Dua Puluh

308 20 0
                                    


Bilqis duduk pada kursi taman menikmati angin musim semi yang menyegarkan. Wajahnya tersenyum bahagia menatap Harry yang tengah membelikan es krim coklat untuknya bersama dengan anak-anak yang berada di taman itu.

“Hai, Bilqis.” Ucap seseorang yang menyentuh pundaknya berlahan.

“Ha-hai.” Jawab Bilqis yang menurunkan lengan itu berlahan dari pundaknya dan berbalik.

Mark terkekeh melihat Bilqis dan segera mengitari kursi panjang taman untuk duduk disebelah Bilqis.

“Aku mencari mu tadi ke rumah. Tapi tidak ada siapapun yang mau membukakan pintunya untukku. Jadi aku pergi mencarimu ke taman Greenday.” Jelas Mark menyeringai dan menatap Bilqis lekat-lekat.

“Ehm, kami sedang.. ehm.. ya.. jalan-jalan.” jawab Bilqis menunjuk Harry yang masih sibuk mengantri es krim dengan anak-anak disekitarnya.

“Siapa yang peduli. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Kau tampak sangat cantik dengan background taman hijau dan pencahayaan yang alami.” Ucap Mark berdecak kagum dan menunjuk taman dengan merentangkan kedua lengannya.

“Kau terlihat aneh, Mark. Apa kau mabuk?” tanya Bilqis memperhatikan raut wajah Mark yang berbeda dari biasanya.

“Ya, sedikit. Aku mencoba sedikit mariyuana pagi ini. Karena aku tidak dapat tidur semalaman memikirkanmu. Dan tebak.. ternyata aku mengantuk setelah bertemu denganmu. Mungkin sekarang aku ingin tidur.” Ucap Mark terkekeh dan menggeser duduknya untuk dekat dengan Bilqis.

Bilqis hendak menjauh dari tempat itu, tapi Mark mencengkram lengannya dan mendekatkan wajahnya kepada Bilqis. Bilqis yang tahu dari maksud Mark segera melayangkan tamparan dari tangan mungilnya. Bilqis segera bangkit dan berlari-lari kecil menuju Harry.

Mark terkekeh dan berlari mengejar Bilqis dan tepat pada saat ia kembali berhasil menangkap lengan Bilqis, Harry datang dan segera melayangkan tinju bertubi-tubi padanya.

“Harry! Harry! Hentikan, Harry! Hentikan!” teriak Bilqis berkali-kali mencoba menarik suaminya dari pemukulan itu.

Anak-anak dan beberapa orang yang berkunjung tampak berlari meninggalkan tempat itu.

“Tolonglah Harry. Dia bisa mati.” Ucap Bilqis berjongkok sambil memohon kearah Harry yang tak henti memukuli Mark hingga babak belur.

Harry berhenti setelah berhasil membuat wajah Mark tak lagi seperti semula. Ia mendengus sebal dan mengusap keringatnya yang mengalir pada dahinya dan berjongkok dihadapan Bilqis.

“Tidak akan ada yang mati.” Ucap Harry terkekeh melihat Bilqis menangis ketakutan.

Bilqis memperhatikan Harry yang tersenyum dihadapannya. Dan sebelum sempat Harry kembali membuka mulutnya Bilqis segera menarik lengan Harry untuk menjauh dari tempat itu.

“Kau akan mati ditanganku, Tuan Coulter. Kau sudah mengotori tanganmu dengan memukuli pria tidak tahu diri itu. Kau sungguh memalukan.” Ucap Bilqis yang terus saja meluapkan kemarahannya selama perjalanan menuju rumah sedangkan Harry hanya terkekeh mendengar ocehan Bilqis yang tiada henti.

“Karena kau pria yang lebih kuat darinya bukan berarti kau harus memukulnya. Seharusnya kau mengatakan dengan baik-baik padanya seperti di film-film. Mengancamnya dengan uang yang kau miliki mungkin akan lebih baik. Kau tahu jikalau polisi sampai datang menangkap kita. Mereka mungkin akan menginterogasimu.” Oceh Bilqis yang terhenti saat membuka pintu dan segera mendudukkan Harry di sofa.

“Setidaknya sebelum polisi datang aku harus mengobati lukamu.” Ucap Bilqis menarik tangan Harry dan membuka kotak pertolongan pertama pada laci sofa.

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang