15

147 4 0
                                    

Jam 17.00 Rasanya sudah cukup membiarkan Maria berdiam diri sendiri di kamar. Gavin masuk dan mendapatkan tatapan kosong Maria, sungguh menyeramkan pikir Gavin.

Wajah pucat dan tatapan kosong yang dingin membuat Maria nampak seperti mayat hidup. Gavin melangkahkan kakinya mendekati Maria yang bersandar di ranjang.

"Maafkan aku karena menikahimu" ucap Gavin pelan mendekap Maria

"Lepaskan aku Gav, aku tidak ingin berbicara denganmu"

Gavin melepas dekapannya, bukan waktunya untuk membalas ucapan Maria dan membuat pertengkaran. Gavin kemudian, berjalan menjauh dari Maria dan mengambil peralatan mandinya sekaligus pakaian yang akan ia kenakan setelah membersihkan diri.

***
"Kau sudah mandi?" Tanya Gavin saat selesai keluar dari kamar mandi.

Maria tak menjawabnya namun ia langsung bangun dan mengambil peralatan mandinya dan menuju ke kamar mandi.

Saat selesai, ia tak mendapati Gavin di sekitar kamar. Dia kembali langsung merebahkan badannya di kasur.

***

"Maria, bangun nak" ucap Emma mengusap kepala Maria yang sedang tertidur pulas.

Maria membuka matanya dan melihat mamanya di hadapannya. Ia langsung menepis tangan Emma dari kepalanya. Sakit hati? Tentu saja, setiap ibu akan merasakan hal yang sama jika diperlakukan seperti itu oleh anaknya. Namun, Emma tidak bisa berbuat apa-apa karena ia pantas mendapatkannya dari Maria.

"Makan dulu nak" ucap Emma menahan tangisnya

"Tidak usah bersikap peduli. Aku sudah menuruti maumu dan sekarang harusnya kau tertawa lepas melihat keadaanku seperti ini"

"Aku ini mamamu, bagimanapun darah dagingku ada dalam dirimu. Aku yang melahirkanmu. Setiap ibu akan bersedih melihat darah dagingnya merana"

"Sejak kapan kau baik? Hentikan sandiwaramu hanya untuk dikatakan baik di hadapan keluarga Gavin. Aku berterima kasih telah melahirkanku dan membersarkanku dengan baik namun sungguh aku menyesali kelahiranku yang berasal dari rahimmu"

"Bencilah aku sesuka hatimu nak, aku tidak akan mendustai segala alasannya. Namun, kelak kau akan tahu mengapa aku bertindak kasar padamu selama ayahmu tiada"

"Ya ya ya, semua orang tahu tentang segalanya. Dan hanya aku yang tidak tahu apa-apa. Memangnya apa aku ini? Hanya gadis malang yang sungguh menyedihkan"

"Hanya Gavin tidak tahu alasan kau dijodohkan. Jangan benci dia. Dia lebih tidak tahu apa-apa dibanding dirimu"

Maria diam.

"Makanlah dulu Maria" Emma  memegang piring yg berisi makanan dan mencoba menyuapi Maria namun Maria menghindar.

"Pergi sana, aku tidak lapar"

"tapi daritadi kau belum makan apa-apa"

"Nggak usah sok peduli, kalau aku bilang pergi yah pergi sana. Aku sudah menuruti maumu untuk menikah dengan Gavin, sekarang turuti mauku pergi dari hadapanku sekarang juga"

Emma merasakan sesak di dadanya, kebencian Maria terhadap dirinya sudah sangat dalam. Kemudian, ia pergi meninggalkan Maria. Tak lama, Shamila datang. Ia mendekati Maria dengan sebuah piring yang dipegang Emma sebelumnya.

"Makan yah sayang" ucap Shamila yang duduk didekat Maria

"Tidak tante. Maria capek, mau tidur"

"Kau lelah karena belum makan apapun sedangkan kau sudah terlalu banyak tidur"

"Tidak tante, aku tidak mau"

"Mariaaa" Shamila mencubit gemas pipi Maria

Maria meringis kesakitan "tante seperti ayahku, selalu saja mencubit pipiku jika aku merajuk"

"Karena aku tahu apa yang selalu dilakukan ayahmu padamu"

Maria sedikit tersenyum.

"Makan yah nak"

"Tunggu" Maria turun dari kasurnya kemudian mengambil ponselnya dari kopernya dan kembali menaiki tempat tidur.

Perlahan Shamila menyuapi Maria yang asik memainkan ponselnya. Maria heran melihat ponselnya yang sedang dalam mode pesawat, padahal terakhir ia meninggalkannya tidak diubah apapun. Ia melihat satu panggilan tidak terjawab dari Yura. Dan ada pesan dari What'sApp Maria yang membuatnya tersenyum

From : *

Morning my angel voice ❤️Have a nice dayI miss u sooooo mmmuuuuccccchhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Morning my angel voice ❤️
Have a nice day
I miss u sooooo mmmuuuuccccchhhh

Maria tersenyum lebar melihat pesan Marcell. Ia masih saja mengirim pesan padahal kemarin dia sudah memberitahukan Marcell untuk tidak menghubunginya. "Kau terlalu cepat rindu sayang" ucap Maria tersenyum

"Siapa? Temen kamu?" Tanya Shamila yang terus menyuapi Maria

"Pacar aku"

"Apa?" Shamila terhenti tak percaya apa yang Maria katakan

"Yah pacar aku, kekasih yang sangat aku cintai lebih dari hidupku. Lelaki setelah ayahku yang aku sayangi"

"Tapi nak, tidak baik kau masih berhubungan dengan pacarmu sedangkan kau telah menikah"

"Ini tidak akan bertahan lama, aku yakin itu. Gavin dan wanita itu sudah tahu sebelumnya bahwa aku memiliki kekasih"

Shamila menghela nafas tak dapat menyagkal perkataan Maria. 'Sungguh lelaki yang beruntung mendapatkan hati Maria, ia pasti sangat tulus pada Maria' pikir Shamila.

***
Gavin mendapatkan Maria yang kini menjadi istrinya tertidur dengan pulas. Ia mendekatinya dan memasang selimut pada tubuh Maria. Gavin duduk di seberang tepi kasur, dan melihat wajah Maria dengan dalam. Kemudian dengan hati-hati tertidur di samping Maria yang membelakanginya.

Maria terbangun karena secercah cahaya matahari yang menembus dari kaca jendela mengenai wajahnya. Ia kemudian mengambil ponselnya yang berada di bawah bantalnya.

"Sudah jam 07.45 rupanya" sahut Maria dengan suara yang berat

Ia menoleh kesampingnya dan mendapati Gavin yang masih tertidur. Maria tidak kaget, ia ingat kalau kemarin dirinya telah menikah dan ia tidak menampik kenyataan. Suatu hal yang wajar jika Gavin tertidur disampingnya. Segera Maria bergegas ke kamar Mandi.

"Maria... Maria, cepetan woi. Lo mandi atau pingsan sih" Gavin menggedor pintu kamar mandi

"Iya, iya bentar. Ini tinggal pakai baju" teriak Maria dari dalam kamar mandi

Maria keluar dengan memakai celana pendek dan tanktop yang pas melekat di tubuh Maria. Gavin terpelongo melihat Maria yang dihadapannya.

"Ngapain lo diam gitu" sahut Maria yang membuat Gavin buyar dari khayalannya.

"Mandi kayak cewek aja" Gavin melewati Maria dan menutup pintu kamar mandi dengan cukuo keras

"Lah emang gue cewek"

***
Maria dan Gavin keluar berkumpul di suatu restoran dekat hotel. Keduanya disambut sangat ramah oleh para keluarga.

"Kapan pulang sih?" Sebal Maria yg duduk disamping Adam

"Nanti malam sayang, karena kau yg menginginkan segera pulang jadi kita akan pulang nanti malam" sahut Adam

"Benarkah?"

"Iya nak"

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang