Dua Puluh Enam

150 11 1
                                    

Setelah pulang dari kantor Harry, mereka berdua segera masuk ke dalam rumah dengan bergandengan tangan. Dengan santai Harry duduk bersama Bilqis pada sofa ruang tengah melepas penat mereka bersama.

Bilqis mendaratkan kepalanya pada pangkuan Harry dan menghela nafas menatap mata biru Harry yang menatapnya dengan damai.

“Kau sudah tenang?” tanya Bilqis mengusap pipi Harry dengan lembut.

Harry menganggukkan kepalanya dan tersenyum menundukkan kepalanya melihat Bilqis berada dipangkuannya.

“Kau-“

BRUK

Sebuah benda tumpul dengan cepat menghantam kepala Harry dengan keras. Harry membeku menatap wajah Bilqis yang kebingungan menatapnya. Setetes darah mengalir dari rahang Harry dan menetes tepat pada pipi mulus Bilqis.

Bilqis mengkerutkan keningnya saat seseorang memegangi lengannya dan menyeret-nyeretnya untuk menjauh dari Harry.

“Harry!” teriak Bilqis yang melihat Harry masih tertunduk di sofa dengan darah yang terus mengalir dari rahangnya.

“Harry!” teriak Bilqis kembali mencoba memberontak dan meraih Harry yang tak kunjung bergerak.

“Argh, lepaskan!” teriak Bilqis menyentak-nyentak lengannya yang dicengkram dengan erat.

“Takkan akan kulepaskan.” Ucap Mark yang menarik tubuh mungil Bilqis untuk masuk dalam pelukannya dan segera mengendongnya naik ke lantai dua menuju kamar Bilqis dan Harry.

“Apakah disini tempat kalian sering bercinta?” tanya Mark pada Bilqis yang meronta-ronta pada gendongannya dan mencoba untuk memukul dada Mark dengan lengan kecilnya yang tak berdaya.

“HARRY!” teriak Bilqis menolak-nolak Mark saat berhasil membuka pintu kamar mereka berdua.

Mark melempar tubuh mungil Bilqis pada tempat tidur dan beralih mengunci pintu kamar dengan cepat. Ia melepaskan hoodinya yang telah kusam dan melemparnya sembarang arah.

“Aku sudah menunggu ini sejak tadi pagi. Aku kira kau akan menetap setelah suami pergi kekantor. Tak kusangka kau sengaja kabur untuk memanggilnya pulang. Terpaksa aku melakukan kekerasan.” Ucap Mark melepaskan kancing kemejanya satu persatu.

“Harry! Tolong!” ucap Bilqis yang merangkak turun dari tempat tidur menuju meja rias miliknya.

“Jangan kemana-mana sayang. Aku belum memulainya.” Ucap Mark yang menarik Bilqis dari meja rias.

Bilqis yang mencoba bertahan dengan memegangi kaki meja rias dan dapat tertarik dengan mudah oleh Mark. Meja rias Bilqis tampak bergeser dan Bilqis terus meneriakkan nama Harry sambil menangis segugukan.

“Harry!” teriak Bilqis lagi-lagi ketika Mark berhasil meloloskan jilbabnya dari kepala Bilqis.

Bilqis menarik jilbabnya dari lengan Mark agar ia dapat kembali menutup kepalanya. Tapi dengan satu sentakan Mark berhasil melempar jauh selembar kain itu menjauh dari Bilqis dan memeluk Bilqis dengan erat.

“Argh.” Teriak Bilqis dan mencoba menolak Mark untuk menjauh darinya.

Tapi apa daya, bahkan bergerakpun Bilqis tak mampu menjauhkan diri dari tubuh kokoh Mark.

“Harry!” teraik Bilqis lagi-lagi didalam pelukan Mark.

Mark tampak murka dan mendorong Bilqis sampai kepalanya membentur sisi tempat tidur yang terbuat dari besi.

Kepala Bilqis merasakan pusing dan ia hanya dapat mengatakan tolong dengan suara yang lemah.

“Aku sudah mengatakan kau akan berada dibawah tubuhku dan mengerang sambil menyebut namaku. Jadi jika kau ingin pengampunanku. Sebut namaku.” Ucap Mark yang dengan tidak sabarnya menyentak habis kancing kemejanya hingga bertebaran diatas lantai dan berjalan mengarah Bilqis sambil melepaskan kemeja dari tubuhnya.

“Ayolah sayang. Hanya malam ini.” ucap Mark dengan lembut pada telinga Bilqis dan meloloskan bibirnya untuk mengecup bibir mungil Bilqis dengan rakus.

Bilqis meronta-ronta untuk menjauhkan Mark yang telah menguasai bibirnya. Dan berlahan sambil mempertahankan posisinya dengan memegangi kepala Bilqis agar tidak bergeser, lengannya sibuk melepaskan resleting baju Bilqis.

Bilqis menendang-nendang sekitarnya dengan kuat berharap dapat menendang area sensitif Mark yang ada dihadapannya. Tapi posisinya membuat Mark lebih leluasa untuk mengerayangi tubuhnya. Dan begitu sempat Bilqis meloloskan suaranya dari bibir Mark yang mengambil nafas, Bilqis berteriak nyaring memanggil nama Harry.

Mark yang kesal segera menindihi perut Bilqis diantara kaki-kakinya. Tangannya sibuk melepaskan tali pinggangnya yang mengikat kuat celananya.

Bilqis menggelepar-gelepar ditindihi oleh Mark, tangannya sibuk mencari meraih benda yang ada disekitarnya sedangkan bibirnya terus tak berhenti meminta tolong sambil memanggil nama Harry.

“Aku sangat suka kulitmu yang terlihat halus.” Ucap Mark yang melirik baju Bilqis yang tersingkap karena resletingnya telah terbuka.

Setelah melepaskan tali pinggangnya, Mark mencoba untuk memegangi lengan Bilqis dan berusaha untuk kembali mengecup bibirnya.

Bilqis terus menelengkan kepala kesana kemari menghindari kecupan itu. Tapi bukannya berusaha lebih keras, Mark lebih memilih menurunkan posisinya dan mengecup leher Bilqis dengan rakus sambil tangan yang satunya melepaskan resleting celananya.

Suara tembakan teredam terdengar dari balik pintu kamar. Dan beberapa detik kemudian, Harry muncul dengan menendang pintu kamar.

Sebuah pistol berwarna abu melekat erat pada lengannya dan mengarah pada kepala Mark yang masih sibuk mengecup leher Bilqis dengan rakus tak peduli dengan suara keras yang ia dengar.

“Hentikan, bajingan.” Ucap Harry yang menendang dengan keras perut Mark hingga jatuh berguling menjauhi Bilqis.

Bilqis yang terlihat lemah dengan cepat berlindung dibalik punggung Harry dengan mencengkram jas Harry dengan erat. Bilqis terlihat khawatir memperhatikan pelipis Harry tampak bersimbah darah tapi ia mendengarkan telinganya mendengung seolah memori mengerikan kembali merasuk dalam pikirannya. Ia mencengkram jas Harry semakin kuat untuk melampiaskan rasa sakit yang memenuhi kepalanya sambil melirik tubuh Mark yang  tersungkur memegangi perutnya karena kesakitan.

Harry masih dengan senjatanya yang mengarah pada Mark, ia berusaha untuk melepaskan jasnya yang dicengkram oleh Bilqis.

“Harry!” ucap Bilqis yang memandangi Harry dengan buram dan merasakan tubuhnya hampir telanjang dipakaikan jas.

“Manusia biadab!” ucap Harry yang lagi-lagi menendang perut Mark dengan keras hingga Mark kembali berguling menahan sakit yang cukup mengerikan terasa pada perutnya.

“Kau bukan lagi manusia, kau bahkan tidak pantas disamakan dengan hewan. Kau kotoran.” Ucap Harry yang dengan murkanya menendang-nendang Mark yang masih bersimpuh setengah telanjang dibawah kakinya.

“Ha-harry.” Ucap Bilqis terisak melihat Harry masih begitu murka pada Mark yang menyentuhnya.

“Kau akan mati, brengsek. Kau sudah seharusnya mati.” Ucap Harry masih menendang-nendang Mark dengan gencar.
Tapi seketika Harry menghentikan kekejamannya saat mendengar Bilqis terisak.

“Hentikan Harry.” Ucap Bilqis mengeratkan tangannya memegang jas Harry yang terkena darah untuk tetap melekat pada tubuhnya.

“Kau tidak akan berbeda jikalau kau memperlakukannya seperti itu.” ucap Bilqis dengan tubuhnya yang bergetar.

Bilqis menundukkan kepalanya, matanya kabur sedikit demi sedikit, dengingan pada telinganya semakin memuncak dan tubuhnya serasa digigiti oleh semut tanpa ampun.

“Ha-harry.” Ucap Bilqis dengan lemah dan tiba-tiba terjatuh di atas lantai.

Harry berhamburan untuk menyelamarkan Bilqis. Sedangkan Mark dengan langkah terseok-seok mencoba melindungi dirinya dengan mengunci diri pada kamar mandi Bilqis dan Harry.

***

Bersambung

Bocoran.. part selanjutnya adalah part end 😟😟

Di tunggu ya 😘

Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang