Delapan

1.2K 57 2
                                    


.

.

.

Harry dan Bilqis tampak tengah tertidur lelap di atas tempat tidur dengan lelap. Suara hembusan nafas lembut dan teratur terdengar halus di telinga beradu dengan suara detik jam yang masih menunjukkan pukul dua malam.

Suara telepon genggam Harry yang terdengar nyaring berada di atas nakas, tampak membuat Harry harus bangun dengan paksa dari tidur lelapnya. Ia segera menyambungkan panggilan telepon itu sambil memijit pelan batang hidungnya.

"Ehm." Gumam Harry menjawab panggilan telepon itu dengan terpaksa.

"Ya. Aha." Ucap Harry bangkit dari tidurnya dan duduk pada pinggiran tempat tidur dengan bertelanjang dada.

"Bagaimana bisa terjadi?" tanya Harry dengan suara paraunya bangkit dari tempat tidur dan segera keluar sambil berbicara dengan telepon.

Bilqis membuka matanya berlahan dan melirik bantal yang bersisian dengannya telah kosong tanpa ada seorangpun. Ia menghela nafas dan melirik pintu kamar yang telah terbuka lebar dan sayup-sayup suara Harry yang terdengar tengah berbicara seorang diri. Ia bangkit dari tidurnya dengan kaos Harry yang sempat ia kenakan semalam. Dengan setengah kesadarannya yang masih melayang Bilqis segera melangkah berlahan menuju kamar mandi.

Saat hendak memutar kenop pintu, Harry tampak memeluknya dari belakang dan mencium tengkuk Bilqis dengan sayang.

"Istriku tercinta." Ucap Harry dengan manja sesekali membiarkan nafasnya yang berderu kencang menyentuh kulit leher Bilqis yang sedikit terbuka.

"Aku ingin buang air, Harry. Lepaskan aku." Ucap Bilqis memeluk pinggul Harry dan membiarkan dahinya menyentuh dada bidang suaminya itu dengan lembut.

Harry tersenyum tipis dan mengecup rambut kelam Bilqis yang berbau mawar segar.

"Apa kau mau ke kantor malam ini dengan ku?" bisik Harry pada telinga Bilqis yang mencuri-curi ketenangan pada dada bidang Harry dan sempat melelapkan matanya sesaat.

"Hm? Kantor? Apa kau ingin kita melakukannya lagi di kantor mu?" tanya Bilqis dengan polosnya sambil mendongak untuk menatap Harry dengan matanya yang masih belum terbuka sepenuhnya.

"Apa? Kau masih ingin melanjutkan yang semalam?" Goda Harry dengan manja menggelitik pinggul Bilqis.

Bilqis tampak menahan kekehannya dan menepis tangan Harry dari pinggulnya. Harry tampak menghentikan perlakuannya dan menatap Bilqis yang masih setengah sadar dengan rambut yang acak-acakkan seperti orang yang mabuk.

"Jangan membuatku tertawa. Aku sangat ingin buang air." Ucap Bilqis melangkah masuk kedalam kamar mandi.

Bilqis membuka berlahan tutup kloset dan duduk di atasnya. Ia melirik Harry yang juga masuk mengikutinya di belakang.

"Ada apa?" tanya Bilqis yang tampak sedikit canggung saat hendak buang air di hadapan Harry.

"Orang kantor mengatakan ada hal penting yang harus aku kerjakan. Dan itu sangat penting hingga tak bisa di tunda lebih lama lagi." Ucap Harry dengan mata menerawang jauh di antara plafon kamar mandi yang berwarna putih.

"Pergilah." Ucap Bilqis singkat dengan nada yang terdengar kurang menyenangkan.

"Apa?" Ucap Harry tersentak kaget mendengar jawaban Bilqis.

Harry menatap Bilqis yang masih duduk di atas kloset yang juga menatapnya dengan setengah terbuka.

"Pergilah menjauh dari tempat ini." ucap Bilqis masih menatap Harry dengan pandangan tidak suka.

"Oh, kau takut aku berduaan dengan sekertarisku. Aku tahu Nona Chang sangat cantik. Tapi cantiknya Nona Chang akan lebih cantik lagi dirimu. Apalagi aku bersama dengan-"

Bilqis segera bangkit dari duduknya memotong pembicaraan Harry. Ia mendorong berlahan Harry keluar dari kamar mandi dan mengunci pintunya.

"Aku bersama dengan para klien ku yang baru saja tiba dari Finlandia." Ucap Harry mengedor pelan pintu kamar mandi yang telah tertutup rapat untuknya.

"Bilqis." Ucap Harry memelas seolah hendak memeluk pintu kamar mandi dengan erat.

Suara sayup air mengalir terdengar dari balik pintu dan Harry pun dengan segera berdiri dengan tegap di depan pintu untuk menunggu Bilqis keluar dari kamar mandi.

Bilqis memutar kenop pintu berlahan dan menatap Harry yang tampak berdiri dengan tegap dihadapannya.

"Ada apa lagi?" tanya Bilqis dengan malas sambil melangkah melewati Harry menuju tempat tidur.

"Bolehkah?" tanya Harry mata mengerling dan juga tersenyum tipis memamerkan senyuman mautnya.

"Siapa yang akan melarangmu untuk bekerja. Pergilah. Dan pastikan kau mengunci pintu dengan baik." Ucap Bilqis sambil merapikan tempat tidur untuk ia kembali tertidur.

"Hm?" ucap Harry yang tampak sedikit kecewa dengan jawaban Bilqis.

"Benarkah?" tanya Harry memastikan sekali lagi, sambil melirik Bilqis yang tampaknya telah berbaring menyelimuti diri.

"Hmm." Jawab Bilqis mengangguk di dalam tidurnya.

Harry berjongkok dihadapan Bilqis yang tertidur menghadap dirinya. Ia mengecup pelan bibir tipis Bilqis dan mengusap rambut Bilqis yang berantakan dengan sayang.

"Siang ini kita makan siang romantis. Tidak ada penolakan." Ucap Harry melangkah berlahan menuju lemari pakaian mencari setelan untuk ia kenakan.

Bilqis tampak membuka sedikit matanya dan melirik Harry yang tampak mengeluarkan setelan jasnya yang berwarna hitam dari dalam lemari. Sambil bergumam-gumam pelan, Harry memilih-milih dasi pada laci dasi dan mengambil dari merah dengan liris emas. Saat berbalik Harry tak sengaja menabrak Bilqis yang ternyata tengah menenteng setelan jasnya yang berwarna coklat tua.

"Hati-hati Tuan Coulter. Nyonya Coulter bisa saja terluka." Ucap Bilqis menaruh setelan jas Harry di atas tempat tidur dan melirik Harry yang tampak tersenyum menatapnya.

"Apa kau mabuk Bilqis?" tanya Harry yang tak lekang menatap Bilqis yang melangkah mendekati dirinya.

"Aku mengantuk. Tapi pastikan aku akan makan siang pada restoran mewah. Dan pastikan bahwa makanan makanan itu-"

"Halal" sambung Harry dengan senyuman tipis pada wajahnya yang tampan.

"Ya. Halal." Ucap Bilqis ikut tersenyum dan mengambil gulungan dasi pada tangan Harry berlahan.

"Mandilah dengan air hangat. Pastikan kau tetap berwibawa di depan para klien mu." Ucap Bilqis tersenyum tipis dan mendorong Harry berlahan dari balik punggungnya menuju kamar mandi.

"Tentu saja. Dan aku sangat mencintaimu, istriku." Ucap Harry menarik pergelangan tangan Bilqis dan mengecup keningnya berlahan. Sedetik kemudian Harry segera berlari menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Bilqis terkekeh melihat tingkah Harry, tapi ia segera kembali ke tempat tidur dan melanjutkan tidur lelapnya seorang diri.

***

To be continue


Kurang greget. Bener nggak? Ya..


Part selanjutnya bakal mengulas kembali masa lalu Bilqis aja kalau gitu.

Pikiran Quesha lagi buntu. 


Maaf ^_^


Wassalam Quesha Anya

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang