8.

211 10 1
                                    

Di koridor kelas, tepatnya saat istirahat terlihat seorang cowok sedang meyakinkan si cewek.
Faldi menggenggam kedua tangan Dita, menatap Dita lembut.

"Percaya sama gue. Gue gak pernah main main sama omongan gue, dan lo tau itu. Gue suka lo"

Dita mencari kebohongan di mata Faldi namun ia tidak menemukannya. Faldi benar-benar serius dengan ucapannya. Itu terlihat dari sorot mata hazelnya.

"Tiga bulan ini gue rasa cukup supaya lo percaya kalo gue suka lo,"

Ada rasa senang saat Faldi mengungkapkan perasaannya.
Namun di saat-saat seperti inilah yang membuat Dita takut. Takut untuk mengakui perasaannya pada Faldi. Sebut saja Dita pengecut.
Ya. Perasaan Faldi terbalaskan.
Dita juga menyukainya.
Namun Dita menginginkan bukti yang lebih jika Faldi memang benar-benar menyukainya. Ia juga merasa rendah jika ia langsung mengakui apa yang ia rasakan terhadap Faldi.

Dita membasahi bibirnya seiringan dengan degup jantungnya yang berdebar cepat sedari tadi, entah Faldi mendengarnya atau tidak.

"Gue gak tau, Fal"

Faldi menghela nafas.

"Gue tanya, selama tiga bulan ini gue berjuang buat dapetin hati lo, lo gak lihat itu?"

Dita memalingkan wajah ke samping.

"Tiga bulan kita deket, jadi lo masih gak ada rasa ke gue, Dit?"

Dita tidak menatap Faldi, ia melihat kebawah, ke tangannya yang di genggam Faldi.

"Nggak, gue gak ada rasa sama lo"

Kalimat barusan yang di ucapkan Dita tentu saja tidak sejalan dengan apa kata hatinya.

Meskipun kalimat pahit itu yang di dengar Faldi, namun menurutnya, ini bukanlah akhir dari perjuangan. Melainkan ini adalah awal dari perjuangan yang sebenarnya.

***

"Saya akan membagikan kelompok, satu kelompok berisi lima orang, cewek cowok ya!"

Terdengar seruan keras 'huuuuuu' saat Bu Lilis akan membagi kelompok. Niatnya sih biar adil biar nggak pilih kasih kalau Bu Lilis yang nentuin kelompoknya. Tapi yang jadi permasalahan disini, para murid yang kelewat rajin ini malas jika sekelempok dengan murid yang selewengan.

"Yaaaaah bu, kok cewek cowok di campur sih?"

"Tau tuh, cewek ya cewek semua dong bu!"

"Gue jangan sekelompok sama Udin, please!"

"Yeeee, cewek semua lesbi lo lama lama"

"Asik ada ceweknya, jadi semangat nih gue!"

Dita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar celotehan teman sekelasnya itu.

Dita menoleh ke kanan mendapati Faldi sedang menatapnya dengan bertumpu satu tangan menopang dagunya "Apa lo liat liat?" ketusnya.

Faldi terkekeh mengendikkan bahunya.

"Berdoa aja supaya lo sekelompok sama gue,"

Dita melengos.

"Kelompok satu. Asep, Udin, Gita, Tio, Lila"

Faldita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang