Semenjak hadir bersama Galuh di pesta ulang tahun Susi, Dita jadi sering mengobrol dengan cowok itu.
Biarkan Dita menilai,
Galuh itu termasuk golongan cowok oke, wajahnya ganteng, tingginya pas untuk anak SMA, otot lengannya tidak besar namun kekar, ekhem dadanya juga bidang, rambutnya tidak diberi pomade dan dibiarkan berantakan namun tetap terlihat menawan, iris matanya berwarna hitam legam, lengkungan hidungnya juga nyaris sempurna, rahangnya kokoh dilihat dari samping, ah pokoknya oke banget!
Itu penilaian Dita tentang fisik.
dan mari berlanjut ke penilaian selanjutnya.Galuh tipe orang yang mudah mengakrabkan diri dengan orang lain. Dia asik, sopan, dan selalu menemukan topik untuk dibicarakan. dan Dita selalu nyambung berbicara dengan Galuh. Galuh juga dikenal sebagai cowok yang sangat menghargai wanita. Tentang kesepakatannya dengan Tama yang mengikutsertakan Dita, itu pengecualian. Galuh paling tidak bisa menolak tantangan. Ia suka tantangan, terlebih Tama menantannya untuk bermain futsal. Sama sekali Galuh tidak keberatan. dan untuk 'hadiah' dari kesepakatan itu adalah jalan bersama Dita, Galuh tidak menolak, entahlah, Galuh hanya tidak ingin memberi tahu alasannya, setidaknya untuk saat ini. Nanti ia akan memberi tahu.
Kembali ke dunia,
Seperti saat ini, Galuh dan Dita sedang berjalan di koridor menuju parkiran. Tadi, Dita mengatakan akan mengajaknya untuk mengunjungi temannya.
"Siapa sih, Dit? emang kenapa di jenguk? sakit emang?" Galuh bertanya lagi.
Dita mengangguk. "Faldi, lo kenal kan? iya dia emang lagi sakit."
Galuh diam setelahnya. Raut wajahnya tidak bisa Dita baca, Galuh tidak mudah ditebak.
"Kalau gitu kita beli bawaannya dulu buat jenguk."
awalnya, Dita kira Galuh akan menolak ajakannya. Namun yang tak ia sangka, Galuh menerimanya.
Dita lantas tersenyum, "Ayo!"
***
Mereka sudah sampai di rumah sakit. Galuh membawa barang belanjaan tadi. Dita selalu tersenyum di setiap langkahnya.
Galuh mengamati wajah Dita dari samping. Ia sebenarnya tahu bahwa dulu, gadis di sebelahnya ini dikejar-kejar oleh Faldi. Gosip selalu cepat beredar. Namun, tidak ada kelanjutan dari gosip itu.
"Setiap hari?"
"hah?" Dita membeo, "Apanya yang setiap hari?"
Galuh mengenikan bahu "Kesini setiap hari?"
Dita lagi-lagi tersenyum "Oooh, iya!"
Mereka sudah di depan pintu kamar inap Faldi.
Dita mengintip melalui jendela yang tirainya dibuka, Faldi hanya seorang diri.Dita tersenyum, lagi. Lalu membuka kenop pintu dan memutarnya. Langkahnya pasti menuju ke Faldi yang tengah berbaring di atas brankar. Galuh mengikutinya di belakang.
Terlihat Faldi sedikit terkejut mengetahui sosok lain di kamarnya selain dirinya.
Kali ini Dita tersenyum menampakkan giginya.
"Hai!" sapa Dita.
Faldi tersenyum lima jari sampai matanya nyaris tidak kelihatan. Lalu pandangan Faldi melirik sosok di belakang Dita.
"Oh iya! gue bareng Galuh kesininya. Sini sini Luh, deketan sini!" ujar Dita menarik tangan Galuh.
Galuh menaruh bawaannya ke sofa. lalu mendekat.
Faldi mematung. Galuh juga sama.
"Kok canggung gini, sih?" Dita menatap keduanya. Lalu mengerjap "Kalian udah pada kenal kan? masa gak kenal, sih?"
kata Dita lagi "Kenalan deh-"
"Sudah." kata mereka bebarengan.
Dita tersenyum. "Ooh udah kenal ternyata. gimana Fal, kapan boleh balik?"
Faldi memutuskan kontak mata dengan Galuh lalu menjawab "Nanti,"
"Keadaan lo yang sekarang, gimana?" Galuh baru membuka suara lagi.
"Baik." kata Faldi sambil tersenyum.
Faldi berusaha menetralkan eskpresinya.
Sejak awal kedatangan Dita dan Galuh, membuatnya tidak fokus sampai sekarang.
Apa Dita mengenal jauh sosok Galuh sampai menjenguk bersama?Faldi tau tentang kesepakatan antara Tama dan Galuh.
Ia masih marah. Namun, rasanya ia tidak bisa bertindak begitu saja sedangkan disaat itu dirinya masih berbaring dirumah sakit sampai sekarang. Melihat si pemenang, Galuh, ada di depan matanya, berusaha ia tahan emosinya. Ia tidak ingin terlihat bodoh di depan Dita.Faldi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ada hal yang jauh lagi yang sudah dilakukan oleh Dita dan Galuh? Seperti; dinner bersama, nonton bersama, pulang bareng, jalan-jalan pulang sekolah, selama tidak ada kehadiran Faldi di sekolah? ah Faldi jadi pusing memikirkan itu.
Itu hanya kesepakatan bukan? menang dan jalan bersama Dita. sebatas jalan kan?
Faldi berharap, tidak ada lagi jalan bersama Dita selanjutnya untuk lelaki lain. Hanya untuk kali ini saja, itupun saat dirinya berada di rumah sakit. Taruhan, kalau saja saat itu Faldi ada, tidak akan ada aksi kesepakatan banci itu.
Faldi menunduk. Memikirkan sesuatu, memikirkan tindakan apa yang akan ia lakukan setelah rencana menyadarkan Dita dari rasa gengsinya. Tidak mungkin Faldi terus bermain sandiwara begini. Makin kesini, ia juga takut kalau Dita menyangka bahwa Faldi dan Sella memang benar dekat sebagai gebetan. Faldi menghela nafas.
Mungkinkah kalau Dita memang sudah mempunya pemikiran begitu? mengira Faldi dan Sella dekat? Makanya sekarang Dita jadi sama Galuh melulu. Aduh, pikiran Faldi kemana-mana.
Faldi mengamati Galuh. cowok itu tidak kalah ganteng darinya, maksudnya hampir sama dengannya. Galuh juga salah satu cowok yang sering dibicarakan di sekolahnya, terutama cewek-cewek. Galuh yang baik, ramah, perhatian, gantle, ganteng, begitu katanya.
Faldi menghela nafas, lagi. Kali ini helaannya lebih berat dari sebelumnya.
Sepasang matanya menatap Dita yang mengobrol ringan dengan Galuh sambil mengupas kulit jeruk.
sesekali mereka tertawa bersama.Faldi mendengus. memalingkan wajah.
mereka mau jenguk atau mau apasih, batinnya.
***
Hallo!!! Kok jadi pengen update dua kali sih gue 😐 gimana ni wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldita (On Going)
Teen FictionFaldi emang suka banget bikin Dita ngendas - ngendus kaya banteng. "Lo lupa sama kalimat lo sendiri kalo lo gak ada rasa sama gue? Bagian mana kalo gue nyakitin lo?" "LO NINGGALIN GUE!!!!" "Gue ninggalin lo yang gak ada rasa ke gue. Salah?" © 2017...