Karena pertemuan antara Rowoon dan Ung kemarin, gue jadi kena getahnya. Ung ngambek sama gue tanpa alasan yang jelas.
Kaya sekarang, gue ngajak dia ngomong tetep aja dikacangin. Padahal gue nanya tentang kepentingan dia juga. Gue pengen masak makanan, tetapi begitu gue tanya Ung mau makan apa eh dia malah ngacangin gue.
Kurang sabar apa sih gue..
"Ung,"panggil gue sambil menoel-noel pipinya.
Gue lagi di kamarnya Ung. Gue tau kalo dia cuma pura-pura tidur.
Gue gak menyerah. Gue berjongkok lalu menjulurkan tangan untuk menutup hidung Ung. Dia masih tetep diam. Gue menghela napas lelah, "Ung, bangun ihh."
"Tau ah capek!"kata gue dengan sedikit berteriak. Gue beranjak pergi dari kamar Ung. Masa bodo mau dia kaga sarapan kek, mau sakit kek, gapeduli gue.
"Alifah, berhenti."kata Ung yang membuat langkah kaki gue terhenti. Gue berbalik badan, menatap Ung dengan kepala yang menyembul dari balik selimut.
Ung mengisyaratkan gue untuk menghampirinya. Begitu gue udah ada di samping ranjangnya, tangan gue ditarik sehingga gue jatuh ke kasur.
Ung langsung memeluk tubuh gue dengan erat. Posisi kita berhadapan, otomatis pemandangan di depan gue adalah dada bidangnya Ung.
Gue memberontak, "Ung lepas ih, apaan banget sih!"
"Aku mau makan kamu aja boleh gak?"
"Heh gue bukan makanan!"
"Kalo ngomong lo-gue kena hukuman ya. Berarti kamu akan aku hukum."
Gue mendongak untuk menatap Ung, "Hukumannya apa?"
Ung senyum lalu menunjuk bibirnya dengan jari tangannya. "Morning kiss."
"GAK."
"Yaudah nanti aku minta sama Kei aja."goda Ung.
Ung kok minta di chidori ya?
"Iya, minta aja sama dia. Pasti dikasih kok."kata gue dengan senyum.
Gue bangun dari ranjangnya Ung dengan perasaan sebel dan pengen nampol orang. Gue keluar dari kamarnya Ung lalu ke dapur untuk membuat sandwich.
Setelah habis memakannya, gue pergi keluar apartemen untuk jalan-jalan sebentar. Udara di apartemen mendadak jadi gaenak dihirup.
Gue pergi ke tepian Sungai Han. Gue masih waras oke, gue gak akan bunuh diri dengan melompat dari jembatan Sungai Han seperti di drama korea. Gue cuma mau jalan-jalan aja.
Gue berharap kalo Ung akan mengejar gue tapi harapan gue itu gak mungkin terjadi. Gue hanya menyeruput segelas cokelat panas yang tadi gue beli.
"Eh kang ngambek," Oh ternyata dia masih mau nyari gue.
"Aku istrinya Kang Daniel, bukan kang ngambek."
"Kamu kok gitu sih? Jadi kamu lebih milih Daniel daripada aku?"kata Ung sok dramatis.
"Krik banget."
"Maap deh kalo aku punya salah sama kamu."
"Salah kamu banyak."
"Makanya maapin oke?"
"Iya deh, udah sana gausah ganggu!"
Bukannya menjauh, Ung malah tiduran di paha gue. Tangan gue mengusap-usap rambutnya dengan kasih sayang.
"Kenapa aku gabisa marah sama kamu sih?"
"Karena aku ganteng. Oiya kamu habis lulus nanti mau kuliah dimana? Bareng yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS [Lee Eui Woong] ✔
FanfictionUdah ganteng, pinter, jadi ketua osis. Siapa yang nggak mau? Warn: Bahasa non baku