihat mesra. Ia mengenal kedua remaja itu. Ia yakin indra pengelihatannya masih berfungsi dengan baik. Dan tidak salah lagi, itu Faldi dan Sella.

Tama mengernyitkan dahi bingung "Dita, kamu kenapa?"

Tama mengikuti arah pandang Dita. Ia bingung.
Ia menggiring Dita untuk duduk di bangku yang sudah di pesan tadi.
Dita duduk di kursinya tepatnya di sebelah kiri Tama.
Dita menetralkan wajahnya.

Dita menoleh ke kiri dan mematung.

Faldi yang sadar jika Dita tengah menatapnya pun tersenyum.

"Nonton juga?"

Dita mengangguk beralih menatap layar yang filmnya belum di putar.
Ia harus pintar menetralkan ekspresi wajahnya.

Film mulai di putar.
Sella menyiapkan diri untuk menyembunyikan kepalanya di bahu Faldi, memeluk erat lengan cowok itu.

Dita yang melihat kelakuan Sella pun mendengus pelan.
Rupanya sekarang bukan Amel, melainkan balik ke Sella. Huh.
Sadar apa yang di putar di depannya ini menakutkan, Dita menoleh pada Tama.

"Boleh?"

Tama menaikkan kedua alisnya, bingung.
Dua detik kemudian ia tersenyum dan mengangguk. Awal yang baik pikir Tama, karena ini adalah aksi pendekatannya dengan Dita.

Mendapat persetujuan oleh Tama pun tak di sia-siakan oleh Dita. Ia memeluk lengan Tama dan kepalanya di sembunyikan di bahu Tama.
Maklum, yang di tontonnya ini Film Jailangkung.

Faldi menoleh ke kanan mendapati Dita yang memeluk Tama.

Beberapa menit kemudian, Dita tidak lagi memeluk Tama, ia memberanikan diri untuk membuka matanya melihat jelas film yang di putar.

Lain halnya dengan Sella, ia masih memeluk lengan Faldi.

Dita tersentak kala tangan kirinya ada yang menyentuh.

Ia menoleh ke kiri mendapati Faldi yang menyentuh tangan kirinya namun pandangannya masih menatap layar dan tak lupa Sella masih setia memeluknya.

Dita ingin melepaskan tangannya yang di genggam oleh Faldi namun gagal karena Faldi makin mempererat genggamannya.

Keadaan seperti ini makin membuat Dita di landa perasaan yang tak menentu.

Kemarin ia sudah bertekad untuk menghentikan perasaannya ini, namun sekarang mengapa semuanya tiba-tiba hilang hanya karena Faldi menggenggam tangannya?

Ini salah.

Faldi menoleh padanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Dita buru-buru menarik tangannya sebelum Sella dan Tama melihatnya.
Tidak terasa film sudah selesai, Dita bahkan tidak mengikuti alur filmnya tadi.

Sampai di parkiran mobil, Tama sedang mengangkat telepon dari temannya, Dita kembali berpapasan dengan Faldi dan Sella.
Tatapan Dita jatuh pada tangan Sella dan Faldi yang saling menggennggam. Dita memalingkan wajah. Mereka berdua berjalan mendekati Dita.

Rasanya Dita ingin pingsan di tempat.

Jangan kesini please jangan kesini jangan-mampus gue, Batin Dita.

Ternyata mobil Faldi terparkir di sebelah mobil Tama.

"Dita?"

Dita menoleh "eh-eh ya?"

Sella menatap bingung Dita "Lo kenapa?"

"Nggak kok gak kenapa napa, kenapa emang Sell?"

Sella manggut-manggut "Keliatan gugup gitu sih lo"

Faldita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang