31.

75 4 0
                                    

"Lihat deh mereka jadi sering jalan bedua gitu"

"Iya gue lihat tadi pas mereka mau naik tangga, 'kan?"

"Kak Galuh goodboy gitu nggaksih?"

"Ah gemes gue sama Kak Galuh!"

"Lihat deh betisnya! beuh keker tau gak!?! yaiyalah secara dia kapten futsal, pasti lari mulu tuh sampe kakinya begitu!"

"Udah kapten futsal, ganteng, ramah lagi! gue juga mau deket sama dia!"

"Tapi, apa Kak Dita nggak takut ya? kan kemarin gosipnya dia lagi dideketin Kak Faldi, eh sekarang Kak Faldi malah sama Kak Sella, ntar keulang lagi deh"

"FIX KAK GALUH ITU KAKAK KELAS GOALS BANGET! PERFECT!"

Faldi minder.

minder

malu

shy

Saat ia berjalan menuju kantin, banyak siswi yang membicarakan Galuh. Galuh itu gantenglah, ramahlah, kapten futsalah, betisnya kekerlah. Ah! Faldi jadi minder!

Faldi bisa kok main futsal, ia hanya tidak mau menyombongkan bakatnya. Ia juga bisa ramah! tapi ya dasar ceweknya aja kebaperan kalau Faldi senyumin dikit langsung jerat-jerit nggak ketulungan.

Segitu jeleknya ya imagenya? Faldi tidak mau munafik, ia memang sering membolos dan tidur dikelas. Tapi untuk kalimat yang diucapkan cewek tadi membuat Faldi marah.

'Tapi, apa Kak Dita nggak takut ya? kan kemarin gosipnya dia lagi dideketin Kak Faldi, eh sekarang Kak Faldi malah sama Kak Sella, ntar keulang lagi deh'

terkesan PHP banget nggak sih kalimat itu? Asem emang adik kelas kalau rumpi nggak ngontrol.

Faldi bingung. Ia 'kan punya alasan untuk melakukan itu. Kenapa jadi pada nyinyir, sih? Dia ini yang ngejalanin, ngapain pada diomongin? orang ganteng mah bebas!

Tapi, Faldi jadi was-was sendiri. Gimana kalau Dita beneran kepincut Galuh? sia-sia dong rencana Faldi buat Dita cemburu dengan ia yang pura-pura deketin Sella. Pura-pura jadi gebetan lah maksudnya. Faldi pikir lagi, kalau ia mengaku pada Dita kalau ia hanya berpura-pura, Dita akan marah padanya!

Faldi menggelengkan kepalanya. Berlari kembali menuju kantin, membeli minuman dingin.

Setelahnya, ia berlari kekelasnya.

Dengan nafas ngos-ngosan, Faldi menyenderkan badannya di depan kelas, tepatnya di depan papan tulis. Pandangannya menatap Dita yang tengah bercerita dengan Mira.

Faldi tersenyum miring. Ditatapnya terus Dita sampai gadis itu memalingkan wajah dengan wajah memerah. Faldi selalu suka semburat merah itu muncul dipermukaan pipi Dita. Faldi bersyukur tidak melihat semburat merah itu muncul saat Dita bersama Galuh tadi.

Faldi melangkah kemejanya. Meja mereka berdua, Faldi dan Dita.

Dita terlihat gelisah.

Faldi menaruh minuman dingin yang ia beli barusan ke atas meja, dihadapan Dita.

Dita sudah mati kutu. Tak berani ia mendongak, kalau ia mendongak sedikit saja, ia pasti bisa melihat senyuman miring Faldi yang menggoda. huft.

Dita gugup, sekaligus senang. Faldi membelikannya minuman? Tau aja kalau Dita lagi malas untuk ke kantin.

"Ma-makasih" katanya terbata-bata.

Faldi mengerutkan keningnya, "Makasih apa?"

Dita menunjuk minuman dingin itu menggunakan dagunya. "Itu"

Faldi ber-oh ria. Lalu, "Bukan buat lo, tapi buat gue nanti."

Dita melongo. Ia mendongak, menatap Faldi dengan alis tertaut. Seperti marah.

Faldi sudah ingin tertawa. Ia menahannya untuk tetap melihat wajah marah Dita. Ehm, marah atau malu?

***


Mira hanya sanggup mengangguk saat barusan Galuh meminta untuk bergabung di mejanya. Katanya, meja lain pada penuh semua. Galuh sendiri, membawa bakso dan es teh yang dipesannya. Mira harus rela girls talk-nya barusan diganggu oleh Galuh. Dita sih, fine aja Galuh ikut gabung.

Masalahnya, Faldi dan kedua sahabatnya duduk tak jauh dari meja yang ditempati Dita, Mira dan Galuh.

Lagi, tatapan tajam Faldi mengarah padanya. Dita menunduk, kembali meminum jus jambunya yang sebenarnya sudah habis.

Dilihatnya, Faldi sedang menepuk bahu Evan. Entah apa yang dibicarakan, Evan lalu bangkit menuju stan jus.

Tak disangka, Evan melangkah mendekati mejanya dengan membawa satu gelas jus jambu. Dita mengerutkan kening.

oh mungkin dia mau pindah tempat duduk- pikir Dita.

Namun, Evan malah menaruh gelas berisi jus jambu itu dimejanya. Dita mendongak seakan meminta penjelasan.

Evan mengangkat tangannya tanda ia akan menjelaskan, "Gue cuma menjalankan tugas. Selebihnya lo bisa tanya abang yang disana."  Evan menunjuk meja yang ditempati Faldi dan Rio. Rio sudah melambai disana dengan cengirannya. Faldi hanya tersenyum miring. Dita bersumpah senyuman miring itu sangat menggoda!

Dita tidak mau terlalu percaya diri lagi. Sudah cukup tadi Faldi membuatnya malu dengan membelikannya minuman dingin. Tidak, Dita tidak akan terperangkap dalam jebakan yang sama.

"Oh, ini dari Rio?" tanya Dita mencari aman.

Evan menaikkan sebelah alis, "Lah? bukan lah neng. siapa lagi kalau bukan dari Faldi?"

Dita ingin bersikap biasa saja. Namun wajahnya tidak bisa biasa saja. Blushing. Galuh dan Mira dapat melihat itu.

Lalu Evan pergi dari hadapannya dan kembali bergabung dengan Faldi dan Rio.

Ponsel Dita bergetar, menandakan ada notif masuk.

Faldi : Kalau jusnya udah habis jangan paksa disedot. biasa aja kalau diliatin sama gue, segitunya ya efek diliatin sama gue?

Dita mengunci ponselnya. Matanya menatap Faldi, antara marah dan malu. Marah karena kalimat yang dikirimkan Faldi melalui chat barusan adalah benar, dan malu karena Faldi pasti melihat wajah merahnya.
Faldi ditatap seperti itu tidak membuang kesempatannya. Ia mengedipkan sebelah matanya dan disertai senyuman miringnya. Dita yang melihat itu langsung melengos. Faldi terkekeh dibuatnya.

Galuh melihat adegan itu. Ia hanya tersenyum. Lalu membuka ponselnya, membalas chat temannya. Lalu ia geletakkan begitu saja ponsel itu di tengah meja.

Tatapan Dita teralih pada ponsel itu. Ia kembali melihat wallpaper itu, Galuh tidak segera mengunci layarnya. Dibiarkan begitu saja.

Mira ikut melirik, lalu matanya mengisyaratkan untuk bertanya.

Dita membuka mulutnya lalu mengatupkan lagi.
Begitu sampai tiga kali. Mira mendengus dan melotot, berbicara tanpa suara, seperti berkata

buruan tanya!

Dita mengambil nafas. "Ng, Galuh."

Galuh mendongak, "Ya?"

Dita membasahi bibir bawahnya. "Kalau boleh tau, perempuan yang ada di wallpaper hp lo itu siapa, ya?"

Galuh terdiam sebentar. Tak lekas menjawab.

Dita menampakkan raut wajah tak enak "Kalau itu privasi-"

"Namanya Trisya."

Galuh hanya menjawab dua kata itu. Disertai senyuman hangatnya yang membuat Mira sedikit memberi perhatian pada wajah tampan yang Galuh miliki tentunya.

***

Setelah sekian lama, hehehe.
Kalau lupa alurnya, baca bab sebelumnya ya!
see you ❣

Faldita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang