Di lorong Rumah Sakit, tepat di depan pintu kamar nomor c-137, di bangku ruang tunggu terlihat Evan dan Rio yang terduduk dengan wajah lelahnya.
Bisa di pastikan bahwa mereka berdua membolos sekolah karena ingin menjaga Faldi disini.
"Hei!"
Keduanya menoleh saat Dita menyapa dengan senyuman manisnya.
"Anjir, Yo! Muka lo gitu banget! Cuci muka kek!" suruh Dita karena melihat wajah Rio yang merem melek merem melek. Nggak konsisten matanya. Kalo melek ya melek aja dong.
Rio menguap lebar lima jari. Dirinya benar - benar mengantuk. Menemani Evan bermain ps semalaman memang bukan pilihan yang terbaik. Pasalnya, semalam Evan memaksanya untuk menemaninya bermain ps. Jika ia tidak mau, Evan pun mengandalkan jurusnya yaitu mengancam Rio dengan memberi tahu Nurul kalau Rio ini punya kebiasaan yang bikin Nurul pasti ilfeel. yaitu : Menggaruk bokongnya lalu mencium baunya.
Beruntungnya kemarin, Evan dengan tidak sengaja mendapati Rio yang tengah berbaring di sofa kamar rawat Faldi dengan menggaruk - garuk bokongnya, lalu di cium tangannya merasakan baunya.
Kalau sudah punya kartu AS begini kan jadi gampang! Kalau tidak menurut, tinggal bilang "Gue sebar, nih!"
"Salahin si Evan nih! Gara gara dia gue semaleman gak tidur!" ucap Rio dengan wajah kesalnya.
Evan menoyor kepala Rio "Kan pas gue ajak lo juga mau, geblek!"
Masih dengan wajah kesalnya "Ya mana bisa gue tolak?! orang lo banci! maennya ancem anceman! payah!"
Seakan teringat sesuatu, Evan pun tertawa cekikian.
"Eh, Mira mana?"
"Oh, beli pulsa dulu di depan."
Evan mengangguk.
"Lo kalo mau masuk, masuk aja. Dia tidur, sih. Gue sama Rio mau kasih makan cacing dulu" ucapnya dengan cengiran lalu mengusap - ngusap perut ratanya. ralat. perut kotak kotanya.Melihat itupun Dita buru - buru memberikan kantong plastik ke arah Evan. "Udah nih, gue bawain nasi padang. Inget! Ayamnya masing masing satu, jangan rebutan!"
Mata Evan dan Rio berbinar menatap Dita yang berhati malaikan rela memberikan mereka makanan.
Celetuk Rio sambil nyengir "Ck ck gak salah emang si Bos milih cewek. Udah cantik, baik lagi!"
Evan spontan menyikut lengan Rio.
Rio yang bingung hanya memperlihatkan tampang begonya "Apaan?"lanjut Rio meneruskan "Emang gak salah pilih kan si Faldi? ya kan, Van?"
Evan melotot. Diinjaknya kaki Rio membuat Rio melotot dan meringis. "Aduh! sakit setan!"
Huh. Pemikiran Rio ini memang seperti kolam ikan di rumah Evan. Dangkal.
bisik Evan ke telinga Rio "Ada orangnya ini, bego! cewenya kan sekarang Sella! inget skenario dong!!"
Rio yang di bisikin malah megerlingkan matanya seraya mengusap - ngusap telinganya.
"Geli, anjir! Nafas lo kenceng!!"
Saat Evan tengah membisikan kembali apa kalimat yang di bisikan barusan, terdengar suara melengking berfrekuensi tinggi.
"BABE!!! I AM COMING!!!"
Pergerakan Mira untuk memeluk Evan jadi terhenti melihat posisi Evan yang enggak banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldita (On Going)
Teen FictionFaldi emang suka banget bikin Dita ngendas - ngendus kaya banteng. "Lo lupa sama kalimat lo sendiri kalo lo gak ada rasa sama gue? Bagian mana kalo gue nyakitin lo?" "LO NINGGALIN GUE!!!!" "Gue ninggalin lo yang gak ada rasa ke gue. Salah?" © 2017...