Gue gak tega melihat Daniel yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan kepala di perban dan selang infusan di tangan kirinya.
Untung aja dia nggak parah-parah banget kecelakaannya. Gue takut dia pas udah sadar eh lupa sama gue.
Gue duduk di kursi yang terletak di sebelah ranjangnya. Gue menggenggam tangan Daniel. Ya, gue tau kalo gue gaboleh kaya gini tapi gue bener-bener khawatir. Bodo amat dah..
"Alifah,"panggilnya dengan lirih.
Daniel udah sadar woy!!
"Yang lo rasain sekarang gimana? Mau gue ambilin air?" Ia mengangguk lemah sebagai jawaban.
Gue langsung menyodorkan segelas air kepada Daniel. Ia langsung meminumnya sampai tersisa setengah.
"Mau apa lagi? Sini gue ambilin."kata gue.
"Lo duduk aja dulu."suruhnya.
Gue menuruti perkataan Daniel. Gue duduk di kursi tadi.
"Lo bukannya lagi sama Ung? Kok dateng ke sini?"tanya Daniel bingung.
Jujur atau nggak ya?
"Iya, gue bela-belain ke sini buat ngeliat keadaan lo. Gue khawatir sama temen gue."jawab gue.
"Lain kali jangan ya. Gue tau lo pasti lagi berantem kan sama Ung?"tebak Daniel yang seratus persen benar.
"Ngga kok, kita baik-baik aja."sangkal gue.
"Lo gabisa bohong sama gue. Ung emang cemburuan orangnya, dia takut kehilangan lo."
"Alah, omongan lo itu hoax.. Btw, orang tua lo mana?"
"Gatau deh kan gue baru sadar."
"Gue nyuruh temen-temen buat ke sini sekarang, gapapa kan?"tanya gue.
"Gapapa, tapi gue mau tidur dulu sebentar. Lo temenin gue ya disini."
Gue cuma nurut aja. Gue juga agak ngantuk sih. Daniel minta gue buat duduk di kursi sebelah ranjangnya. Dia juga menggenggam tangan gue. Dengan tangan yang kadang mengusap rambut gue.
Gue kalo udah ngantuk terus kepalanya diusap-usap pasti langsung tidur. Soalnya waktu kecil, Mama gue sering mengusap kepala gue sebelum tidur.
"Ekhem, batuk!"kata seseorang dengan keras yang membuat gue bangun dari tidur. Mereka menatap gue dengan tatapan yang tidak bisa gue artikan.
"Tangan lo."kata Vivi yang akhirnya membuat gue paham.
Oh pantesan.. Apa tangan gue?! Gue jadi ngerasa gaenak. Kalo Ung ngeliat gimana? Nanti kalo dia marah sama gue lagi terus mutusin gue gimana? Gue kudu eottokhae?
"Daniel, bangun... Temen-temen udah dateng."
"Alifah,"panggil Rahma yang membuat gue menoleh padanya.
"Susulin Ung sana!"
Mampus. Ada orangnya. Persiapkan mental dan hati.
"Dimana?"tanya gue panik.
"Di tangga darurat."jawab Samuel.
"Gue nggak bercanda ya, Muel!"
"Gue juga nggak bercanda sih."
Gue mencari Ung ke tangga darurat. Dan bener, itu anak lagi duduk di anak tangga sambil mainin hpnya. Gatau dah buka apaan.
"Ung, maaf."kata gue lirih.
Dia diem aja kaya patung. Gue tau dia denger omongan gue. Biar aja, udah kebal gue diginiin.
"Aku tau kamu denger aku. Aku cuma mau minta maaf. Kalo gak dimaafin ya gapapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS [Lee Eui Woong] ✔
FanficUdah ganteng, pinter, jadi ketua osis. Siapa yang nggak mau? Warn: Bahasa non baku