Aku terus memikirkan hal-hal yang diucapkan oleh Bilqis yang terus terngiang dikepalaku.
Tak jauh berbeda dengan Daniel, dia juga sering memikirkan hal sama sepertiku saat aku menanyakan hal itu.
Dia tak pernah lagi terlihat di club ataupun dekat dengan minuman keras yang terbiasa menjadi teman bermainnya sebelum ini. Wajahnya yang selalu riang saat menatap wanita berpakaian minim kini berubah menjadi pria yang pendiam dan lebih banyak tersenyum.
Berbeda denganku yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang jauh dari hura-hura kini berpikir untuk mendapatkan kedamaian seperti yang dikatakan Bilqis. Sering melakukan searching kini adalah kebiasaanku. Agama yang sebelumnya kujauhi karena berpikir mengekang kebebasan yang kumiliki kini aku mulai penasaran olehnya.
Aku memulainya dengan mendatangi sebuah gereja yang paling dekat dengan gedung perusahaanku. Aku segera disambut oleh seorang suster yang mengenakan pakaian hitam dengan liris putih. Ia mengajakku untuk masuk ke dalam gereja dan memintaku untuk duduk bersama seorang pastur.
“Jadi apa yang menganggumu wahai anak Tuhan?” tanya pastur itu menatapku penuh dengan kelembutan.
Aku merasakan kedamaian saat duduk bersamanya bahkan bercerita banyak hal kepadanya. Ia memintaku untuk menceritakan semua hal itu sebagai pengakuan dosa dan aku begitu terbuka padanya layaknya bercerita bersama ayah yang tidak pernah mau mendengarkan ceritaku.
Saat pulang ke apartemen, Daniel sudah lebih dulu sampai ke sana dan tampaknya ia mengalami depresi hingga harus menonton begitu banyak film bergenre sedih.
Beberapa case disc berserakan didepan layar televisi dengan gambar yang beragam. Tapi tampaknya soda, popcorn dan tisu menjadi temannya yang paling setia hingga harus dipeluk dalam keadaan menangis di atas sofa.
“Darimana kau mendapatkan semua disc ini, b******k!” ucap Daniel segera menyambutku dengan lidahnya yang tajam.
“Ehm, sudah ku katakan berhenti masuk ke dalam apartemenku sembarangan.” Ucapku yang segera menyambar remote dari depan meja dan mematikan televisi yang menyala.
“Katakan darimana kau dapat, b******k!” ucap Daniel sekalilagi hingga membuatku harus menghela nafas dalam dan ikut duduk bersamanya di sofa.
“Ayah memiliki hobi menonton film seperti ini. Dan semua disc ini diberikan padaku saat pemakamannya.” Jawabku yang membaringkan tubuh dengan nyaman dan sesekali menendang-nendang Daniel yang berada pada ujung kaki.
Daniel tampak diam saja membiarkan popcorn yang berada dalam pelukannya berjatuhan diatas lantai.
“B******k!” ucap Daniel santaia sambil bangkit dari duduknya dan menyiramkan sisa soda kearahku. Ia berjalan menuju pintu tanpa peduli meninggalkanku dalam keadaan yang begitu basah dan lengket.
Aku hanya terkekeh memandangi jasku telah basah sambil memandangi pintu yang masih belum tertutup rapat dan bangkit menuju kamar mandi. Tapi Daniel tiba-tiba kembali dan segera mengangkat keras kemejaku dengan erat.
“Aku memiliki ide untuk perjalanan terakhir kita.” Ucap Daniel yang tampak tersenyum lebar tak peduli kaosnya dengan lengan panjang telah basah oleh soda yang dituangnya sendiri.
Aku menatap Daniel yang sepertinya sedikit gila, wajahnya tak bersemangat selama berminggu-minggu setelah pulang dari trip terakhir kami ke Indonesia. Kini tampak seringaian lebar menghias wajahnya.
“Apa maksudmu?” tanyaku yang menatap Daniel dengan khawatir.
“Kau masih memiliki cukup uang untuk bersenang-senang. Bagaimana kalau kita pergi ke Michigan?” tanya Daniel yang masih menyeringai.
![](https://img.wattpad.com/cover/123928475-288-k698700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride & Groom (Bilqis & Harry Tales Series)
RomantizmSejumlah part di private (ayo di follow dulu 🤗) demi kenyamanan bersama. Di larang keras bagi yg belum cukup umur untuk membaca cerita yang di private. ------------------------------------------------ Cerita pasangan muda yang baru saja menikah...