Dua Puluh Dua

229 18 2
                                    

“Sebaiknya kau hati-hati dengan pria itu. Pria itu tampak begitu bernafsu untuk mengejarmu. Pastikan kau selalu bersama suamimu. Jikalaupun harus berpisah tetaplah dirumah.” Jelas wanita tua yang duduk berseblahan dengan Bilqis di dalam taksi.

“Terima kasih Nyonya White. Suatu hari nanti aku pasti akan membalaskan budi anda.” Ucap Bilqis yang tersenyum menatap wanita tua itu.

“Tentu. Tetaplah jadi wanita yang tegar dan setia pada suamimu.” Ucap wanita itu mengenggam erat lengan Bilqis.

Bilqis tersenyum dan ikut menggenggam jari-jari Nyonya White yang telah berkerut dengan erat dan menatap keluar dengan pandangan sedih.

***

“Assalamualaikum, aku pulang.” Salam Bilqis begitu membuka pintu rumahnya dan melangkah menuju ruang tengah menatap Harry yang terduduk dengan wajah yang kaku tanpa ada senyum barang sedikitpun untuk menyambutnya.

“Waalaikumsalam.” Jawab Harry menatap Bilqis dengan pandangan yang terlihat ragu.

“Aku menunggumu di dalam restoran, kau kemana?” tanya Harry yang terdengar seperti mengintrogasi dan melangkah mendekat ke arah Bilqis yang tampak berdiri dengan pakaiannya yang sedikit lusuh.

“Aku-“

“Kenapa kau menemui Mark?” tanya Harry yang mengeluarkan ponsel Bilqis dari kantongnya dan menunjukkan Bilqis foto dirinya dan Mark yang tampak berciuman.

Bilqis tampak terkejut dengan foto itu dan menjauh beberapa langkah dari Harry yang terlihat mendesaknya dengan tatapan tajam.

“Katakan padaku ini tidak benar Bilqis.” Ucap Harry yang mendekati Bilqis yang tampak menangis pada sudut ruangan.

“A-a-aku ti-“

“Berapa kali aku harus mengatakan padamu untuk menjauhinya. Aku tidak suka Bilqis. Aku tidak suka sekalipun kau hanya bertemu tatap dengannya.” Ucap Harry yang menggenggam erat ponsel Bilqis dan melemparnya dengan keras kearah lantai dan menginjaknya penuh dengan kemarahan.

“Aku tidak melakukannya.” Ucap Bilqis yang merosot jatuh dan terduduk di atas lantai menatap Harry yang melangkah menjauh darinya menaiki tangga.

“Aku tidak melakukannya.” Ulang Bilqis yang menangis semakin kuat sambil memeluk kedua tengkuknya dengan erat.

“Aku tidak melakukannya.” Ucap Bilqis yang mengeratkan kepalan tangannya dan meringkuk dilantai sambil segugukan.

***

FLASHBACK On
Harry POV

Semuanya gelap tanpa ada apapun yang dapat terlihat. Namun semuanya bukanlah kegelapan melainkan cahaya yang mungkin seperti ketiadaan. Putih bersih tanpa adanya noda yang mengotori dan sepi pun merasuk pada diriku yang mencari kebebasan. Mungkin ketiadaan inilah kebebasan yang kuinginkan. Kebebasan yang utuh dimana aku dapat melakukan segala hal tapi tidak dapat melakukannya. Sesak merasakan sepi dalam cahaya itu memikirkan bagaimana aku harus menjalaninya. Mungkin sudah seharusnya aku berada dalam ketiadaan dan merasakan kesepian yang tiada tara ini.

“Bangunlah.” Ucap seseorang yang membuat kesepian ini terasa menghilang seketika dan membuatku harus membuka mata.

“Baguslah, dia sudah sadar.” Ucap Bilqis yang samar tampak dihadapanku.

“Cahaya.” Gumamku yang menatap wajah Bilqis yang begitu cerah dengan tatapan mata yang tajam itu tampak melembut menunjukkan keindahannya.

“Hey, Bro. Baguslah kau sadar. Jadi aku tidak perlu untuk berlama-lama lagi di tempat ini.” ucap Daniel yang terlihat kesal dengan melipat lengannya menatapku yang terbaring diatas sofa.

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang