(Tiga)

6.4K 118 13
                                    

Harry terbangun dari tidurnya saat adzan dari handphonenya berbunyi nyaring. Ia merentangkan lengannya untuk meraih handphonenya yang berada di atas nakas sambil memaksa matanya untuk terbuka. Suhu dingin segera menyerang kulitnya yang keluar dari selimut tanpa dilindungi itu barang sedikitpun. Harry menggigil berlahan dan kembali menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia melirik sebelahnya dimana Bilqis tertidur dengan lelap semalam setelah berhubungan intim dengannya.

Bilqis tampak begitu menikmati istirahatnya, bahkan Harry tak tega untuk membangunkan Bilqis dari mimpi indahnya. Harry hanya kembali menyelimuti Bilqis yang masih telanjang seperti bayi.

Melihat wajah istrinya yang terlelap membuat Harry kembali jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada Bilqis. Sudut bibir Harry tanpa diperintahkan segera melengkung dengan indahnya memandangi pemandangan indah itu. Ia mendaratkan sebuah kecupan manis pada bibir tipis Bilqis dan berlahan bangkit dari tidurnya.

Bilqis terbangun saat Harry bangkit dari tempat itu. Ia memandangi punggung Harry yang tampak tengah memakai kaos dan boxernya. Ia menundukkan wajahnya dan kembali terpejam sesaat. Ia membalikkan tubuhnya untuk melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul lima, waktunya untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setelah melihat punggung Harry masuk ke dalam kamar mandi, Bilqis mencoba bangkit dari tidurnya berlahan. Ia meringis merasakan nyeri pada bagian kewanitaannya. Ia ingin segera mengerjakan ibadahnya tetapi nyeri yang ia rasakan semakin menjadi saat ia bergerak.

"Butuh bantuan Nyonya Coulter?" tanya Harry yang bersandar di kusen pintu kamar mandi dengan seringaian pada wajahnya.

Bilqis tersentak kaget mendengar suara itu. Saat menyadari Harry tengah memandanginya, Bilqis dengan tergesa-gesa mencoba menutupi tubuhnya yang terbuka dengan selimut.

"Ti-tidak, aku baik-baik saja." Bantah Bilqis dengan wajah khawatir membiarkan punggungnya tersengat suhu dingin yang membuat nyeri pada area kewanitaannya kembali.

Bilqis menggigit bibirnya hanya untuk menahan rasa nyeri yang ia rasakan. Tapi keningnya terpatri jelas nyeri yang ia rasakan dan membuat Harry terkekeh sesaat.

Harry melangkahkan kakinya mendekati Bilqis. Ia meraih selimut yang Bilqis kenakan dan membiarkan Bilqis telanjang bulat dihadapannya tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya.

Bilqis lagi-lagi tersentak kaget dan kelabakan mencoba menutupi tubuhnya dengan rambutnya yang panjang.

Tapi belum sempat menutupi tubuhnya dengan baik, Harry menangkup rahang Bilqis pada jari-jarinya, membiarkan Bilqis menatap mata birunya. Baik Harry maupun Bilqis lagi-lagi jatuh cinta akan hal itu. Keduanya membeku dan tak mampu berbuat apapun selain saling berpandangan.

Semburat kemerahan pada pipi Bilqis tampaknya membuat Harry tersenyum tipis. Entah karena Bilqis kembali jatuh cinta padanya, malu ataupun kedinginan tak mampu Harry artikan. Malu ataupun jatuh cinta takkan mampu Harry atasi. Namun satu hal saat ini Harry dapat mengatasi satu hal dari beberapa hipotesisnya.

"Aku sudah menampung air hangat pada bath-up. Kau bisa langsung membersihkan diri." Ucap Harry melepaskan tangkupannya dan mencuri kesempatan untuk mengecup bibir tipis Bilqis sesaat.

Pipi Bilqis yang kemerahan kini semakin menjadi. Tak mau merasakan godaan yang lebih lagi, Bilqis segera berbalik untuk bangkit. Tapi lagi-lagi ia meringis kesakitan dan mencoba untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan.

Harry yang sempat meninggalkan kamar kembali dengan tergesa-gesa. Ia terlihat khawatir menatap Bilqis yang meringis kesakitan.

"Kau tak apa?" tanya Harry memegangi bahu Bilqis berlahan.

"Sa-sakit." Ucap Bilqis pelan dan hampir tak terdengar oleh Harry.

Harry terlihat berkerut kening dan memeluk Bilqis berlahan. Di sela-sela pelukannya Harry mencoba meraih pinggul Bilqis dan menggangkatnya dengan berhati-hati. Bilqis tampak kebingungan hanya dapat terdiam dan memeluk punggung Harry dengan erat.

"Apa kau keberatan jikalau aku membuatnya tidak terlalu sakit lagi?" tanya Harry di sela-sela langkahnya membawa Bilqis menuju kamar mandi.

"Hm?" gumam Bilqis keheranan.

Harry membisikkan sesuatu pada telinga Bilqis dengan berhati-hati. Tapi Bilqis tampak tersentak kaget dan mengencangkan pegangannya.

"Kau?!" ucap Bilqis tertunduk malu. Sedangkan Harry tampak menyeringai penuh kemenangan.

"Bagaimana? Hanya itu cara satu-satunya. Jikalau tidak, akan sulit membawamu ke dokter dengan keadaan seperti ini." ucap Harry mengerutkan keningnya dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Begitu sampai di dekat bath up yang telah terisi air hangat yang mengepulkan kabut. Bilqis tampak mencubit punggung Harry sekali.

"Ouch!" ringis Harry sambil terkekeh.

"Kau berjanji itu akan berhasil?" tanya Bilqis yang kini tampak mendongak untuk menatap Harry yang masih memeluknya.

"Tergantung pada keputusan mu." Ucap Harry mengangkat bahunya.

"Kau akan melakukannya berlahan bukan?" tanya Bilqis menatap Harry dengan ekor matanya.

"Ya.. tergantung" ucap Harry yang tampaknya kurang meyakinkan Bilqis yang kini mengerutkan keningnya karena tak merasa puas dengan jawaban itu.

"Apa tidak ada pilihan lain?" tanya Bilqis yang kini menundukkan kepalanya.

Harry tersenyum tipis melihat ekspresi kekecewaan Bilqis. Tapi berlahan ia menurunkan Bilqis ke dalam bath up.

Bilqis sempat meringis saat merasakan air menyentuh area kewanitaannya tapi ia hanya menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang ia rasakan.

Harry melepaskan kaos dan boxernya setelah meletakkan Bilqis pada bath up penuh dengan air hangat itu. Ia ikut masuk ke dalam bath up ukuran jumbo dan meraih Bilqis yang masih menggigit bibirnya.

Harry mencium bibir Bilqis yang terkatup dengan lembut. Bilqis sempat terkejut dan membuka matanya untuk menatap Harry. Harry hanya tersenyum dan mendekatkan dirinya ke arah Bilqis berlahan.

"Kau tahu, kau sangat cantik saat kau menatapku seperti itu." goda Harry kembali mengecup bibir kecil Bilqis.

Bilqis tampak menundukkan kepalanya tapi dengan ragu ia kembali mendongak untuk menatap Harry.

"Kau tahu aku sangat mencintaimu bukan?" tanya Bilqis menatap Harry dengan sayu.

Harry tampak tersenyum tipis dan mendekatkan dirinya pada Bilqis.

"Dan aku akan mencintaimu lebih lagi." Jawab Harry dengan percaya diri.

"Maka cintailah aku dengan caramu." Ucap Bilqis mendekat ke arah Harry dan membiarkan jari-jarinya menyentuh dada telanjang Harry dengan lembut.

Ia kembali menatap Harry dan mengecup bibirnya dengan penuh kelembutan.

Harry yang mendapatkan kesempatan emas itu tersenyum bahagia disela-sela ciumannya dan mencium Bilqis pula dengan berlahan, hingga berlanjut pada hubungan badan di dalam kamar mandi yang menggairahkan.

***

To be continue

Bagian keduanya aku sengaja private.. maaf ^_^

Jangan lupa untuk memberi komentarnya

Terima kasih.. ^_^

Wassalam Quesha Anya

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang