Jungkook berdiri memandangi wanita di depannya yang tengah mendapat perawatan terkilir dari penduduk setempat. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia mengamati gerak gerik wanita yang sudah tinggal bersamanya sejak 2 tahun yang lalu ini, tepatnya saat ia mulai masuk Sekolah Menengah Atas.
"Terima kasih banyak, Ahjussi.. Mohon maaf telah merepotkan," ujar wanita itu, sambil membungkuk dalam-dalam kepada seorang penduduk setempat yang merawat kaki kanannya.
Jungkook ikut membungkuk sopan, lalu mengambil sekantong plastik belanjaan berisi beberapa bahan makanan yang berada di dekat kaki wanita itu.
"Ayo pergi," ujar Jungkook singkat, tanpa melihat ke arah wanita itu, lalu melangkah mendahuluinya.
"Tung- terima kasih banyak sekali lagi, Ahjussi. Kami pamit," ujar wanita itu, sekali lagi membungkuk lalu buru-buru mengejar remaja bertubuh jangkung itu. Tentu saja, usaha mengejarnya sia-sia, karena kakinya yang terkilir membuat kecepatan langkahnya menurun.
'Jungkook-ah tunggu!' ia berharap bisa menyerukan hal tersebut, memintanya memperlambat langkahnya agar mereka tidak berjarak terlalu jauh.
Tidak bisa. Mereka sedang terjebak dalam hubungan yang rumit dan membuat mereka tidak akrab satu sama lain. Dirinya pun cukup terkejut, mendapati Jungkook menyusulnya ke pasar terdekat lalu memergoki dirinya terjatuh hingga membuat kaki kanannya terkilir.
Perilaku yang sangat ceroboh untuk wanita berkepala 3, bukan?
Ia menghela napas pasrah, melihat punggung Jungkook semakin menjauh. Ia menyalahkan dirinya karena tidak berusaha lebih keras untuk bisa akrab dengan remaja satu itu. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Mereka telah melewati dua kali musim panas dan dua kali musim dingin bersama, namun justru remaja itu semakin menjauhi dirinya.
'Apa yang harus kau lakukan, Eunha-yah..' batinnya seakan bicara pada diri sendiri.
Terlalu sibuk dengan pikirannya, Eunha tidak menyadari bahwa Jungkook tengah berjalan kembali menuju dirinya, lalu berjongkok didepannya.
"Cepat naik," ujarnya menyuruh Eunha naik ke punggungnya.
"Kau serius?" tanya Eunha pelan dan ragu.
"Iya. Cepat. Aku ingin segera sampai villa," balasnya cepat. Meski jawabannya terdengar ketus, nada suaranya melembut.
"Maaf merepotkan.." ujar Eunha, "Terima kasih," lanjutnya, saat ia sudah berada di punggung Jungkook. Tanpa disangka, remaja itu dapat dengan mudah mengangkat Eunha. Apakah kekuatan anak SMA zaman sekarang sekuat ini?
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju villa dalam keheningan.
Ingatan Eunha terbang pada saat pertama kali ia bertemu dengan remaja ini. Saat itu musim semi, dan Jungkook baru saja pulang dari acara penyambutan siswa SMA baru sekolahnya dengan wajah berseri dan bangga. Seakan ia tidak sabar untuk menceritakan apa yang terjadi di sekolah kepada ayahnya.
Eunha ingat, senyum riang Jungkook langsung sirna begitu ayahnya memperkenalkan Eunha sebagai calon ibunya dan tinggal bersama mulai hari itu juga. Remaja 15 tahun ini merasa kesal, namun berusaha keras menutupi perasaannya yang sebenarnya di depan mata sang ayah. Kemudian dengan patuh, menuruti perkataan ayahnya tanpa banyak bicara. Benar-benar seorang putra sulung yang dapat dihandalkan.
Remaja itu sudah pasti membenci Eunha sejak pertama kali mereka bertemu.
"Tidak bisa kah kau sedikit menyukaiku, Jungkook-ah?" tanya Eunha pelan, hampir seperti berbisik.
Langkah Jungkook berhenti. Ia terlihat berpikir dan hendak mengatakan sesuatu, namun urung ia lakukan. Ia lebih memilih melangkahkan kakinya lagi.
"Kau tidak harus memanggilku dengan sebutan 'Eomma'," ujar Eunha lagi, karena ia telah membuka percakapan soal ini, tidak ada jalan lain selain mengeluarkan seluruh isi hatinya. Ia berharap, dengan Jungkook mengetahui perasaannya, remaja ini dapat membuka sedikit hatinya.
"Eomma kalian adalah wanita yang sangat luar biasa. Tentu saja, orang biasa sepertiku tidak bisa menggantikan posisinya..bahkan di hati Appa-mu seorang pun," lanjutnya bercerita, sambil terdengar sedih.
"Ah! Bukan berarti aku membencinya ya. Aku justru sangat menghormati Sojung-sunbaenim," balas Eunha cepat, berusaha tidak membiarkan Jungkook salah tangkap soal hubungan dirinya dengan mendiang ibu Jungkook.
Mendiang ibu Jungkook, merupakan kakak tingkat Eunha di masa perkuliahan dulu. Namun, Eunha baru mengenalnya lebih jauh saat mereka terjun dalam suatu bidang pekerjaan yang sama. Ibu Jungkook, sebagai seorang sunbae, memperlakukan para dongsaeng-nya dengan sangat baik. Ia tidak keberatan pulang malam untuk membantu juniornya.
"Aku memang tidak mungkin bisa menggantikan Sojung-sunbaenim. Tapi, setidaknya.. aku ingin membuat kalian sekeluarga bahagia.." ujar Eunha lagi, kali ini dengan suara yang lebih kecil. Nyalinya ciut mendapati Jungkook sama sekali tidak membalas setiap perkataannya.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Jungkook, Eunha ingin mengetahuinya. Tapi ia tidak berani untuk bertanya langsung. Padahal apa yang Eunha takutkan? Ia berhadapan dengan remaja yang usianya berbeda 15 tahun darinya.
"Jungkook-ah, turunkan aku. Villa nya sudah dekat, aku jalan kaki saja.." ujar Eunha membuyarkan semua kekalutan di benaknya, begitu mereka hampir tiba di villa mereka.
Dengan patuh, Jungkook menurunkan Eunha dengan pelan, menjaga agar kaki Eunha tidak terbentur ke jalanan.
"Terima kasih banyak.."
Eunha berjalan terseok mendahului Jungkook.
"Bukannya benci.."
Eunha menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang, begitu mendengar Jungkook mulai membuka suaranya.
Jungkook belum beranjak dari posisi ia menurunkan calon ibu tirinya itu. Matanya lurus menatap Eunha dengan lirih. Dada Eunha terasa nyeri mendapatkan tatapan seperti itu. Tatapan yang menggambarkan perasaan sedih dan keputusasaan yang besar dalam satu waktu bersamaan.
Entah mengapa Jungkook menatapnya dengan cara yang seperti itu.
"Justru, karena aku terlalu menyukaimu.. aku tidak bisa menerimamu sebagai ibuku.."
"eh?"
"Aku juga tidak mungkin merebutmu dari Appa. Jadi, aku harus bagaimana?" tanyanya terdengar purus asa.
Eunha tidak dapat menemukan suaranya. Tenggorokannya seakan tercekik oleh tatapan sendu Jungkook yang pasti akan terus menghantuinya.
"Jadi, aku harus bagaimana, Eunha-sshi?" tanya Jungkook lagi, kali ini ia maju beberapa langkah untuk mempersingkat jarak keduanya.
Tanpa sadar Eunha perlahan bergerak mundur, saat Jungkook kembali melangkah mendekatinya. Jujur, hatinya masih dalam kondisi syok dan bingung yang luar biasa mendengar ucapan Jungkook barusan. Antara merasa nyata dan tidak nyata, ataupun kenyataan yang sulit untuk diterima.
"Aku sudah tahu, apa yang harus kulakukan.." ujar Jungkook saat jarak diantara mereka hanya tinggal selangkah.
Dengan lembut ia menarik tubuh Eunha kedalam dekapannya, lalu mengecup singkat dahi Eunha. Setelah itu perlahan ia melepas pelukannya lalu berjalan mundur sambil tersenyum manis.
"Aku akan melupakanmu.."
*
*
*
END/TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
[EUNKOOK] BEGINS
FanfictionKumpulan short story kisah kasih Eunha (Gfriend) dan Jungkook (BTS) yang penuh lika-liku, dengan background, alur, setting cerita, dan other cast yang berbeda-beda. Author's favorite short story: 1. This October 2. Eunha Gets Drunk 3. S...
![[EUNKOOK] BEGINS](https://img.wattpad.com/cover/86894907-64-k798644.jpg)