18.

180 9 1
                                    

Faldi berjalan santai di koridor kelasnya, tak peduli jika dua menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Ia tersenyum ramah jika ada yang menyapa.

Di belokan koridor, ia merasa ada yang menabrak dada bidangnya. Dan pelakunya kali ini adalah cewek. Oh ini seperti di sinetron.

Siswi itu meringis memegangi jidatnya. Ia menunduk memunguti formulir ekskul yang terjatuh.

"Aduh, gimana sih bisa jatuh gini." gumam siswi itu.

Faldi sebagai cowok yang gantle pun turut membantu memunguti formulir itu.

"Lain kali hati hati."

Siswi itu mendongak menatap Faldi. Kemudian siswi itu melotot seiring dengan mulutnya yang terbuka.

"LO!?!?!? Heh buaya darat! jadi elo yang nabrak gue!?!?!?"

Sedikit terkejut karena ternyata siswi itu adalah Amel. Anak kelas 10 yang dulu pernah mengajaknya selfie manja di kantin. Faldi mengenal siswi ini. Tentu saja.

Amel menatap nyalang Faldi yang di balas Faldi dengan kedua alis terangkat, membentuk kerutan yang seksi menurut Amel.

Amel terdiam sejenak menatap kerutan dahi itu. Setelahnya ia mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ia marah dengan cowok ini.

"Lo pikir lo siapa sih bisa mainin hati gue?"

"Gue demen main futsal daripada mainin hati cewek." jawab Faldi santai.

Membuat Amel kembali mencibir.
"Cih. gak usah sok suci!! lo pikir gue gak tau kemaren lo jalan sama Kak Sella dan Kak Dita? dua sekaligus kak!! lo gak mikir gimana perasaan gue?"

Faldi terkekeh hendak mengatakan sesuatu namun,

"STOP!!!! GUE BELUM SELESAI NGOMONG!!!! MULAI DETIK INI, LO JANGAN LAGI DEKETIN GUE!! GUE GAK MAU LAGI DEKET SAMA COWOK BUAYA DARAT KAYA LO!!!"

Selepas mengatakan itu, Amel bangkit berdiri meninggalkan Faldi yang tersenyum dengan satu alis terangkat seolah tidak mempermasalahkan perkataan Amel tadi. Faldi memberdirikan badannya, ia menatap kepergian Amel.

Baru lima langkah Amel melangkah untuk pergi, ia berbalik menatap Faldi yang masih berdiri.

"Apa? lo berharap gue kejar?"

Pertanyaan Faldi yang bernada santai itu membuat Amel melotot. Ia berbalik lagi berjalan dengan cepat menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

gumam Faldi "Cewek emang gampang baper,"

Faldi tersentak kala ada yang merangkul bahunya.

"Pagi, sayangnya aku"

Faldi mendorong bahu Evan.

"Sialan lo! gue kira siapa. Mana si Rio?"

Evan terkekeh "Kenapa? berharap  Miss.Gengsi yang ngucapin pagi?"

Faldi mengangkat tangan kanannya yang terkepal di depan wajah Evan "Lo kangen tonjokan gue?"

"Eits, sabar bosku. Tapi gue emang bener kan? lo ngarepnya gitu kan?"

Faldi menghela nafas tidak menjawab pertanyaan Evan "Mana si Rio?"

Wajah Evan yang sebelumnya ceria berbubah menjadi masam "Tuh anak makin lama makin ngeselin, Fal."

Faldi menunggu Evan melanjutkan kalimatnya.

"Makin lama pacaran sama si Nurul dia makin bikin gue pengen musnahin dia dari dunia ini."

Faldita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang