HELLO (Part 1 of 2)

3.2K 299 13
                                    

Hujan. Tidak ada yang lebih buruk dari hujan yang turun disaat-saat jam pulang kantor. Lebih parah lagi saat hujan itu turun tanpa ada pemberitahuan sama sekali. Ramalan cuaca yang selalu di bacakan pembawa acara di setiap pagi nampaknya sia-sia. Keluhan orang-orang yang terjebak hujan membuat hujan turun semakin deras. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali berteduh menunggu hujan berhenti atau menelpon seseorang untuk membawakan payung.  

Sebuah bus kota berhenti di sebuah halte, pintunya terbuka otomatis untuk mempersilahkan penumpangnya keluar. Petang itu, hanya seorang perempuan berumur 20-an tahun, terlihat seperti seorang mahasiswi, turun dengan langkah besar. Segera ia berteduh di bawah atap halte sambil mengibas-kibaskan rambut pendeknya yang sedikit basah. 

"..disaat seperti ini, selalu saja lupa membawa payung.." gerutunya. 

Ia mengambil ponselnya dari saku depan jas panjangnya, lalu mencari sebuah nama di kontak nomernya. Jelas sekali, ia akan minta tolong pada seseorang yang dikenalnya untuk membawakan payung untuknya. Gadis itu lebih baik merepotkan seseorang ketimbang membiarkan dirinya menunggu di tengah hujan deras seperti ini. 

Ibu jarinya terus mengeser layar ponsel kebawah, mencari siapa orang yang cocok untuk dimintai tolong. Seseorang yang tidak akan menolak permintaanya. Seseorang yang akan rela melawan derasnya hujan untuk menghampirinya dan menjemputnya.  

Siapa? 

Siapa orang yang dapat melakukan hal itu untuk dirinya? 

Jari dan matanya berhenti pada satu nama. Jeon Jungkook. Nama yang sangat tidak asing baginya. Jawaban untuk pertanyaan di atas adalah, tentu saja,  nama ini. Ia yakin seratus persen, pemuda bernama Jungkook ini akan menjemputnya dalam situasi kondisi apapun. 

Tapi, itu semua tidak akan terjadi untuk sekarang. Dulu, Jungkook pasti akan segera datang jika ia menelponnya. Jungkook akan datang dengan senyum konyolnya, yang entah bagaimana dapat sangat mempesona, melambaikan tangannya dari kejauhan lalu berlari ke arahnya. Tidak peduli sepatu dan celananya akan basah terkena cipratan air hujan. 

'Penyelamatmu sudah datang!' ujarnya riang, tidak lupa selalu memamerkan senyum kelincinya yang membuat dirinya terlihat lebih muda. Dengan sigap menyodorkan payung berwana kuning neon, lalu berjalan pulang bersama. 

Ia selalu menganggap, masa itu adalah masa-masa yang paling menyenangkan bersama Jungkook. Terlepas mereka memang selalu menghabiskan waktu bersama. 

Ia..rindu akan masa itu.

"..sekarang..dia pasti tidak akan menjawabnya..." ujarnya pelan, lalu menghela napas panjang. Ibu jarinya menekan tombol 'keluar', niat untuk menelpon seseorang hilang begitu saja. Tiba-tiba, udara lembab dan bau air hujan membuat dirinya nyaman berlama-lama di halte. Matanya menerawang ke arah langit kota Seoul yang gelap tertutup awan mendung. 

"..geurae.. dia sudah tidak di sampingmu lagi.. dia tidak akan datang untukmu lagi.." ujarnya lagi, kali ini dengan suara yang cukup keras agar hatinya bisa mencerna ucapannya. Seorang pelajar SMA melihatnya dengan tatapan aneh, tapi ia tidak peduli. 

DDDRRRRTTTT DDDRRRTTT DDRRRTTT ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk.

"yeoboseyo.." ujarnya dengan nada malas. Disaat ia tidak ingin menelpon seseorang, ia justru mendapat telpon dari orang lain.

"Eunha-yah, kau dimana sekarang?"  tanya suara pemuda dari seberang sana. 

"..di halte dekat rumah. Ada apa?" jawabnya, masih konsisten dengan nada malasnya. 

"Di luar hujan deras. Kau tidak membawa payung?" 

"Ck.. Ada apa menelpon?" tanya Eunha berdecak malas, menghiraukan pertanyaan orang yang menelponnya. 

[EUNKOOK] BEGINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang