Sepuluh

991 43 5
                                    

Sumpah.. gatel banget jari2 buat update part selanjutnya

Kecewa berat Sam reader yg gk komen part sebelumnya

By

The

Way


Selamat membaca





.

.
.

.
.

.

Aku tengah duduk di taman sekolah yang sepi sambil membaca sebuah novel seorang diri. Sebotol air mineral tampak menemani kesepianku siang itu di bawah sebatang pohon rindang yang melindungiku dari teriknya sinar matahari.

Sejak pindah kekontrakan baru setelah kejadian itu sudah menjadi kebiasaanku untuk berjemur pada hari yang terik hingga kulitku berwarna kecoklatan. Tapi aku tak perduli, aku tak suka jikalau orang-orang memandangiku dan memujiku. Ini menjadi sebuah keberhasilan untukku di mana orang-orang tak ada lagi yang mau berteman denganku.

“Bil” ucap seseorang yang berada di balik punggungku.

Ah, entahlah siapa itu. Tempat ini adalah taman sekolah jadi mungkin saja ada beberapa orang yang mungkin iseng untuk sekedar lewat. Tapi aku merasa familiar dengan suara itu hingga aku berbalik ke belakang.

“Kamu benar Bilqis kan?” tanya seorang pria jangkung yang tengah berdiri di balik punggungku.

Aku tak tahu siapa pria itu, tapi aku merasa tak suka dengan hal itu dan segera menutup novelku dengan cepat. Aku berlari menjauhi tempat itu, aku berlari ke kelas dan segera duduk di sudut kelas menjauhi pandangan teman-teman sekelasku yang tampak keheranan melihatku kembali dengan cepat saat waktu istirahat. Padahal biasanya sebelum jam istirahat berakhir aku akan membeku di taman seorang diri sehingga tak ada yang mau mengunjungi taman. Saat bel masuk berbunyi nyaring aku segera menarik nafas lega dan duduk rapi di kursiku.

Aku cukup terkenal pintar di antara teman-temanku sejak kecil, tapi sekarang aku terkenal sebagai gadis terjutek di seluruh penjuru sekolah. Aku sering kali tak datang kesekolah hanya untuk menghindari presentasi atau apapun itu yang berhubungan untuk maju ke depan kelas dan melakukan penampilan. Walau sudah terlanjur datang ke kelas dan melakukan praktek secara tiba-tiba, aku lebih memilih untuk pergi menuju UKS ketimbang di perhatikan. Tak perduli dengan nilai, yang terpenting otakku tidak jungkir balik saat mengingat kejadian pada masa kecilku. Karena aku telah menjadi seorang gadis sekarang.

Saat pulang sekolah ayah selalu datang untuk menjemputku. Walau ayah sekarang sibuk menjalankan usahanya sebagai pengusaha kopi, tapi ayah selalu berusaha untuk menjemputku setiap harinya.

“Gimana anak ayah, kamu sudah belajar dengan baik, kan?” tanya Ayah yang segera mengusap kepalaku yang terselubung jilbab.

“Ayah selalu nanya itu. Apa nggak ada pertanyaan lain?” tanyaku sambil menyalaminya yang berdiri di balik pintu gerbang.

“Ya, apa lagi yang bisa ayah tanyakan?” ucap Ayah membukakan pintu mobil yang terparkir tak jauh dari tempat kami bertemu. Aku segera masuk ke dalam mobil sambil mengeluarkan buku novelku dari tas.

“Ya, ya, ya. Aku tau itu.” gerutu memasuki mobil dan berdecak sebal.

“Yah, nanti turunkan Bilqis di depan toko buku. Bilqis mau beli beberapa nov-“
Ucapanku terhenti saat melihat bangku supir yang bersisian denganku masih kosong tanpa seorangpun. Aku belum mendengar atau merasakan ayah menaiki mobil tadi, hingga aku kembali memutar kepalaku dan mencari keberadaannya.

Ayah tampak berbincang dengan anak lelaki berpakaian seragam SMA yang sama denganku di dekat pagar. Ayah sesekali tampak tertawa dan menepuk-nepuk punggungnya. Entah siapa yang ada dihadapan Ayah tapi tampaknya sedikit mengusik rasa penasaranku.

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang