-Seoul, South Korea-
Pagi di hari Senin memang saat-saat yang ramai bagi para pekerja. Jalan raya maupun trotoar di padati orang-orang yang hendak pergi ke sekolah dan bekerja. Ada yang berjalan dengan santai, ada pula yang berlari tergesa-tegas.
Jung Eunha, menjadi salah satu dari sekian pekerja yang tengah berlari kecil dengan payung berwarna kuning terang melindungi kepalanya. Pagi ini hujan semakin memperburuk suasana hati orang-orang, kparena tidak hanya harus berpacu dengan waktu dan orang-orang, mereka juga harus kerja ekstra melindungi pakaian dan barang mereka agar tidak basah.
Sekarang Eunha tengah berdiri di pinggir penyebrangan jalan, menunggu lampu apil untuk pejalan kali berubah menjadi hijau. Hujan yang hanya menyisakan gerimis pelan, membuat Eunha memutuskan untuk menutup payungnya. Membiarkan rambut dan pakaiannya sedikit basah. Toh, ini hanya gerimis.
Hujan di penghujung Musim Panas seperti ini selalu mengingatkan Eunha pada kejadian 10 tahun yang lalu. Kejadian yang sampai sekarang masih tidak bisa dipercaya, bahkan oleh Eunha sekali pun. Sepuluh tahun yang lalu, ia bertemu dengan pria dewasa asing di depan rumahnya. Ingatannya soal rupa pria dewasa itu terlalu kabur, namun kehadirannya yang misterius masih sangat membekas. Dan Eunha ingat, pria itu memiliki tawa yang menawan.
Tidak tahu itu siapa, pria asing itu selalu muncul di dekat Eunha dan bahkan menghiburnya saat dirinya disakiti oleh senior yang disukainya. Pengalaman cinta pertama yang menyedihkan, pikir Eunha.
Hingga sekarang, ia masih bertanya-tanya apakah pria itu benar-benar ada ataukah memang hantu?
Lampu apil akhirnya berganti ke warna hijau untuk para pejalan kaki. Karena terburu waktu, Eunha berlari kecil ke arah seberang dan disaat itulah, pundaknya menabrak pundak seseorang dari arah yang berlawanan.
"..ah, Ma.." kata-katanya terhenti begitu ia menoleh dan melihat orang yang baru saja ditabraknya secara tidak sengaja itu. Pria itu juga menatapnya, atau lebih tepatnya terpaku menatapnya.
Pria berambut coklat gelap itu tinggi dengan pundak lebar, ia mengenakan kemeja kasual berwarna merah marun di balik jas hitamnya. Penampilanya terkesan formal tapi juga santai. Lebih aneh lagi, ada perasaan aneh yang muncul di benak Eunha. Ia merasa deja vu. Ada sesuatu yang berbeda dari pria ini, tapi ia tidak berhasil menemukan jawabannya.
Eunha menerjap-nerjapkan matanya, supaya kembali sadar dari tatapannya ke arah pria yang tidak di kenal itu. Ia mengalihkan pandangannya ke arah langit. Langit biru kota Seoul selepas hujan pagi itu, menghasilkan segaris pelangi yang tipis namun Eunha dapat melihatnya jelas.
'..indah...' pikirnya, membuat kembali tersadar bahwa mereka masih berada di tengah-tengah penyebrangan, dan lampu Apil akan segera berubah ke warna merah.
Dengan cepat, Eunha membungkuk sebagai tanda maaf kepada pria itu, lalu berlari kecil ke sisi jalan. Pria itu juga melakukan hal yang sama, lalu kendaraan kembali berlalu lalang.
Jeon Jungkook melupakan hal bahwa pagi ini ia harus cepat-cepat bertemu seseorang di kantornya. Ia seharusnya sudah setengah jalan menuju kantornya, jika saja ia tidak berdiri mematung di pinggir jalan sambil berusaha mencari sosok wanita asing yang baru saja ditabraknya.
Ah, Jungkook menemukannya. Wanita itu belum begitu jauh dari jangka pandang Jungkook.
Senyum kecil bersemayang di bibirnya melihat lari pendek wanita itu. Jika saja Jungkook tidak memiliki janji, ia pasti sudah mengejarnya. Tapi, hal itu tidak perlu dilakukan.
Karena firasatnya seakan berkata, ia akan bertemu lagi dengan wanita itu.
*
*
*
*
"Jadi, Jungkook-sshi, konsep seperti apa yang Anda inginkan untuk acara Anda ini?" tanya Yuna.
Jungkook mengambil cangkir kopi di depannya, lalu meminumnya sedikit. Sebelum ia menjawab pertanyaan wanita di depannya, seseorang berlari tergesa-gesa ke arah meja mereka. Belum sempat pula ia mengatur napasnya, ia segera membungkuk dan meminta maaf kepada Jungkook dan Yuna.
"Maaf Saya terlambat.." ujarnya, masih membungkuk dalam.
Jungkook membulatkan matanya, terkejut melihat wanita yang tadi pagi ditabraknya secara tidak sengaja. Meskipun firasatnya mengatakan ia akan segera bertemu dengannya lagi, Jungkook tidak menyangka akan secepat ini.
"..dasar bodoh.." bisik Yuna sedikit kesal namun tersenyum canggung ke arah Jungkook yang notabe adalah kliennya yang harus dihormati. Ia menarik tangan Eunha untuk duduk di sampingnya, dan tak lupa tetap menampilkan senyum sopan.
Eunha menurut, duduk di samping Yuna lalu matanya membulat begitu melihat orang di depannya yang adalah kliennya. Dirinya kembali merasakan deja vu.
"Tidak apa-apa. Saya juga baru saja sampai.." balas Jungkook sopan.
Eunha membalas dengan menundukkan kepalanya lalu tersenyum sopan, meski di dalam kepalanya banyak pertanyaan yang berlalu-lalang perihal pria asing ini.
Ia seakan pernah bertemu dengan pria ini, tapi kapan dan dimana, otaknya menolak menjawab. Serta perasaan aneh saat melihat pria ini, hatinya juga menolak untuk menjawab. Ditambah, tampang pria asing ini sangat mempesona, membuatnya semakin merasa gugup dan berdebar.
"Ah, perkenalkan. Dia Jung Eunha, project manager event yang akan perusahaan Anda selenggarakan.." ujar Yuna memperkenalkan rekan kerjanya.
"Salam kenal dan mohon kerjasamanya.."
"Salam kenal. Saya Jeon Jungkook. Mohon bantuannya untuk event ini.."
*
*
*
-Summer Rain END-
KAMU SEDANG MEMBACA
[EUNKOOK] BEGINS
FanfictionKumpulan short story kisah kasih Eunha (Gfriend) dan Jungkook (BTS) yang penuh lika-liku, dengan background, alur, setting cerita, dan other cast yang berbeda-beda. Author's favorite short story: 1. This October 2. Eunha Gets Drunk 3. S...