Dua Belas

698 41 4
                                    

Bilqis tampak tengah duduk di meja restoran yang telah Harry janjikan. Ia tampak beberapa kali menghela nafas menunggu datangnya Harry. Sudah satu setengah jam batang hidung pria bermata biru itu tak kunjung menampakkan diri.

Bilqis meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja dan mengetik beberapa kata untuk segera bangun dari meja. Tapi baru selangkah ia menjauhi meja, seseorang tampak menahan lengannya.

"Bilqis bukan?" tanya Mark yang tiba-tiba muncul dan mencengkram lengan Bilqis dengan erat.

Bilqis melepaskan lengan Mark dengan berlahan dan tersenyum tipis.

"Mark. Sedang apa di sini?" tanya Bilqis dengan kaku dan memperhatikan Mark yang tengah menatapnya.

Mark tampak terkekeh pelan dan memperhatikan sekitarnya dan mengusap tengkuknya.

"Apa lagi yang dilakukan orang-orang di sebuah restoran. Tentu saja makan." Ucap Mark terkekeh dan duduk di kursi yang tadi sempat Bilqis duduki.

"Kau sudah makan?" tanya Mark tersenyum sambil menunjuk meja.

Bilqis tersenyum kaku dengan sedikit penyesalan. Ia mengangguk pelan dengan sebuah kebohongan pahit bahwa ia belum makan sama sekali dan telah menunggu Harry selama satu setengah jam lamanya. Walau perutnya telah keroncongan menahan lapar sejak siang tadi. Tapi saat ini jam ashar akan segera berbunyi, sehingga tak ada waktu lebih untuk menunggu Harry lebih lama lagi untuk melakukan ibadah.

"Aku akan pulang. Nikmatilah makanannya." Ucap Bilqis yang menunjuk pintu keluar berlahan. Ia berbalik dan bertabrakan dengan dada bidang seseorang.

"Maaf." Ucap Bilqis segera setelah menabrak pria tersebut.

"Kau sudah makan?" tanya Harry yang tiba-tiba muncul dan menggenggam lengan Bilqis dengan erat.

Bilqis merasa kesal dengan pendamping hidupnya yang baru muncul di saat-saat seperti ini. Tapi ia segera mengalihkan pandangannya sambil mengangguk pelan.

"Ayo pulang, sebentar lagi adzan." Ucap Bilqis memperhatikan arlojinya dan menarik lengan Harry untuk keluar dari restoran itu.

"Mark bukan?" tanya Harry yang menghentikan langkah Bilqis dan menunjuk Mark yang duduk dengan santai dihadapan Harry.

"Ya, Tuan Coulter. Kenapa terburu-buru pulang? Bukankah sebaiknya kita makan dulu bersama-sama." ucap Mark yang menyeringai sambil menatap Bilqis yang menggenggam erat lengan Harry.

"Bil-"

"Aku ingin pulang, Harry." Ucap Bilqis segera dengan tegas.

Tak peduli memotong perkataan imamnya itu, tapi ia sama sekali tak menyukai tatapan Mark. Bahkan tatapan Harry yang berapi-api pun dapat ia lihat dengan jelas walau hanya dari sampingnya saja. Bilqis semakin erat menarik lengan Harry, tapi melihat suaminya tak berkutik ingin melancarkan perang tatap dengan Mark. Bilqis menepis lengan itu dan segera melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu dengan kecewa.

Bilqis segera keluar dari restoran dan menghentikan sebuah taksi yang telah kosong. Ia segera naik dengan cepat ke dalam taksi dan memberitahukan alamatnya.

Harry segera keluar dari restoran mengejar Bilqis yang tiba-tiba saja pergi darinya. Tapi baru saja ia hendak menghentikan taksi yang Bilqis naiki. Supir taksi sudah lebih dulu melajukan mobilnya.

Harry menghela nafas kecewa, ia menendang lantai batu dengan keras sambil mengusap keningnya.

***

To be continue

Sorry klu part ini sedikit..

Besok Quesha update lagi klu reader meninggalkan jejaknya yang banyak ya ^_^

leave Your existence in here

Wassalam Quesha Anya

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang